Share

S1: Nyaris Berakhir...

Suasana di lantai bawah tanah ini begitu sunyi. Mencekam. Emily terkadang berusaha menahan napas, karena khawatir desah napasnya sendiri akan terdengar oleh Hannah yang berada jauh di depannya, namun terkadang berbelok dan hilang dari pandangan.

Wanita tua itu kerap melihat ke belakang seakan takut diikuti, dan belok kiri-kanan di setiap perempatan koridor. Emily selalu sigap sembunyi di balik tembok, namun buru-buru berbalik takut tertinggal dan kehilangan jejak.

Tembok di ruangan bawah tanah ini hanya terbuat dari batu kasar dan dingin, begitu pula langit-langitnya. Hanya ada beberapa lentera seperti di film zaman dahulu menyala redup di sudut-sudut, jadi penerangannya pun sangat minim.

'Ini seperti koridor menuju luar puri, seperti lorong rahasia untuk kabur dari istana di film-film. Hanya saja dalam kenyataan ini lebih mirip jalan menuju penjara atau kuburan bawah tanah, catacomb!' Emily semakin tegang.

Akhirnya Hannah tiba di sebuah pintu ganda dari besi. Ia mendorongnya saja sebab pintu itu tak terkunci. Lalu ia masuk.

Emily sempat mencium semburan aroma tak sedap, kombinasi antara apek, bau pesing, atau bau busuk kotoran bertahun-tahun. Seperti bau di kandang hewan, atau bahkan lebih parah berlipat kali ganda! Rasanya ia harus menahan napas atau menutup hidung bila tak ingin segera jatuh pingsan!

'Ada apa di dalam sana yang perlu diberi makan? Apakah Hannah diam-diam memelihara hewan terlarang? Mungkin serigala atau semacamnya?'

Hannah tak berlama-lama di dalamnya. Ia segera keluar, seakan-akan tahu hari ini ia diikuti. Emily tadinya hendak maju ke depan pintu itu untuk mendengar atau mengintip sedikit, kira-kira apa yang ada di baliknya? Ia tak mungkin kembali kemari lagi nanti karena ia pun tak bisa menghafal jalan!

'Oh, tidak, Hannah juga segera pergi! Bila tertinggal olehnya, aku takkan pernah bisa untuk kembali ke atas!'

Emily mengurungkan niat untuk mengintai isi ruangan misterius berisi sesuatu yang diberi makan Hannah itu. Ia buru-buru mengintip Hannah lagi dari belakang agar bisa keluar dari labirin batu suram mencekam ini.

Tapi kali ini Hannah berjalan lebih cepat.

Emily yang masih pusing dan mual mencium bau tadi, dengan nanar dan sesak berusaha keras mengikutinya.

Tapi pandangannya semakin gelap dan langkahnya semakin pelan, tak peduli berapa cepat dipaksanya kakinya untuk berjalan.

Dan akhirnya ia tertinggal jauh dan betul-betul tak bisa melihat sosok Hannah lagi. Sebab semuanya berangsur gelap.

Emily hanya bisa melihat kelam, walau matanya masih terbuka. Tersungkur keras di atas lantai batu yang dingin.

*********

"Uh, kau sudah sadar, Em? Syukurlah, petugas puri yang jaga malam keliling menemukanmu!" rutuk Sky kesal.

Emily membuka matanya perlahan-lahan. Ia kembali berada di atas ranjang ruang tamu yang empuk. Sky duduk di sisinya, tampak khawatir dan cemas.

"Kemana saja kamu pergi, dan mengapa kau bisa ada di lorong bawah tanah?" Ocean yang sedari tadi berdiri di sudut ruangan mendekat dengan wajah tak kalah gusar.

"Tempat itu berbahaya! Sebab lorongnya sangat banyak dan ribet. Sangat mudah nyasar bila kau tak betul-betul mengenal puri ini. Makanya kami tak mau mengajakmu ke sana. Lagipula tak ada apa-apa di sana, hanya ada barang-barang bekas di gudang, penjara bawah tanah yang sudah tak berpenghuni..." cerewet Sky lagi.

"Ya, dan tak ada CCTV maupun GPS di puri tua ini. Lorong kosong tak ada penghuninya. Uh, semestinya jalan ke sana bisa dikunci, sayang pintunya terlalu banyak dan kami tak pernah tahu ada kuncinya atau tidak. Lain kali jangan mengembara sendirian di puri ini, ya! Walaupun ini rumah kami, tapi bukan home sweet home." cemas Ocean lagi, kali ini mendekat dan menatap Emily seperti pacar baru saja...ehm!

'Oh, tidak, teman-teman. Kalian salah. Ada sesuatu di sana...'

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status