Home / Romansa / Look At Me! / 64. Kenapa Harus Cowok Itu?

Share

64. Kenapa Harus Cowok Itu?

Author: Ayunina Sharlyn
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Clarissa tiba juga di tempat kos. Hampir jam delapan malam. Langsung gadis itu menuju kamar Yenny, bukan ke kamarnya sendiri. Dia tidak sabar ingin menginterogasi sahabatnya yang diam-diam menjalin hubungan dengan laki-laki tidak jelas. 

Dengan langkah tergesa-gesa, Clarissa sampai di depan kamar Yenny. Dia buka pintu dan terkunci. Tidak biasa Yenny mengunci pintu kecuali dia mau tidur atau keluar kamar. 

"Yenny!" Clarissa memanggil cukup keras. Dia sengaja agar tidak perlu mengulang atau dia akan membuat kamar-kamar lain terganggu dan penghuninya akan muncul di pintu kamar mencari tahu apa yang terjadi. 

Pintu kamar terbuka, Yenny muncul. Dia memandang Clarissa dengan telunjuknya menutup mulut. Clarissa mendorong pintu lebih lebar dan dia masuk. Dengan rasa kesal Clarissa duduk di ranjang, menatap Yenny yang sedang menutup pintu. Lalu Yenny berjalan ke arah Clarissa, duduk di kursi belajar, menghadap temannya yang memasang wajah sangar. Yenny

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Look At Me!    65. Kesedihan Seorang Papa

    Clarissa duduk tegak di atas kasur, dia perhatikan lagi postingan yang menandai papanya itu. Postingan itu dari akun istri Arlon. Dan gambar yang tampak di sana seorang bocah terbaring lemah, kaki dan tangannya dibalut putih. Pada wajah bocah itu terdapat luka-luka. 'cepat sehat lagi, anakku sayang' Clarissa membaca caption yang ada di bawah gambar itu. Tiba-tiba hati Clarissa terasa berdenyut. Bocah tampan yang terbaring tak berdaya itu adalah Calvin, anak Arlon dengan Fransiska. Apa yang terjadi padanya? Clarissa segera mencari kontak papanya dan menghubungi via telpon. Tidak tersambung. Beberapa kali Clarissa mencoba lagi, masih sama. Sepertinya ponsel Arlon tidak aktif. Hati Clarissa makin gelisah. Yang dia pikirkan sekarang, papanya pasti cemas. Selama ini memang Clarissa masih belum berkomunikasi dengan istri dan anak Arlon. Dengan Arlon memang lebih sering sejak pertemua mereka yang lalu. Namun, Clarissa sudah mulai bisa menerima keluarga

  • Look At Me!    66. Bocah Kecil yang Tampan

    Kuliah hari itu selesai. Dengan sedikit lesu Clarissa membereskan peralatannya. Yenny yang ada di sisinya cepat-cepat akan meninggakan kelas. "Aku duluan, Clay." Yenny berdiri seraya menyampirkan tasnya di pundak. "Kamu mau jalan lagi?" tanya Clarissa dengan tatapan tak bersemangat. "Iya, diajak makan sama Stemmy. Abis gitu diantar pulang. Ga ke mana-mana." Yenny menjawab dengan cepat. "Oke." Clarissa menyahut datar. Yenny bergegas keluar kelas. Adimasta yang duduk di belakang Clarissa pindah ke sisinya. Dia perhatikan wajah kekasihnya. Masih seperti tadi pagi, resah. Dia menunggu kabar dari papanya, apakah mereka sudah tiba di rumah sakit atau belum. "Kita makan dulu, yuk?" ajak Adimasta. Clarissa cuma mengangguk. Keduanya berjalan keluar kelas yang sudah sepi. Adimasta mengajak Clarissa ke rumahnya. Adimasta berharap bertemu Alicia akan membuat Clarissa lebih tenang dan sedikit terhibur. Alicia menyambut Clarissa deng

  • Look At Me!    67. Tentang Tante Fransiska

    Calvin mengalami perkembangan yang baik meskipun agak lambat. Dia perlu mungkin hingga dua minggu untuk dirawat di rumah sakit. Arlon terpaksa meninggalkan istri dan anaknya karena tidak bisa meninggalkan pekerjaan terlalu lama. Clarissa akhirnya yang menemani Fransiska di rumah sakit. Setiap pulang kuliah, Clarissa datang menjenguk Calvin. Sempat juga dia ikut menginap di rumah sakit. Clarissa mulai bisa mengenal Fransiska, wanita yang sekarang menjadi istri Arlon. Wanita yang dulu sangat dihindari Clarissa. Bagi Clarissa siapapun wanita yang ada di sisi Arlon telah merebut kasih sayang pria itu buat Clarissa. Yang Clarissa pikirkan, karena wanita itu, Clarissa dan Rosita tidak lagi penting buat Arlon. "Kamu tidak lapar?" Fransiska duduk di sisi Clarissa. Clarissa menoleh dan memandang Fransiska. Dia masih cukup muda, mungkin beda usianya dengan Arlon sampai sepuluh tahun. Fransiska sangat sederhana, tetapi sabar dan penyayang. Sangat berbeda dengan ka

  • Look At Me!    68. Memaksa Yenny Bicara

    Senyum itu, senyum Clarissa, yang membuat Adimasta jatuh cinta padanya, mengembang di bibirnya. Jantung Adimasta berdebaran. Semanis ini dicintai gadis kesayangan. Dua tahun lebih perjuangannya ternyata tidak sia-sia. Clarissa benar-benar membalas cinta Adimasta sekarang. Dia tidak malu lagi mengutarakan perasaannya. "Ga usah grogi, biasa aja." Clarissa nyengir melihat Adimasta menatap padanya dengan mulut setengah menganga. Gadis itu memutar posisi balik menghadap ke depan. "Hee ... hee ...."Adimasta melempar senyumnya. Selalu begini, bersikap manis, lalu jutek lagi. Tapi Adimasta sudah sangat terbiasa. Dia menikmati semua yang ada pada Clarissa. Sikap angkuhnya, jutek, sok ngatur, semaunya, dan yang lain. Buat Adimasta itu keunikan Clarissa, yang dia tidak temui dari teman-teman cewek lainnya. "Thank you, ya ...." Adimasta mencondongkan badannya, berbisik pada Clarissa. Ucapan terima kasih itu membuat hati Clarissa meletup, tapi dia tidak bereaksi, ha

  • Look At Me!    69. Demi Calvin

    Ternyata Yenny pintar menyembunyikan yang sebenarnya. Clarissa sekarang mengatur strategi lain untuk mengetahui ada apa dengan Yenny dan Stemmy. Clarissa rajin melihat sosmed kedua orang itu. Sayangnya mereka posting hal yang wajar saja, tidak ada yang bisa menjelaskan apapun. Clarissa berniat sok jadi detektif dan menguntit mereka, agar tahu ke mana saja, dan apa yang bisa jadi clue untuk Clarissa mengerti situasi mereka. Tetapi kesibukan di kampus tidak bisa ditinggalkan. Belum lagi dia masih harus menengok Calvin. Adiknya sudah mulai akrab dengannya. Kalau Clarissa tidak datang, dia akan terus bertanya pada Fransiska kapan Clarissa akan menjenguk dia. Mau tidak mau Clarissa menunda urusan mencari tahu soal Yenny dan Stemmy. Setidaknya sampai akhir minggu, Calvin sangat mungkin bisa pulang. Setelah itu Clarissa akan punya waktu lebih luang. Kesibukan yang bergantian datang memaksa Clarissa dan Adimasta juga berkurang bisa bersama. Belum lagi tanggung jawab Ad

  • Look At Me!    70. Kekesalan Makin Memuncak

    Clarissa makin kesal saja pada Stemmy. Juga pada Yenny. Buat apa dia bertahan dengan cowok macam itu? "Ada apa?" Clarissa menyela pertengkaran mereka. "Oh, Clay! Kamu pulang?" Yenny ternyata benar-benar fokus dengan pria itu, sampai tidak sadar Clarissa datang. "Ya, aku pulang. Kalian kenapa?" tanya Clarissa, serius. Dia mau jawaban dari Yenny atau Stemmy. "Kamu ga usah ikut campur, Clay. Ini urusanku dengan Yenny." Stemmy menatap Clarissa tidak suka. Clarissa membalas tatapan cowok itu. Dia tidak akan diam kali ini.Clarissa bahkan tidak peduli kalau Yenny akan marah padanya. Dia tidak mau ada cowok seenak perutnya bertingkah pada seorang gadis. Apalagi Yenny begitu baik padanya. "Asal kamu bener, aku ga akan ikut-ikut. Tapi kalau kamu aneh-aneh, aku ga akan biarin. Aku jauh lebih lama kenal Yenny dari kamu. Jelas?" Tatapan Clarissa tajam pada Stemmy. "Bodoh!" Stemmy menyahut kesal. Dia menoleh pada Yenny. "Jangan telpon

  • Look At Me!    71. Perjuangan Belum Berakhir

    Kedua sahabat itu kini termenung, tidak ada yang bicara. Apa yang terjadi dengan Stemmy bukan masalah simple untuk diselesaikan. Jika mereka diam, Stemmy hancur. Jika mereka berbuat sesuatu lalu ketahuan kampus, mereka bisa ikut kena. Tapi tidak mungkin mereka akan diam saja. Apalagi Yenny. Yang Clarissa takutkan, Yenny rela membahayakan dirinya demi Stemmy. "Pasti ada jalan, Yenny. Pasti ada jalan." Clarissa meyakinkan Yenny dan juga dirinya sendiri. Sekarang Clarissa sudah terlibat, dia tidak akan biarkan Yenny kalang kabut sendiri. Namun, Clarissa juga tidak mau Yenny yang kewalahan karena lebih fokus dengan Stemmy daripada kuliahnya. Yenny memandang Clarissa. Ternyata Clarissa tidak bersikap seperti yang dia kuatirkan. Clarissa bisa cukup tenang setelah mendengar semua ini. "Kamu sunguh-sungguh sayang Stemmy? Kamu bayangkan di masa depan kamu akan bersama dengannya?" Clarissa kembali menatap Yenny. Pertanyaan itu dala

  • Look At Me!    72. Jangan Pergi, Please!

    Yenny menatap Stemmy yang lemah, berusaha sekuat tenaga menahan sakit yang makin menyayat setiap bagian tubuhnya. Dia bergulingan di atas kasur, sambil terus mengerang. Wajahnya pucat, keringat dingin terus saja mengucur karena Stemmy berusaha bertahan dari kesakitan luar biasa. Yenny hanya bisa memegang tangan Stemmy sambil menangis. Tidak pernah dia melihat orang semenderita ini. Bahkan papanya, saat sakit yang lalu tidak seburuk ini kondisinya. Clarissa pun tak tega melihat Stemmy. Dia cepat menelpon Adimasta, memastikan Adimasta akan segera datang. Tapi Adimasta tidak merespon panggilan Clarissa. Bingung, cemas, kalut, itu yang berkecamuk di hati dua gadis itu. Pintu kamar diketuk. Cepat-cepat Clarissa membuka pintu, dan Adimasta masuk. Pemandangan yang memilukan tampak di mata Adimasta. Stemmy terkapar, tak berdaya di atas kasur. "Di, aku ga tahu mau gimana? Aku ga sanggup lihat Stemmy." Clarissa menatap Adimasta dengan perasaan carut marut. "Dok

Latest chapter

  • Look At Me!    97. Yang Kedua Segera Datang

    Clarissa kembali memperhatikan Cori. Wajahnya sedikit pucat, bibirnya mulai biru. "Cori, kamu beneran ga apa-apa?" tanya Clarissa. "Ga apa-apa. Cuma geli, tadi. Ikannya pada ngerubung kakiku." Cori memeluk lengannya, mulai kedinginan. "Bawa dia mandi, Clay." Adimasta sudah di belakang Clarissa. Clarissa membawa Cori ke kamar mandi dan membersihkan diri. Sedang Adimasta, bersama Calvin, akhirnya dibantu Diaz mulai membereskan pancingan. Lalu ikan hasil Calvin dan Cori memancing mereka berikan pada pelayan untuk diolah menjadi lauk makan siang. Sambil menunggu makanan siap, Adimasta, ikut bergabung dengan keluarga yang lain. Hari yang sangat menyenangkan memang. Saat liburan sekolah, tepat hari ulang tahun pernikahan mama dan papa Adimasta, mereka pergi ke tempat pemancingan di pinggiran kota. Calvin datang liburan kenaikan kelas dan ikut bersama mereka. Yang menyenangkan, Rosita pun bisa bersama mereka. Kondisinya cukup baik

  • Look At Me!    96. Tetaplah Begini, Jangan Berubah

    Suara gemericik air mengalir terasa menenangkan jiwa. Desau tiupan angin membuat daun-daun beradu, berguguran di sekitar batang pohon yang besar. Di antara suara alam terdengar tawa dan celotehan gadis kecil di pinggir kolam yang cukup luas, bersama seorang anak yang mulai beranjak remaja. "Om, itu! Goyang! Lihat! Om, dapat lagi!!" Teriakan kegirangan terdengar memecah di antara suara alam yang sejuk. Anak lelaki di sisi gadis yang berteriak gembira itu dengan cepat menarik pancingnya dan benar, ikan mujair lumayan besar tersangkut pada mata kail. "Keren!! Om pintar juga memancing!" Gadis kecil dengan ekor kuda di belakang kepalanya itu melompat-lompat dengan senyum lebar. Dia cepat mengambil kaleng tempat menaruh hasil pancingan mereka.Lalu dengan senyum masih di bibirnya, gadis kecil itu berlari kecil menuju pondok tidak jauh dari kolam pemancingan. Di pondok bambu, duduk sepasang pasutri yang sedang menikmati indahnya alam di sekitar mereka.

  • Look At Me!    95. Hidup Itu Misteri

    Adimasta dan Clarissa kembali ke rumah sakit demi mendengar kabar kepergian Lena. Sungguh mengejutkan, ternyata Lena bahkan lebih cepat pergi dari yang dokter perkirakan. Mama Lena menangis hampir tak bisa berhenti. Begitu pula adik Lena.Lena yang ceria dan penuh semangat, tidak akan ada lagi. Senyum lebar dan tingkahnya yang lincah tidak akan terlihat lagi. Meskipun Adimasta tidak begitu dekat dengan Lena, tetap dia merasa sedih juga dengan kejadian ini. Clarissa bahkan ikut menitikkan air mata melihat ibu dan anak yang menangis karena kehilangan satu anggota keluarga mereka. Apalagi ayah Lena bekerja di luar pulau. Masih perlu menunggu sekian jam untuk bisa datang dan memeluk anak serta istrinya yang sedang berduka. Buatnya pasti juga sangat berat. Berpisah sekian lama, jarang bisa bersama, harus mendapat kabar putrinya meninggal. "Tuhan kenapa ga sembuhin kakak, Ma? Kenapa kakak diambil kayak gini?" Tangisan pilu gadis remaja itu menyayat hati.

  • Look At Me!    94. Pergi dengan Hati Bersih

    Senyum tipis muncul di bibir Lena yang sedikit kering. Dia memandang Clarissa. "Memang benar, ada sesuatu yang kita perjuangkan belum tentu juga akan kita dapatkan. Sakit, kecewa, pasti. Cuma, seperti mama bilang, aku harus punya hati bersih." Lena melanjutkan kalimatnya. Clarissa masih duduk di tempatnya, memandang pada Lena yang bicara dengan suara lebih lemah. "Hidupku akan segera berakhir. Kenapa ... aku harus meninggalkan semua ... dengan luka? Aku mau pergi dengan ... hati bersih." Makin lirih dan pelan kalimat itu keluar dari bibir Lena. "Lena?" Clarissa menyentuh lengan Lena. Kuatir karena suara gadis itu makin jauh, matanya makin redup. "Aku hanya ngantuk ..." ucap Lena. Dia pejamkan matanya. Clarissa menarik nafas lega, Lena terpengaruh obat yang dia minum. Clarissa bangun dari kursinya, berjalan perlahan meninggalkan ruangan itu. Di depan kamar, Adimasta dan mama Lena sedang berbincang. Adimasta menoleh ke arah Clari

  • Look At Me!    93. Pertemuan yang Menegangkan

    Ponsel Adimasta kembali berdering. Mama Lena terus mencoba menghubungi dia. Mata Adimasta juga masih memandang Clarissa. Dia kembali kuatir kalau Clarissa akan mengeluarkan tanduk di kepalanya. "Terima, Di. Pasti penting." Clarissa berkata, tenang, tidak ada marah di sana. "Oh, oke." Adimasta pun menerima telpon dari mama Lena. Suara wanita setengah baya itu cemas, bahkan hampir menangis. Adimasta terkejut. Lena drop, masuk ke rumah sakit. Sejak semalam terus saja minta Adimasta datang. Clarissa memperhatikan Adimasta yang wajahnya berubah tegang."Kenapa, Di?" tanya Clarissa. Dia juga penasaran apa kabar yang Adimasta dapat. Adimasta melihat ke arah Clarissa, tapi belum menjawab, masih mendengar suara dari ponselnya. Clarissa menunggu, hingga Adimasta selesai berbicara dengan mama Lena. "Lena sakit lagi?" tanya Clarissa. Adimasta mengangguk. "Iya. Dia masuk rumah sakit. Dia ingin ketemu aku." Adimasta mengatakan itu tetap

  • Look At Me!    92. Peluk Aku, Jangan Lepaskan

    Tangan Adimasta masih sedikit gemetar. Dia pegang kuat kedua tangan Clarissa seakan tidak mau ditinggal sendiri. Dia memandang Clarissa dengan wajah yang sulit digambarkan. "Adi ..." Clarissa mencoba mencari kesasadaran dari tatapan bola mata Adimasta yang campur aduk. "Aku ingat. Aku ingat semuanya ..." Tangis Adimasta mulai terdengar. Dia raih Clarissa dan memeluknya erat. Debaran jantung Clarissa melonjak. Adimasta ingat semuanya? Benarkah? Clarissa masih belum yakin. Adimasta terus saja menangis. Belum pernah Clarissa melihat seorang pria menangis sampai seperti ini. Pelan, Clarissa usap punggung Adimasta, tidak ingin mengatakan apapun. Dia akan tunggu hingga Adimasta tenang, lalu mereka bisa kembali bicara. Sementara di kepala Adimasta, semua kisah muncul dengan jelas. Runtut, semua yang berlubang mulai tertutup. Semua kembali pada tempatnya. Adimasta melepas pelukannya dan memandang Clarissa. Masih campur aduk di dalam hatinya. Seb

  • Look At Me!    91. This is Me

    Beberapa saat lamanya, Clarissa menangis di pelukan Adimasta. Dia merasakan sentuhan lembut di punggungnya. Sesekali Adimasta mengusap atau menepuk, berusaha menenangkan Clarissa. Hal yang sama yang dulu Adimasta lakukan, sama seperti yang papa Clarissa lakukan. Adimasta sedang berperan jadi Arlon dalam pikirannya. Sedang Clarissa, di tengah tangisnya, terus berdoa, Adimasta akan kembali pada dirinya. Dirinya yang saat ini bersama Clarissa. Yang menyadari kalau Clarissa sudah cinta dan jatuh cinta padanya. Clarissa yang marah dan cemburu buta karena Adimasta peduli dengan cewek lain. "Katakan semuanya. Apapun itu. Anggap aku papa kamu." Kata-kata yang sama Adimasta ucapkan lagi. Perlahan, tangis Clarissa mereda. Dia angkat wajahnya, memandang Adimasta. Rasa sayang yang besar menyelimuti hati Clarissa. Apa yang akan dia katakan agar Adimasta tahu posisi mereka sebenarnya seperti apa? "Papa dan aku sudah baikan, Adi. Kamu tidak ingat, kalau kita bahkan

  • Look At Me!    90. Apakah Kamu Baik-baik?

    Dengan kesal Clarissa meletakkan ponselnya. Dia menelpon Yenny ingin dibelikan buah, malah Yenny bicara tidak jelas. "Siapa yang mau pergi ke club? Ngaco nih orang! Lagi sakit kepala apa si Yenny?" gerutu Clarissa.Duduk di depan meja belajar. melipat kedua tangannya ngedumel sendiri. Dering suara panggikan masuk. Clarissa melirik pada ponsel yang ada di depannya. Yenny. Masih kesal, Clarissa mengangkatnya. "Kamu kenapa, sih? Aku ngomong soal buah, kamu kok ga nyambung gitu," tukas Clarissa. "Clay, kamu ke club cepetan. Aku dan Adi nyusul ke sana." Yenny bicara dengan cepat "Hah??!" Clarissa seketika melotot mendengar itu. Aneh sekali sahabatnya itu. Gimana bisa dia menyuruh Clarissa pergi ke club. Ini juga masih belum beneran sore. Yenny mengatakan apa yang dia pikirkan saat bicara dengan Adimasta. Ternyata ini seperti sebuah pintu membawa Adimasta mengingat kembali pada Clarissa dan dirinya. Clarissa masih belum begitu pah

  • Look At Me!    89. Kunjungan Seorang Teman

    Mata Clarissa nanar memandang keluar kamarnya. Bukan taman cantik di halaman yang dia perhatikan. Wajah Adimasta yang menatap dingin kepadanya yang tampak. Ucapan Adimasta yang penuh kekecewaan yang melingkupi hati Clarissa. Yenny duduk di sisinya, mengusap pundak Clarissa. Gundah juga menyapa Yenny setelah mendengar penuturan Clarissa. Adimasta menolak kekasihnya. Yang dia ingat Clarissa hanya bertingkah menyebalkan dan Adimasta tidak mau lagi diperlakukan seperti itu. Semua bayangan kisah manis dan romantis yang sudah terjadi hilang dari kepala Adimasta. Dua hari, Clarissa tidak datang ke rumah Adimasta. Gadis itu tidak mau berbuat apa-apa. Hanya rebahan, duduk, main ponsel, bahkan enggan keluar kamar sekedar mengambil makanan online yang dia pesan. "Kamu benar-benar sayang Adi. Justru sekarang Adi yang begini." Hati Yenny bicara. Dia merasa pilu juga merasakan kedua teman baiknya. Dia harus melakukan sesuatu. Yenny Yakin, Adimasta dan Clarissa pasti bisa b

DMCA.com Protection Status