Home / Romansa / Look At Me! / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Look At Me! : Chapter 61 - Chapter 70

97 Chapters

61. Jurus Andalan Clarissa

Pembicaraan dengan Anindita cukup membuat Clarissa lebih tenang. Tidak lagi rasa meledak di dada. Tiba di tempat kos, apa yang terjadi di rumah Adimasta terpampang kembali di matanya.  Orang tua Adimasta begitu menyenangkan. Clarissa sangat nyaman dengan mereka. Sedang Anindita, yang awalnya tidak begitu peduli hubungan Clarissa dan Adimasta, dia banyak bicara tentang bagaimana adiknya.  "Apa iya, aku yang lebay sama Adimasta. Tapi, cowok kalau dikasih hati bukan bisa aneh-aneh? Aku ga mau kayak mama, ditinggal papa. Mama sayang sekali sama papa, aku tahu itu. Kenyataannya sayang aja ga cukup." Clarissa bicara sendiri.  Menjalin hubungan tidak semudah asal bilang cinta. Ada banyak hal yang mengelilingi kata cinta yang akan menentukan hubungan itu akan jadi seperti apa.  Adimasta sejak awal memang cinta Clarissa. Sedang Clarissa, dia hanya memanfaatkan Adimasta demi kepentingan dirinya. Setelah sekian bulan bersama, tidak bisa dipun
Read more

62. Mau Terus Seperti Itu

Mata Diaz masih tertuju pada Clarissa dan Adimasta yang tidak menyadari kedatangannya dalam kelas itu. Para mahasiswa yang lain juga hampir sama. Ada yang sudah mulai mengeluarkan peralatan, ada yang masih sibuk dengan yang bukan berhubungan dengan perkuliahan. "Peraturan dalam kelas yang aku ajar sangat jelas. Aku tidak suka jika ada yang makan di dalam kelas!" Lantang dan tegas suara Diaz ke seluruh ruangan. Kedua matanya belum beralih dari Clarissa dan Adimasta. Semua mahasiswa seketika memandang padanya. Lalu mereka mengikuti arah mata Diaz, tatapannya menghujam pada sepasang kekasih yang tengah asyik di dalam kelas itu. Clarissa memegang sepotong roti yang siap dia suapkan pada Adimasta. Sementara Adimasta hampir saja membuka mulutnya. "Memang sudah benar jika mahasiswa datang lebih awal ke kelas sebelum perkuliahan mulai. Tapi, alangkah lebih bagus jika sudah siap begitu dosen masuk dalam kelas," tukas Diaz. Beberapa teman rasanya ingin tertawa
Read more

63. Bilang Sayang Kenapa?

"Sejak kapan bisa ngegombal? Belajar sama siapa? Keseringan berdua sama cewek-cewek?" Clarissa mencibir.  Adimasta mengangkat kacamata di atas kepalanya sambil tersenyum lebar.  "Nggak, dong. Aku sering nonton film. Romance," jawab Adimasta.  "Serius?" Clarissa melebarkan mata.  "Hee ... Nggak. Canda, Clay." Senyum Adimasta muncul kembali.  "Ntar pulang kuliah jalan, yuk?" ajak Clarissa.  "Hari ini?" Adimasta terkejut Clarissa mengajak dia nonton.  "Hmm-mm." Clarissa mengangguk mantap. Tentu saja Adimasta tidak menolak. Kejadian langkah ini. Mumpung kekasihnya mau bersikap manis, lanjut saja.  Lalu mereka cek film apa yang akan tayang siang hingga sore hari itu. Adimasta membiarkan Clarissa yang memilih. Dia ingin menyenangkan gadis cantik itu. Jika dia happy, Adimasta juga ikut senang.  Kuliah berakhir, segera Clarissa dan Adimasta meluncur menuju ke gedung bioskop.
Read more

64. Kenapa Harus Cowok Itu?

Clarissa tiba juga di tempat kos. Hampir jam delapan malam. Langsung gadis itu menuju kamar Yenny, bukan ke kamarnya sendiri. Dia tidak sabar ingin menginterogasi sahabatnya yang diam-diam menjalin hubungan dengan laki-laki tidak jelas.  Dengan langkah tergesa-gesa, Clarissa sampai di depan kamar Yenny. Dia buka pintu dan terkunci. Tidak biasa Yenny mengunci pintu kecuali dia mau tidur atau keluar kamar.  "Yenny!" Clarissa memanggil cukup keras. Dia sengaja agar tidak perlu mengulang atau dia akan membuat kamar-kamar lain terganggu dan penghuninya akan muncul di pintu kamar mencari tahu apa yang terjadi.  Pintu kamar terbuka, Yenny muncul. Dia memandang Clarissa dengan telunjuknya menutup mulut. Clarissa mendorong pintu lebih lebar dan dia masuk. Dengan rasa kesal Clarissa duduk di ranjang, menatap Yenny yang sedang menutup pintu. Lalu Yenny berjalan ke arah Clarissa, duduk di kursi belajar, menghadap temannya yang memasang wajah sangar. Yenny
Read more

65. Kesedihan Seorang Papa

Clarissa duduk tegak di atas kasur, dia perhatikan lagi postingan yang menandai papanya itu. Postingan itu dari akun istri Arlon. Dan gambar yang tampak di sana seorang bocah terbaring lemah, kaki dan tangannya dibalut putih. Pada wajah bocah itu terdapat luka-luka. 'cepat sehat lagi, anakku sayang' Clarissa membaca caption yang ada di bawah gambar itu. Tiba-tiba hati Clarissa terasa berdenyut. Bocah tampan yang terbaring tak berdaya itu adalah Calvin, anak Arlon dengan Fransiska. Apa yang terjadi padanya? Clarissa segera mencari kontak papanya dan menghubungi via telpon. Tidak tersambung. Beberapa kali Clarissa mencoba lagi, masih sama. Sepertinya ponsel Arlon tidak aktif. Hati Clarissa makin gelisah. Yang dia pikirkan sekarang, papanya pasti cemas.  Selama ini memang Clarissa masih belum berkomunikasi dengan istri dan anak Arlon. Dengan Arlon memang lebih sering sejak pertemua mereka yang lalu. Namun, Clarissa sudah mulai bisa menerima keluarga
Read more

66. Bocah Kecil yang Tampan

Kuliah hari itu selesai. Dengan sedikit lesu Clarissa membereskan peralatannya. Yenny yang ada di sisinya cepat-cepat akan meninggakan kelas. "Aku duluan, Clay." Yenny berdiri seraya menyampirkan tasnya di pundak. "Kamu mau jalan lagi?" tanya Clarissa dengan tatapan tak bersemangat. "Iya, diajak makan sama Stemmy. Abis gitu diantar pulang. Ga ke mana-mana." Yenny menjawab dengan cepat. "Oke." Clarissa menyahut datar. Yenny bergegas keluar kelas. Adimasta yang duduk di belakang Clarissa pindah ke sisinya. Dia perhatikan wajah kekasihnya. Masih seperti tadi pagi, resah. Dia menunggu kabar dari papanya, apakah mereka sudah tiba di rumah sakit atau belum. "Kita makan dulu, yuk?" ajak Adimasta. Clarissa cuma mengangguk. Keduanya berjalan keluar kelas yang sudah sepi. Adimasta mengajak Clarissa ke rumahnya. Adimasta berharap bertemu Alicia akan membuat Clarissa lebih tenang dan sedikit terhibur. Alicia menyambut Clarissa deng
Read more

67. Tentang Tante Fransiska

Calvin mengalami perkembangan yang baik meskipun agak lambat. Dia perlu mungkin hingga dua minggu untuk dirawat di rumah sakit. Arlon terpaksa meninggalkan istri dan anaknya karena tidak bisa meninggalkan pekerjaan terlalu lama. Clarissa akhirnya yang menemani Fransiska di rumah sakit. Setiap pulang kuliah, Clarissa datang menjenguk Calvin. Sempat juga dia ikut menginap di rumah sakit. Clarissa mulai bisa mengenal Fransiska, wanita yang sekarang menjadi istri Arlon. Wanita yang dulu sangat dihindari Clarissa. Bagi Clarissa siapapun wanita yang ada di sisi Arlon telah merebut kasih sayang pria itu buat Clarissa. Yang Clarissa pikirkan, karena wanita itu, Clarissa dan Rosita tidak lagi penting buat Arlon. "Kamu tidak lapar?" Fransiska duduk di sisi Clarissa.  Clarissa menoleh dan memandang Fransiska. Dia masih cukup muda, mungkin beda usianya dengan Arlon sampai sepuluh tahun. Fransiska sangat sederhana, tetapi sabar dan penyayang. Sangat berbeda dengan ka
Read more

68. Memaksa Yenny Bicara

Senyum itu, senyum Clarissa, yang membuat Adimasta jatuh cinta padanya, mengembang di bibirnya. Jantung Adimasta berdebaran. Semanis ini dicintai gadis kesayangan. Dua tahun lebih perjuangannya ternyata tidak sia-sia. Clarissa benar-benar membalas cinta Adimasta sekarang. Dia tidak malu lagi mengutarakan perasaannya. "Ga usah grogi, biasa aja." Clarissa nyengir melihat Adimasta menatap padanya dengan mulut setengah menganga. Gadis itu memutar posisi balik menghadap ke depan.  "Hee ... hee ...."Adimasta melempar senyumnya. Selalu begini, bersikap manis, lalu jutek lagi. Tapi Adimasta sudah sangat terbiasa. Dia menikmati semua yang ada pada Clarissa. Sikap angkuhnya, jutek, sok ngatur, semaunya, dan yang lain. Buat Adimasta itu keunikan Clarissa, yang dia tidak temui dari teman-teman cewek lainnya. "Thank you, ya ...." Adimasta mencondongkan badannya, berbisik pada Clarissa. Ucapan terima kasih itu membuat hati Clarissa meletup, tapi dia tidak bereaksi, ha
Read more

69. Demi Calvin

Ternyata Yenny pintar menyembunyikan yang sebenarnya. Clarissa sekarang mengatur strategi lain untuk mengetahui ada apa dengan Yenny dan Stemmy. Clarissa rajin melihat sosmed kedua orang itu. Sayangnya mereka posting hal yang wajar saja, tidak ada yang bisa menjelaskan apapun.  Clarissa berniat sok jadi detektif dan menguntit mereka, agar tahu ke mana saja, dan apa yang bisa jadi clue untuk Clarissa mengerti situasi mereka. Tetapi kesibukan di kampus tidak bisa ditinggalkan. Belum lagi dia masih harus menengok Calvin. Adiknya sudah mulai akrab dengannya. Kalau Clarissa tidak datang, dia akan terus bertanya pada Fransiska kapan Clarissa akan menjenguk dia. Mau tidak mau Clarissa menunda urusan mencari tahu soal Yenny dan Stemmy. Setidaknya sampai akhir minggu, Calvin sangat mungkin bisa pulang. Setelah itu Clarissa akan punya waktu lebih luang. Kesibukan yang bergantian datang memaksa Clarissa dan Adimasta juga berkurang bisa bersama. Belum lagi tanggung jawab Ad
Read more

70. Kekesalan Makin Memuncak

Clarissa makin kesal saja pada Stemmy. Juga pada Yenny. Buat apa dia bertahan dengan cowok macam itu? "Ada apa?" Clarissa menyela pertengkaran mereka. "Oh, Clay! Kamu pulang?" Yenny ternyata benar-benar fokus dengan pria itu, sampai tidak sadar Clarissa datang. "Ya, aku pulang. Kalian kenapa?" tanya Clarissa, serius. Dia mau jawaban dari Yenny atau Stemmy. "Kamu ga usah ikut campur, Clay. Ini urusanku dengan Yenny." Stemmy menatap Clarissa tidak suka. Clarissa membalas tatapan cowok itu. Dia tidak akan diam kali ini.Clarissa bahkan tidak peduli kalau Yenny akan marah padanya. Dia tidak mau ada cowok seenak perutnya bertingkah pada seorang gadis. Apalagi Yenny begitu baik padanya. "Asal kamu bener, aku ga akan ikut-ikut. Tapi kalau kamu aneh-aneh, aku ga akan biarin. Aku jauh lebih lama kenal Yenny dari kamu. Jelas?" Tatapan Clarissa tajam pada Stemmy.  "Bodoh!" Stemmy menyahut kesal. Dia menoleh pada Yenny. "Jangan telpon
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status