Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)의 모든 챕터: 챕터 11 - 챕터 20

43 챕터

Lamaran

"Perempuan baik-baik untuk lelaki baik-baik, begitu juga sebaliknya. Perbaikilah dirimu menjadi lebih baik, agar jodohmu adalah yang terbaik datang untuk melengkapi hidupmu.""Jangan diterima, Bu, dia cuma bercanda," sahut Haziya cepat seraya menutup pintu kamar."Kenapa jangan diterima, orang datang melamar baik-baik kok," ujar ibunya heran dengan larangan Haziya."Pokoknya jangan, dia itu nggak serius," kekeh Haziya tetap pada pendiriannya. Dia bahkan bisa membayangkan wajah jenaka Zaweel setiap kali melontarkan gombalan kepadanya. Lelaki itu hobi menggombal, pandai merayu kepada setiap perempuan, buktinya petugas perempuan di pengisian minyak kemarin sore saja digoda. Haziya sudah cukup sekali saja menelan pahitnya kisah asmara, dan rumah tangga yang gagal. Luka perih tak terlihat lebih menyakitkan, waktu bahkan tidak bisa benar-benar menyembuhkan. Langitnya
더 보기

Ratu Baru

"Rumah yang kuyakini sebagai tempat ternyaman untuk berteduh berubah tatkala badai menerpa. Tak ada lagi kehangatan saat bersandar di pundakmu karena kedatangan ratu baru." Tepat pukul satu siang Haziya keluar dari rumah bimbel. Sebenarnya, dari jam setengah dua belas sudah selesai tugasnya sebagai pengajar, tetapi karena harus menyusun laporan dan shalat Zuhur dulu makanya baru sekarang bisa pulang. "Terima kasih, Haziya, sudah membantuku tadi." Anis memberi senyum tulus. "Besok aku bawakan flashdisk punyamu, ya?""Sama-sama, tidak perlu sungkan. Aku senang bisa membantu. Bukannya besok kamu tidak punya jadwal mengajar?"Anis mengangguk, dia menjelaskan untuk mengantarkan FD punya Haziya, karena merasa tidak enak terlalu lama menyimpannya di rumah."Sudah, tidak apa disimpan saja dulu. Lusa, kan insya Allah kita bertemu lagi di sini. Aku punya flashdisk cadangan kok.""Baik, terima kasih ya. Oh ya, kamu langsung
더 보기

Fitnahan Istri Baru Mantan Suami

🍒🍁Tebarkan kebaikan agar kita memetik kemenangan. Jangan menabur benih kebencian agar tidak memanen permusuhan.🍁Haziya meminta izin pulang pada Zaweel. Menurutnya lebih baik mereka sekarang tidak berduaan dulu untuk menghindari fitnah jika ada yang melihat. Apalagi keberadaan Vina, istri baru mantan suaminya yang sudah menuduhnya di pertemuan pertama. Tidak bisa dihindari jika nanti mereka kembali berjumpa, apalagi sampai Vina mendapati Haziya bersama Zaweel bakal berkepanjangan. Haziy
더 보기

Lidya Pulang

"Maaf ya, Ziya. Aku bukannya percaya sama omongan dia. Aku hanya tidak ingin pikiran burukku menilaimu." Anis meminta maaf, merasa tidak enak dengan pertanyaan barusan. Haziya mengulas senyum untuknya, sebelum mengatakan sesuatu dia meminum air mineral beberapa teguk.  "Tidak perlu minta maaf, Anis. Bukan suatu kesalahan kamu ingin bertabayyun, malah ini cara yang benar. Daripada kamu berprasangka buruk. Aku dan Bang Shabir sudah punya kehidupan masing-masing. Ya, seperti ceritaku tadi di telpon, dia sudah menikah lagi dengan Vina itu meskipun dia nggak mau menceraikanku. Entahlah, apa sebenarnya kemauan dia. Seharusnya jika dia memang sudah bahagia dengan kehidupan barunya, biarkan statusku jelas. Lelaki yang datang tadi telah membantuku untuk segera pergi agar nggak sampai berantem dengan Vina. Dia Zaweel, saudaranya sahabatku Miska. Zaweel menawarkan jasanya untuk menjadi pengacara di persidangan nanti. Dia bukan selingkuhanku." Rasa sesak k
더 보기

Kedatangan Zaweel Tanpa Undangan

🍁Tamu saja memberi salam dan mengetuk pintu sebelum dipersilakan masuk oleh pemiliknya, apalagi ini hati jangan asal masuk kalau hanya ingin menyakiti.🍁     "Dek, tolong ambilkan jilbab Kakak!" seruan bernada perintah dari Haziya kepada Adil karena tidak menyangka akan kehadiran Zaweel meskipun sekadar mengantarkan Miska. Suara Haziya sedikit keras sehingga didengar oleh dua tamu yang sejak tadi menunggu di luar. "Kamu nggak bilang sama dia kalau kita ke sini?" tanya Zaweel. "Nggak lah, mau suprise. Jadi kelabakan dianya, haha. Eits, jangan celingak-celinguk tetap tegak begitu, CCTV tetangga sedang dalam masa aktif," ujar Miska yang menyadari beberapa tetangga rumah Haziya ikut penasaran dengan kedatangan mereka ke sini. Mungkin sejak deru mobil memasuki halaman rumah Haziya, orang-orang di sekitar rumah   Haziya melancarkan aksinya bak detektif, mengintip melalui jendela dan saling bertanya-tanya siapa gerangan sosok lel
더 보기

Persetujuan Ayah

Haziya menaruh nampan berisi minuman dan makanan ringan itu di atas meja secara hati-hati. Dia sedikit was-was dengan reaksi ayahnya. Seperti kata Miska, Zaweel orangnya asyik sih cuma kebanyakan bicara, takutnya sang ayah kurang nyaman. Padahal dia sedang tidak mempromosikan calon suami, tetapi entah kenapa perasaannya  berharap agar Zaweel bisa bersikap baik agar ayahnya menyukai akan kehadiran lelaki itu.  Lidya dilarang ibunya untuk ke depan, karena sebentar lagi akan dipinang oleh Hanif. Menghindari dari fitnah. "Aku nggak bakal jatuh cinta sama dia kok, Bu. Cuma mau lihat gimana calon kakak ipar aja hehe," pintanya memohon untuk diizinkan ke ruang tamu.   "Namanya perasaan dan hati itu mudah dibolak-balik. Kamu di sini saja, tenanin ibu dan wawak," kekeh Ibu tidak bisa ditolak. Lidya mengembuskan napas kecewa, dia hanya ingin mengobrol dengan Zaweel untuk bisa menilai apakah lelaki itu lebih baik dari mantan suami kakaknya atau sebal
더 보기

Ancaman Shabir

🍁 Perasaan bukan seperti sebuah ketikan, bisa dihapus jika ada kesalahan sebelum mengirimkan kepada penerima pesan. Tolong, jangan menulis di lembaran hatiku lagi setelah menorehkan luka yang membekas sampai sekarang.🍁 Melupakan kenangan atau kejadian sangatlah tidak mudah, apalagi mencoba mengikhlaskan sesuatu yang terjadi meninggalkan kesan buruk. Namun, namanya roda kehidupan terus berputar.  Mentari tidak akan terlambat sedetik pun untuk menyapa pagi hanya karena embun jatuh di matamu. Senja tidak akan lupa melukiskan jingganya pada sudut langit meski langitmu dirundung mendung.   Pun begitu, malam tidak akan sunyi oleh tebaran bintang-bintang yang menerangi gelap meskipun tidurmu tidak nyenyak. Untukmu, tak perlu kamu memilih muram di pagi hari, melewatkan indahnya menebar senyum saling menyapa dengan orang-orang terkasih. Jangan menyembunyikan diri pada sebuah ruang, tanpa obrolan sama sekali. Kobarkan semangatmu di b
더 보기

Shabir Mengajak Ketemuan

Rona-rona jingga memperindah sudut-sudut langit. Beberapa anak masih begitu semangat bermain kejar-kejaran di depan halaman rumah Haziya. Tidak perlu ada undangan bagi para anak kecil tersebut, karena setiap kali ada acara di mana pun sudah menjadi hal lumrah yang ditemui di kampung bila rumah ramai oleh sorak dan tawa anak-anak. Mereka hanya akan pulang ketika magrib tiba, datang lagi hingga pukul sepuluh malam untuk tidur. Berhubung acara pertunangan Lidya diadakan setelah salat insya maka mereka sudah meminta izin kepada orang tua untuk salat di rumah Haziya. Adil dan Nirsyal yang meminta izin kepada Bu Lisa. Asal mereka patuh tidak mengacaukan acara nantinya tidak masalah.Namun, ada yang berbeda kali ini. Kehadiran Zaweel di tengah para bocah itu semakin membuat riuh. Lelaki dewasa yang sangat mencolok di antara yang lainnya. Dia ikut bermain bersama mereka.  "Ziya, kamu kelihatan banyak pikiran. Shabir gangguin kamu lagi?" Miska bertanya serius
더 보기

Jebakan Vina?

    Haziya mengucapkan syukur karena acara semalam berjalan lancar. Dia sangat senang melihat Lidya adiknya bahagia dengan kedatangan keluarga Hanif untuk melamarnya.  Sekarang dia hendak bertemu Shabir untuk menepati janjinya kepada lelaki itu, sesuai kesepakatan semalam. Shabir tidak merusak suasana khidmat berlangsungnya acara Lidya. Haziya tidak tahu siapa yang memberitahu Shabir mengenai lamaran tersebut. Bisa jadi tetangganya yang memiliki ikatan persaudaraan jauh dengan Shabir, entahlah. Haziya tidak mau berburuk sangka, seandainya benar pun dia tidak bisa melabrak mereka ataupun menegurnya karena Haziya tidak memiliki bukti yang kuat. Haziya berusaha tidak tersulut emosinya setiap kali tetangganya ikut campur dengan urusan pribadi. Padahal dia tipikal tidak mau mencampuri urusan orang lain, tetapi mengapa banyak yang mengusik kehidupan pribadinya sejak isu rumah tangga retak. Sekarang statusnya yang digantung pun jadi bahan ghibah di an
더 보기

Dukungan Keluarga

Rasa lelah menanggung beban pikiran tak menyurutkan Haziya untuk tetap tersenyum ketika menyapa keluarganya di rumah. Dia tidak ingin membebani mereka dengan masalahnya. "Assalamualaikum, Bu, lagi masak apa?" Menghidu aroma masakan ibunya yang mengundang nafsu sejak tadi memasuki rumah. Haziya berganti pakaian dulu di kamar sebelum menuju dapur. Perutnya yang belum diisi tadi di restoran, segera pulang setelah bertemu Vina membuatnya merasa lapar.  Haziya bersyukur masih memiliki orang tua lengkap. Pelita hati di saat gundah dan terasa berat menjalani hidup ini. Dukungan moral dari keduanya sangat membantu psikis Haziya. Tidak peduli sebanyak apa pun penduduk bumi ini membenci dirinya, asalkan ayah dan ibu masih selalu ada untuknya dia tidak akan takut. Haziya percaya setiap masalah yang dipikulnya merupakan kadar yang sesuai dengan kemampuan yang dapat dilaluinya.  'Allah tidak akan membebani hambanya mel
더 보기
이전
12345
DMCA.com Protection Status