Beranda / Romansa / Cinta Suci Kinanti / Bab 11 - Bab 20

Semua Bab Cinta Suci Kinanti: Bab 11 - Bab 20

64 Bab

10. Gio mempersiapkan pernikahan?!

"Tuhan, terima kasih mempertemukanku dengan Abimanyu." Kinanti tersenyum menatap langit. Mengalihkan pandangan dari langit ke gedung di hadapan Kinanti. Bangunan dua lantai dengan beberapa kaca besar di tingkat duanya. Membuat suasana di dalam ruangan begitu terang oleh cahaya saat pagi dan siang. Perpustakaan Ilmu. Kinanti membaca sekilas sebuah plang kayu yang tertancap di depan gedung tadi. Dia berjalan memutar melewati samping gedung bercat warna putih. Ada satu kamar mess karyawan di sana. Kinanti ingin mencoba bertanya. Plastik hitam di tangan masih digenggam. "Dimana aku akan tinggal?" "Ayahku sendiri telah mengusirku karena kecewa. Sementara lelaki yang mengatakan akan menikahiku? Ah sudahlah!" "Sepertinya lelaki bertato itu hanya ingin mempermainkanku. Ia hanya menyuruhku ini dan itu. Terkadang aku lebih mirip seperti seorang pembantu di apartemennya." Kinanti berhenti bergumam seorang diri. Berdiri mematung di depan pintu, mengumpulkan keberanian. Harusnya para cleani
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-06-03
Baca selengkapnya

11. Kejutan Tak Terduga!

"Bye, see you in home!" ucap Hergio sambil melambaikan tangan. Lelaki itu berjalan menjauh. Kinanti menatap punggung atletis yang kian menjauh itu. Dua ciuman sehari ini, "Apa dia mencintaiku? Gio pasti tertarik padaku makanya dia menciumku. Iya, 'kan?" Kinanti berlari kecil ke toilet di belakang perpustakaan. Dia bukan ingin buang air kecil. Perempuan berusia dua puluh tujuh tahun itu ingin memastikan sesuatu. Sembari menatap pantulan diri di dalam cermin, dipegangnya kedua pipi. Ada warna merah menyebar di sana. Ya, pipi Kinanti merona merah. Perlakuan manis Gio tadi, sukses membuatnya terbang ke awan. Telunjuk tangan Kinanti kemudian turun ke bibir. Adegan saat Gio melumat paksa bibir dan akhirnya mereka berciuman di belakang pintu terputar di ingatannya lagi, "Ah … aku pasti sudah gila!" Mengingat semua itu jantung Kinanti berdegup dengan kencang. Pipinya kembali merona merah. Dia bergumam, "Kenapa aku menyukai sikap liar dan agresifnya?" "Jangan-jangan aku menyukainya?" Se
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-06-03
Baca selengkapnya

12. Cincin Emas.

"Apalagi yang ingin kau jelaskan? Apa kau ingin membuat kebohongan baru untuk menutupi semua kenyataan busuk ini?" "Heh, sedang apa kalian disana?" seru sebuah suara. Kinanti menoleh ke arah suara. Pak Sanip si security apartemen, melongok dari pintu tangga darurat lantai tiga. Kegaduhan suara Kinanti dan Gio mungkin mengganggunya. "Kinanti? Apa yang kalian lakukan di sana? Selesaikan masalah baik-baik jangan di tempat umum," ucap Pak Sanip. Ia kini berada di tangga dasar. Tak menyiakan kesempatan Kinanti segera menghempaskan tangan Gio yang masih memegang lengan. Menuruni tangga dengan cepat meninggalkan Gio yang masih berdiri terpaku di tempatnya. Melewati Pak Sanip yang menatapnya dengan aneh. "Kinanti?" "Kinanti …!" Masih dapat didengar Kinanti suara Gio memanggil-manggil namanya. Dia tak peduli, Kinanti hanya ingin berlari sejauhnya dari lelaki itu. Setelah menabur benih cinta di hati Kinanti. Gio menyiramnya dengan luka. Baru pagi tadi, ia bersikap manis memberikan beber
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-06-04
Baca selengkapnya

13. Melepas Mahkota.

Kinanti berjalan dengan langkah ringan, sesekali dia meloncat. Dia menaikkan jemari tangan kiri. Melihat cincin emas yang melingkar di jari manis. Hati yang bahagia membuat senyum selalu terukir di wajahnya. "Ternyata Gio Romantis juga, dia serius mau menikahiku?"Kinanti bermonolog seorang diri dalam kamarnya. Cincin emas di jari pemberian Gio, sukses membuat hatinya berbunga-bunga.Rasanya Kinanti tak perlu makan atau bernapas, dengan melihat cincin di tangannya saja dia bisa merasa kenyang. Kinanti masih bersandar di belakang pintu sambil tersenyum. "Aduh, aku lupa! Kartu debitku?""Tapi, biarlah! Toh, Gio meminjamnya untuk merencanakan pernikahan kami!"Kinanti berjalan menuju ranjang. Untuk pertama kali dalam hidupnya perempuan berusia dua puluh tujuh tahun itu merasa sangat senang. "Andainya bisa dipercepat, aku ingin menikah dengan Gio malam ini," ucap Kinanti sembari menatap langit-langit kamarnya. Seakan-akan berbicara dengan Tuhan. Sesuatu jatuh tepat di atas kepala Kina
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-17
Baca selengkapnya

14. Pembohong!

Keesokan harinya ….Senyum tersungging di wajah Kinanti. Hari ini dia tampil seperti biasa, tidak lagi mencoba merubah penampilan. Diangkatnya jemari tangan kanan. Pintu lift terbuka. Seringaian senyuman naif disodorkan padanya. Manik hitam mata Chika sudah menyorot cincin emas. Kinanti refleks segera menurunkan jemari. "Ada cincin emas di jemarimu?"Kinanti menarik segaris senyuman, "Iya.""Dari siapa? Pacar lo? Atau disematin tukang jual emasnya?" Satu sudut bibir Chika terangkat naik. Dia tersenyum puas. Kinanti terlalu bahagia untuk meladeni sindiran Chika. Menurutnya tidak ada gunanya berdebat dengan orang yang tidak menyukainya. Sebenar dan sebanyak apapun bukti yang diberikan, pembenci tetap tidak akan menyukainya. Percuma. "Dasar cupu! Malah pergi." Nada bicara Chika meninggi. Kinanti melangkah dengan ringan ke ruang kantor perpustakaan. Ada beberapa data yang harus diserahkan juga buku-buku baru yang harus diberi data. Dia sangat sibuk. Setelah mengambil buku baru juga
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-17
Baca selengkapnya

15. Astaga!

Rasa marah memenuhi rongga dada Kinanti. Dia merasa akan meledak. Tangannya meremas kertas berisi data buku baru yang masuk, "Ba**ngan itu!""Kinanti, kamu kenapa?" Kak Fatma menoleh dengan raut wajah penuh tanya. "Ah, enggak Kak. Aku mau ke kamar mandi dulu."Kinanti bangkit dari kursi. Berjalan menuju sudut ruang, kamar mandi wanita tujuannya. Air matanya sudah menetes lebih dulu sebelum dia sampai. Brukgh! "Kenapa dia bisa sejahat itu padaku? Setelah apa yang kulakukan padanya, kenapa dia masih main-main. Apa baginya aku ini hanya permainan? Persinggahan sementara saat dia lelah dari kekasihnya?""Astaga! Sakit sekali!"Kinanti memukul-mukul dadanya. Tangisannya terus berderai tanpa bisa dihentikan. Dia telah berkorban, memberikan seluruh yang dia punya termasuk mahkotanya. Namun, Gio masih saja terus mempermainkannya. "Bagaimana dia bisa memberikan cincin Gisela padaku?"Lama Kinanti berada di dalam kamar mandi. Dia berusaha meredam sedih dan rasa kecewa di sana. Menunggu hing
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-17
Baca selengkapnya

16. Gio nekat!

Di atas ranjang, Gio sedang menghisap sesuatu. Hidungnya mengendus dengan sangat dalam. Kinanti berjalan cepat, menghempaskan barang yang diduga Kinanti adalah sejenis narkoba, sabu. "Apa yang kamu lakukan? Kamu sudah gila?"Gio di atas ranjang berusaha membuka matanya yang sangat merah seperti hidungnya, nyaris mengeluarkan lendir. Wajahnya terlihat sangat menakutkan. Dia sakau! Calon suami Kinanti itu meraba-raba ranjang, berusaha menemukan butiran sabu. Kinanti sudah menghempasnya jauh ke lantai. "Sejak kapan kamu menggunakan barang haram ini? Jangan katakan jika uangku kamu gunakan untuk membeli barang haram ini?""Jawaaaab!" Kinanti menghentakkan kaki ke lantai. Dia sangat emosi. Belum selesai persoalan cincin emas mereka, Gio malah sedang mabuk sabu. "Mana …." Gio merangkak turun dari ranjang. Kembali meraba lantai. Berharap menemukan butiran sabu. "Berheeenti! Diam di sana!" Kinanti menarik kaos bagian belakang Gio. "Aku pulang lebih cepat mau menyelesaikan masalah kita,
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-17
Baca selengkapnya

17. Penjambret!

Bruakgh!Kinanti marah, benar-benar muak pada sikap Gio. Dia sudah lelah dibohongi. Tak mendengarkan permintaan lelaki itu, Kinanti tetap pergi. Dia membanting pintu saat sudah berada di luar. Sengaja melampiaskan semua rasa kesal di hatinya. Berharap Gio tahu, Kinanti benar-benar sakit hati, marah, kecewa padanya. "Dia pikir dia itu siapa? Walaupun tidak ada yang mau menikahiku, aku masih bisa menemukan orang lain. Hidup sendiri jauh lebih baik daripada terus dibohongi seperti ini! Huh!"Kinanti segera menaiki lift. Menekan tombol di dindingnya, menuju lantai dasar. Di bahkan belum berganti baju sejak pulang bekerja. Berharap bisa menyelesaikan masalah dengan Gio, tetapi justru kemelut baru tercipta.Selain pengangguran, Gio juga seorang pecandu narkoba. Apa yang diharapkan Kinanti dari lelaki seperti itu?Ting! Lift sudah berhenti. Kinanti berada di lantai dasar. Dia masih mematung beberapa saat, bingung kemana akan pergi. "Sekarang aku harus kemana?"Entah sudah berapa kali Kin
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-19
Baca selengkapnya

18. Bertemu Abimanyu.

Tak p akal. Kinanti segera mengejar kedua penjambret tadi. Dia berjongkok mengambil batu sekepalan tangan, cukup berat untuk diangkat. Kinanti mengambil ancang-ancang, melempar batu tadi pada lelaki yang membawa tasnya. Terdengar suara mengaduh disertai suara benda jatuh ke tanah. "Good Job! Gak sia-sia aku selalu ada di urutan teratas lempar lembing waktu sekolah." Kinanti tersenyum penuh kemenangan. Kinanti segera berlari menuju lelaki yang tersungkur di tanah, kesakitan. Memegangi kepala sambil memiringkan tubuh. Langsung ditarik tas kerjanya. Kedua tangan lelaki itu memegangi bagian belakang kepalanya. Cairan berwarna merah kental melumuri jemarinya. "Awas kamu, ya!" Lelaki yang menodongkan pisau pada Kinanti memelotot, mencoba mengancam Kinanti. Lampu penerangan di jalan mulai dinyalakan. Dalam remang-remang cahaya bayangan tubuh Kinanti terlihat utuh. Dia mulai berubah menjadi wanita kuat dari masalah yang datang."Ada apa ini?""Dia mau menjambret saya, Pak!"Pengemudi ken
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-19
Baca selengkapnya

19. Cinta Pertama Kinanti

Suara baritone yang sangat dikenal Kinanti. Sekian lama Kinanti merindukan suara itu. Dia terkejut dan segera berbalik, "Ayah?"Abimanyu Permana refleks melepas tangannya dari pundak Kinanti. Menjauh dari anak sulung Haidar Baskoro. Di belakang mereka lelaki dengan setelan celana kain hitam dan kemeja putih itu membelalakkan mata. "Kinanti, sekarang apa lagi yang kamu perbuat? Belum selesai kasusmu yang kemarin, sekarang kamu sudah bersama lelaki lain?""Tidak Ayah, biar Kinanti jelaskan dulu. Kami tidak ada hubungan apa-apa."Kinanti mencoba meriah tangan Ayahnya. Haidar Baskoro terlanjur kecewa padanya. Setiap kata atau penjelasan yang keluar dari mulut Kinanti hanya dianggapnya kemunafikan. "Apa kamu tidak bosan buat malu keluarga, hah?""Dengarkan Kinanti dulu Yah," teriak Kinanti. Dia tahu lelaki tua itu selalu menang dalam perdebatan, jalan satu-satunya adalah meninggikan intonasi, mencoba mendominasi."Keributan yang Ayah lihat tadi, karena ada dua orang penjambret mencoba me
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-22
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status