Home / Romansa / Suddenly Married / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Suddenly Married: Chapter 1 - Chapter 10

45 Chapters

Prologue

Sebuah insiden yang membuat Zidny kehilangan keperawanannya. Bertekad mencari laki-laki brengsek yang telah merenggut mahkotanya. Namun, karena suatu hal, Zidny tiba-tiba menikah dengan Zidan. Aku adalah satu orang yang kau anggap dua orang berbeda. Tanpa kau sadari, kau sudah menikahiku dan kau juga sedang selingkuh denganku.~Zidny SandikaAku yang bodoh atau memang telah kau bodohi. Kenapa aku lebih memilih selingkuh denganmu, daripada mencintaimu sebagai istriku?~Zidan Leonli***Hallo, Semua. Selamat datang pada cerita pertamaku di sini. Salam kenal. Semoga suka, ya. Terima kasih yang udah mau baca. Terus baca sampai ending ya. Thank you, Guys. Salam hangat,Amalia Ulan
last updateLast Updated : 2021-04-27
Read more

Pertemuan Pertama

Kelap-kelip lampu discotik sangat menyilaukan bersamaan dengan musik yang memekakkan telinga. Baik wanita maupun pria asyik berjoget ria. Salah satunya adalah seorang gadis berumur delapan belas tahun yang bernama Zidny Sandika. Namun, di sini ia dikenal bernama Sansan. Gadis itu menarik pria tua hidung belang yang sering datang ke sini. Sansan meraba jakun pria tua itu, mengusapnya pelan. Tampak pria tua itu sangat menikmati elusan tangan Sansan."Om David, malam ini harus bayar lebih, ya," ucap Sansan dengan suara menggoda."Kamu tenang aja, Cantik. Nanti Om transfer dua kali lipat." Pria tua yang bernama David itu meraba bagian dada Sansan yang menonjol. Sesekali David mencubit pelan area itu. Sansan tetap tersenyum lebar. Ia mengusap pipi David, lalu menempelkan bibirnya ke pipi kanan David dengan lembut.David lalu mengajak Sansan duduk di sofa. Ia menikmati setiap elusan yang diberikan Sansan. Bir sudah tersedia si hadapannya. Gadis itu memberikan
last updateLast Updated : 2021-05-23
Read more

Penyesalan

Sansan menggumpal tangannya kesal. Hampir seharian ia tidak keluar kamar. Sejak kepulangannya subuh tadi, Sansan masuk ke rumahnya melalui tangga menuju lantai atas menuju kamarnya. Sansan tak kunjung keluar kamar.Berulang kali Nuni memanggilnya, tetapi Sansan beralasan sedang tidak enak badan dan ingin beristirahat saja di kamarnya."Bodoh ... bego ... goblok! Argh!" teriaknya frustrasi. Sansan menggaruk kepalanya dan mengacak rambutnya kesal."Bodoh banget sih gue!" ucap Sansan menyesali apa yang telah diperbuatnya.Pukul tiga pagi tadi, saat ia terbangun dari tidurnya. Sansan sudah tidak memakai benang sehelai pun. Badannya terbalut dengan selimut bersama seorang pria yang telah merenggut mahkota dalam hidupnya. Untung saja Sansan membawa pakaian gantinya."Ma--maaf," ucap Zidan menyadari apa yang telah dilakukannya."Puas lo malam ini?" tanya Sansan dengan air mata yang mulai berjatuhan."Maaf, saya ....""Gue hanya butuh kartu na
last updateLast Updated : 2021-05-23
Read more

Ada apa?

Mata Sansan melebar, sedangkan Raqib mengangguk meyakinkan. "Lo kenal di mana?" tanya Sansan."Dia ini bos di tempat gue kerja," jawab Raqib santai."Hah, bos?""Iya. Pak Zidan Leonli. Cowok yang diidam-idamkan karyawan kantor. Untung gue nggak. Sayangnya dia udah punya pacar."Dahi Sansan mengkerut. Pria itu sudah memiliki kekasih dan masih saja ke club? Sansan semakin membenci lelaki seperti itu."Emang kenapa? Lo punya utang sama dia?" Sansan berdecak pelan. Ia menggeleng menjawab pertanyaan Raqib."Tujuan lo apaan, sih, San?" tanya Atid."Udah, deh. Kalian gak usah kepo, ya. Gue mau balik dulu. Bye!" Sansan menarik tasnya, lalu berjalan ke dapur. Ia akan berpamitan dulu dengan Amira. ***Zidan mengetuk meja di depannya beberapa kali. Menunggu memang membosankan, tetapi Zidan harus mempunyai kesabaran. "Sorry, lama. Tadi macet." Itu merupakan alasan klasik yang selalu digun
last updateLast Updated : 2021-05-23
Read more

Sebuah Pilihan

Sansan menatap Nuni yang sejak tadi tersenyum sambil menatap ke luar kaca mobil. Ya, Sansan memang memakai mobil untuk mengantarkan neneknya ke rumah sakit. "Nek? Nenek ....""Eh, iya. Ada apa, Nak?""Nenek kenapa? Kok dari tadi senyum-senyum gitu?" tanya Sansan heran."Tidak apa-apa, Nak. Nenek cuma lihatin pemandangannya, bagus."Sansan semakin dibuat heran. Bagus apanya? Jika jalanan yang dilewati mereka hanyalah jejeran motor dan mobil yang berdempetan, karena sedang situasi macet.Sansan teringat dengan wanita yang duduk bersama neneknya di ruang tunggu tadi. Apakah ada kaitannya dengan wanita itu? batin Sansan."Oh ya, Nek. Aku boleh nanya, nggak?""Nanya apa, Nak?""Tante yang di sebelah Nenek tadi siapa? Nenek kenal sama dia?" tanya Sansan. Ia juga sedikit heran melihat tatapan ibu itu padanya. "Emang kenapa, Nak?""Tante itu natap aku dalam banget, Nek. Aku pikir Nenek kenal sama dia.""Ya.
last updateLast Updated : 2021-05-23
Read more

Suddenly Married

Hari itu tiba, di mana sang dua insan diperasatukan dalam status pernikahan. Dua pengantin yang akan menempuh hidup baru. Zidan sudah bersiap, jantungnya berdetak kencang tak seperti biasanya. Tangan Zidan dingin dan peluhnya sudah membasahi pelipis.  "Mama kecewa sama kamu," ucap Wanti dengan raut muka kecewa pada Zidan. "Tapi aku, kan, berhasil mendapatkan calon istri sendiri, Ma." "Bukan Reni yang Mama harapkan. Mama sudah menyiapkan calon istri yang baik untuk kamu, tapi sekarang kamu nggak jadi menikahi dia!" "Aku nggak tahu siapa gadis pilihan Mama, jadi nggak ada kewajiban bagi aku menikahi dia, Ma." "Intinya, Mama kecewa sama kamu," ucap Wanti keluar dari kamar Zidan. Ia hanya bisa menghela napas gusar.  Dering ponsel Zidan langsung mengalihkan perhatian pria itu. Nomor tidak dikena muncul di layar HP Zidan. Siapa, ya? tanya Zidan dala hati, tanpa pikir panjang ia langsung mengangkat telepon. "Hallo?"
last updateLast Updated : 2021-06-12
Read more

Resepsi

"Aku mau ngomong sesuatu," ucap Zidan yang membuat jantung Sansan berdetak tak karuan. Apakah Zidan mengetahui siapa Sansan yang sebenarnya? "Saya tahu kau pun sama kagetnya dengan pernikahan dadakan ini, tapi kau tenang saja, saya akan menafkahimu dan memberikan semua kebutuhanmu."  Dahi Sansan mengkerut saat Zidan berubah berbicara formal padanya. Ia jadi bingung untuk menjawab.  "Terima kasih, Pak Zidan." Mata Zidan melotot saat wanita yang sudah sah menjadi istrinya itu memanggilnya dengan sebutan Pak. Apa ia tak salah dengar? "Kau memanggilku Pak?" Sansan menunduk, menahan cekikikan yang akan keluar dari mulutnya.  "Iya, karena aku tahu Pak Zidan tampak lebih dewasa. Sangat jauh dengan umurku yang masih belasan," ucap Sansan sopan, dengan suara yang lembut dan pelan. Zidan mengusap mukanya pelan. Baru mengetahui jika istrinya adalah seorang remaja. Apakah mamanya tak salah pilih?  "Jadi,
last updateLast Updated : 2021-06-17
Read more

Perihal Lampu

"Zidny, kamu pikir saya mau bermain dengan anak kecil seperti kamu?"Sansan terdiam. Sedikit lega, karena ucapan Zidan bukanlah yang ia takutkan. "Ambil selimut, tidur di sofa!" suruh Zidan. "Kok di sofa, Pak? Kan kasurnya masih lapang," protes Sansan pelan."Jangan banyak protes. Cepat tidur di sana!" suruh Zidan. Sansan mengangguk saja, ia menarik selimut lalu membawanya ke sofa yang ada di kamar itu.Sansan langsung membaringkan badannya di sofa, walaupun sofa itu kecil, tetapi masih bisa menampung badan mungil Sansan.Zidan lalu mematikan lampu. Ia pun membaringkan badan di kasur, dengan keadaan gelap seperti ini, ia tak akan bisa melihat wajah anak kecil itu, pikir Zidan.Sedangkan Sansan, ia tak terbiasa tidur dalam keadaan gelap. Sansan lebih suka tidur dengan lampu yang menyala. Setidaknya ada sedikit penerangan. Namun, sekarang semuanya gelap."Aku nggak bisa tidur kalau gini," ucap Sansan pelan. Ia lalu me
last updateLast Updated : 2021-06-22
Read more

Benarkah?

Tak terasa, matahari sudah berganti tugas dengan bulan yang menemani malam. Zidan berjalan mondar-mandir sembari menggigit ibu jarinya. Bagaimana jika wanita itu meminta pertanggungjawabannya? Zidan sudah menikah, bisa kacau semuanya.  Sansan yang sejak tadi memperhatikan Zidan hanya menyunggingkan senyum sinis. Ia lalu memainkan ponsel di tangannya sebentar. Setelah itu, Sansan meletakkan ponselnya di nakas. Ia dan Zidan sama-sama di dalam kamar. Namun, Zidan tak menganggap ada Sansan di sana. Ia terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri. Bunyi notifikasi HP Zidan langsung mengalihkan perhatian pria itu, ia pun segera mengambil HP-nya yang tergeletak di kasur. Ada satu pesan belum terbaca. Zidan pun membuka pesan itu. 'Bagaimana? Jadi ketemuan sekarang, kan, Tuan Zidan Leonli Terhormat?'  Zidan kembali mondar-mandir tak jelas sembari memegang ponselnya. "Ada apa denganmu, Pak?" tanya Sansan pura-pura tidak tahu.
last updateLast Updated : 2021-06-24
Read more

Teman Baru

Sansan masih terdiam. Jantungnya berdetak kencang. Sansan kembali melihat Zidan yang menatapnya."Ya. Aku mencintaimu, Ren! Aku mencintaimu. Kenapa kamu tega selingkuhin aku, Ren? Kenapa kamu malah ...." Tiba-tiba Zidan memeluk badan Sansan membuat wanita itu terkejut.Sansan memutar bola matanya malas, sakit hati mendengar peruturan Zidan yang ternyata bukan mencintainya, tetapi dihantui bayang-bayang mantan. Sansan mendengkus pelan, ia pun mendorong badan Zidan melepaskan pelukannya. Namun, Zidan kembali memeluk Sansan. Akhirnya, wanita itu pasrah saja. Pasrah dianggap mantan Zidan yang amat ia cintai. Sansan jadi penasaran dengan mantan Zidan."Sayang, di sini dingin. Kita ke kamar, yuk!" ajak Sansan, karena sudah mengantuk. Zidan mengangguk saja. Lalu, Sansan membopong badan Zidan ke lantai dua, masuk kamar di mana mereka pertama bertemu.Sansan membantu Zidan berbaring di sana. Laki-laki itu menurut saja, ia sudah mabuk berat dan sulit t
last updateLast Updated : 2021-06-28
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status