Semua Bab Cursed : Kutukan Kembar Tampan Season 1-2: Bab 1 - Bab 10

204 Bab

S1: Terdampar

"Di manakah aku?"Emily Stewart, 20 tahun, gadis Evermerika berambut pirang pendek dan bermata cokelat terang, terjaga di sebuah tempat yang masih asing baginya, di atas sebuah ranjang empuk. Tubuhnya terasa perih dan pedih, sulit untuk digerakkan. Matanya nanar menatap sekitar. Pertama-tama pandangannya masih kabur, namun berangsur-angsur segalanya menjadi makin nyata.Seorang wanita setengah baya duduk di sisinya, berseragam pelayan ala kerajaan atau bangsawan dari masa lalu."Syukurlah Nona sudah sadar. Selamat datang di Puri Vagano." ucap wanita itu ramah, namun wajahnya tampak dingin."Mengapa aku bisa berada di sini?""Kau ditemukan terdampar di pantai oleh Tuan Muda kami. Berterimakasihlah kepadanya. Bila kau terlambat sedikit saja diselamatkan, mungkin kau sudah tiada." ia tersenyum, tapi tak terkesan hangat."Te, te, terima kasih.""Namaku Hannah Miles, dan jangan berterima kasih kepadaku. Nanti kau juga akan bertemu dengan T
Baca selengkapnya

S1: Ocean & Sky Vagano

Emily menatap pemuda yang kira-kira berumur beberapa tahun di atasnya itu dengan tatapan kagum sekaligus segan."Ma, maaf, saya sudah merepotkan Anda. Saya tak bermaksud untuk ada di sini, maksud saya, saya mengalami kecelakaan. Terima kasih karena telah menolong saya, itu tadi kata Bu Hannah..." Emily gugup tak tahu harus berkata apa."Ya, tak apa-apa. Aku yang menemukanmu lalu membawamu kemari dan menyuruh dokter merawatmu. Tadi kau penuh luka dan bajumu juga basah kuyup dan robek-robek." senyum pemuda yang bernama Ocean itu cukup manis, membuat hati Emily deg-degan."A... apakah Anda yang menggantikan baju saya?" ia tersipu malu.Ocean tak segera menjawab. Pemuda berambut panjang itu beberapa saat terdiam. Tiba-tiba ia tertawa ngakak, membuat Emily tambah tersipu malu."Tentu saja tidak. Aku tak sekurang ajar itu juga." jawabnya sambil berdeham lalu berusaha menjadi cool kembali."Dokter keluarga kami seorang perempuan dan ia tinggal di p
Baca selengkapnya

S1: Makan Malam Pertama di Puri Vagano

Emily yang belum bisa berdiri untuk duduk di meja makan, malam itu mendapat kehormatan. Ia dibawakan senampan makan malam istimewa yang disajikan langsung di hadapannya, di atas ranjang dengan meja kecil seperti di film-film romantis yang ia tonton.Belum lagi dua pria muda tampan yang ikut makan di sisinya menemani sambil asyik bercerita bagaikan teman lama. Ocean dan Sky Vagano bergantian menceritakan semua yang belum Emily ketahui sebelumnya."Kami berdua sekarang menjadi raja, atau pangeran, di Pulau Vagano ini. Tentu saja tak ada rakyatnya, 'sih. Cuma beberapa puluh pegawai perkebunan apel dan anggur saja. Kami mengirimkan hasilnya ke Evemerika lewat kapal besar yang akan datang beberapa bulan sekali. Hasil perkebunan kami biasanya dijadikan cuka apel maupun apel segar, juga wine dan juice. Ya, lumayan juga 'sih." bangga Sky sambil dengan nikmatnya melahap sepotong paha kalkun super besar. Lalu ia melanjutkan dengan cerewetnya,"Kami juga punya istal kuda d
Baca selengkapnya

S1: Suara Aneh di Malam Hari

Setelah malam mulai larut, kedua bangsawan Vagano muda itu berdiri dan berpamitan dengan Emily yang masih harus banyak beristirahat untuk memulihkan tenaga serta kesehatannya."Tidurlah yang nyenyak. Di sini suasana sangat sunyi, kuharap kau bisa menikmati tidur lebih nyenyak daripada di Evermerika." pamit Ocean sambil tersenyum ramah."Besok kita bisa ngobrol lagi saat sarapan pagi, asyik sudah ada cewek cantik yang ramah dan baik hati mengisi hari-hari sunyi kami!" sorak Sky penuh semangat."Terima kasih, senang sekali berkenalan dengan kalian berdua hari ini. Semoga kita semua bisa bersahabat dengan baik. Maaf ya bila kehadiranku merepotkan kalian." Emily merasa gembira sekaligus masih sungkan."Ah, jangan katakan itu, sama sekali tak merepotkan, kami sangat gembira! Selamat malam dan selamat tidur, mimpi indah!" ucap Ocean. Ia seperti enggan meninggalkan Emily, merasa sedikit heran kepada dirinya sendiri mengapa gadis ini menimbulkan sesuatu rasa dala
Baca selengkapnya

S1: Awal Sebentuk Kecurigaan

Beberapa hari pun berlalu di Puri Vagano, dan Emily mulai pulih sepenuhnya dan kembali sehat seperti sediakala setelah kejadian tragis yang ia alami di laut. Bahkan ia lupa niatnya mengabarkan kepada keluarga mengenai kabar baik, bahwa ia selamat, tak seperti yang mungkin dunia luar duga. Ia juga lupa menanyakan keberadaan telepon atau sarana komunikasi apapun, bahkan sepertinya enggan pulang. 'Liburan musim panas masih sangat lama, tak ada salahnya aku tetap berada di sini, mungkin sampai ada kapal logistik datang?' - Emily mencoba mencari alasan.Ocean dan Sky Vagano dengan sangat ramah, akrab dan bersahabat selalu mendampinginya kemanapun ia ingin berkeliling. Puri Vagano sangat luas dan besar, seperti benteng atau istana tua di film-film Everopa masa lalu.Dinding batu pualam dan granit, lapisan karpet merah sepanjang lantai dan koridor, sangat banyak ruangan maha besar dan luas dengan langit-langit tinggi, dihiasi lampu-lampu kristal gantung serta deretan lentera
Baca selengkapnya

S1: Seseorang di Suatu Tempat

Malam itu Emily sungguh tak dapat tidur, sepertinya ia mengalami insomnia. Tetapi saat ia berusaha memejamkan mata, terdengar sayup-sayup suara merdu alunan alat musik klasik yang familiar. Piano.Lagu instrumental tunggal klasik terkenal yang Emily lupa apa judulnya.Terdengar tak seberapa jauh.Emily yang sudah bergaun tidur ala jaman dahulu, milik almarhumah ibunda Ocean dan Sky, memutuskan untuk turun dari ranjang, mengambil sandal kamar dan pergi keluar kamar menyusuri lorong-lorong menuju sumber suara piano.Ternyata dugaannya benar.Di aula puri keluarga Vagano di lantai dasar, seseorang di balik piano besar berwarna putih tampak khidmat memainkan instrumen itu.Pemuda tampan berambut cokelat panjang di bawah siraman terang cahaya bulan purnama dari jendela besar yang tirainya dibiarkan terbuka. Matanya terpejam dan ia memainkan lagu tanpa melihat buku musik. Sudah sangat hafal, tanpa sedikitpun kesalahan, sangat lancar dan menyentuh
Baca selengkapnya

S1: Penderitaan Terpendam Berpuluh Tahun...

(point-of-view seseorang atau sesuatu tak dikenal:) 'Hhhhh.... hhhh... hhhh....Hari ini Si Tua itu memberiku sisa makanan basi lagi. Perutku sudah kebal. Tak bisa lagi merasa sakit, mual atau muntah akibat makanan beracun sekalipun. Aku sudah muak dengan segala penderitaan ini!Aku ingin keluar menatap dunia, walau cuma sekali saja.Walaupun setelah itu aku akan mati dan pasti mati.Aku tahu aku bersalah akan sesuatu. Tapi aku juga dendam pada seseorang atau dua di luar sana. Dua orang yang aku tak kenal langsung, namun secara tak sadar 'menyiksaku' di sini hingga hari ini.Gara-gara mereka, aku ada di sini. Dalam kegelapan yang tak pernah berubah menjadi pagi. Malam itu aku meraung saking tak tahan pada rantai-rantai berkarat yang membelengguku sejak entah kapan, mungkin sejak aku lahir.Arrrrgh !!!Bersama erangan itu, kusentakkan sekuat tenaga hingga terlepas semua besi tua itu.Dan aku berhasil! Diam-diam aku keluar dari ruangan tempat aku dikurung selama ini, kutemukan tangga
Baca selengkapnya

S1: Kekaguman nan Berbahaya

Emily terbangun pagi itu dengan sebuah perasaan super aneh yang tak biasanya ia alami. Jantung berdebar dan keringat dingin membanjiri sekujur tubuhnya. Ia teringat pada ciuman bibir Ocean tadi malam, dadakan, spontan, masih sedikit bergidik karena terkejut namun juga merasa takjub. 'Rupanya ini rasanya dicium seorang cowok, beda banget dengan yang selama ini kuduga.' Bibir Ocean begitu lembut dan hangat seakan-akan mengantarkan sengatan listrik, menyetrum jiwa raganya, bagaikan magnet maha kuat menarik erat semua perasaannya, hingga tak ingin dan tak bisa lepas lagi.Entahlah apa ini cuma perasaan romantis ibarat sebuah cinta lokasi dan hanya keinginan Ocean sesaat, ataukah akan berlanjut hari ini? Rasanya Emily begitu malu dan segan bila tak sengaja menatap mata biru tajam sedalam samudra itu, seakan takut akan tercebur dan terhanyut lebih dalam lagi seperti kejadian tragis di laut yang ia alami beberapa waktu yang lalu.Ocean dan Sky se
Baca selengkapnya

S1: Pengintaian Menuju Kelam Terdalam

"Gulungan perkamen terkutuk yang dituliskan oleh almarhum ayah kami tepat pada hari kelahiran kami berdua, dituliskannya dalam kesedihan karena kematian ibu kami saat melahirkan kami berdua." terang Ocean, masih dalam nada lirih getir yang sama kepada Emily yang masih terpana sekaligus begitu ketakutan pada beberapa kalimat yang baru saja ia dengarkan. Pedang panjang dan tipis di dalam kotak kaca tebal itu terbuat dari perak, tampak masih berkilat dengan ujung tajam mengancam, seakan memberitahukan bahwa rambut saja bisa ia belah menjadi tujuh, apalagi tubuh manusia. "Makanya pedang terkutuk ini harus dijaga dengan baik agar jangan sampai jatuh ke tangan orang yang tak bertanggung jawab. Sudah sedari dulu kami berusaha menjaganya baik-baik sesuai warisan ayah kami. Padahal kami tahu, sebenarnya harta karun Vagano adalah incaran para kolektor benda antik, kurator serta rumah lelang besar di seluruh Dunia Ever! Harganya sangat tinggi, karena selalu dianggap sebagai peninggalan bersejar
Baca selengkapnya

S1: Nyaris Berakhir...

Suasana di lantai bawah tanah ini begitu sunyi. Mencekam. Emily terkadang berusaha menahan napas, karena khawatir desah napasnya sendiri akan terdengar oleh Hannah yang berada jauh di depannya, namun terkadang berbelok dan hilang dari pandangan.Wanita tua itu kerap melihat ke belakang seakan takut diikuti, dan belok kiri-kanan di setiap perempatan koridor. Emily selalu sigap sembunyi di balik tembok, namun buru-buru berbalik takut tertinggal dan kehilangan jejak.Tembok di ruangan bawah tanah ini hanya terbuat dari batu kasar dan dingin, begitu pula langit-langitnya. Hanya ada beberapa lentera seperti di film zaman dahulu menyala redup di sudut-sudut, jadi penerangannya pun sangat minim.'Ini seperti koridor menuju luar puri, seperti lorong rahasia untuk kabur dari istana di film-film. Hanya saja dalam kenyataan ini lebih mirip jalan menuju penjara atau kuburan bawah tanah, catacomb!' Emily semakin tegang.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
21
DMCA.com Protection Status