"Jangan takut, Em. Aku ada di sini." Ocean memeluk gadis itu, mereka berdua terduduk di sofa dengan jantung berdebar-debar dan keringat menganak sungai. Emily yang sudah beberapa kali mengalami kejadian aneh, kali itu tak ingin lagi memendam semuanya sendirian.
"Ada sesuatu atau seseorang di sini. Aku takut!""Suara itu juga sudah sering kudengar, makanya aku tak seberapa takut lagi. Tapi malam ini memang lebih kencang dan keras dari biasanya, seolah-olah ia sangat dekat!" Ocean masih mendekap Emily dengan sabar, seolah-olah ia memang pacarnya sendiri."Jadi, apa yang harus kita lakukan? Apakah memang ada yang namanya werewolf atau hantu di puri tua seperti ini? Dan mungkinkah makhluk itu bersembunyi di lorong bawah tanah?""Besok akan kuadakan penyisiran!" Ocean bertekad akan menyelidiki semuanya."Terima kasih." Emily baru sadar kalau dua bukit dada kecil tapi padatnya masih menempel erat di dada Ocean yang lapang. Sedikit malu-malu ia menjauh, padahal aroma tubuh c"Selama aku berada kembali di puri ini setelah belasan, hampir dua puluh tahun tak mengetahui apa-apa, baru tadi malam aku dengar jeritan aneh seperti tadi malam. Iya 'sih, sudah sering, tapi kukira itu hanya serigala liar di hutan kecil di sisi perkebunan! Bikin kepala pening saja!" cerocos Sky saat makan pagi bersama Ocean dan Emily di ruang makan. Ocean si kembaran berambut panjang dan Emily semula diam saja, mereka belum bicara apa-apa tentang kejadian tadi malam. Ocean masih menunggu saat yang tepat untuk perlahan-lahan bicara nanti dengan adiknya. Sementara memang belum terlalu jelas alias menggantung, apakah Emily juga ingin menjadi kekasihnya atau belum mau. Emily juga, sedikit grogi sekarang setelah mengetahui Ocean menaruh perasaan kepadanya. Ia belum tahu dan belum yakin pada perasaannya sendiri, jadi ia diam saja sambil menikmati kedekatan barunya, yang ia belum tahu bagaimana nanti. Nikmati saja, walau sedikit sungkan terhadap Sky. Kasihan, bila ia
Ketika Ocean benar-benar melaksanakan penyisiran Pulau Vagano secara besar-besaran pada hari itu, seisi Puri Vagano dibuat panik. Terutama, siapa lagi kalau bukan Hannah? Wanita itu seperti gelisah sepanjang hari ini, yang ditangkap Emily dengan sangat baik dengan sudut matanya. Ia sedari dulu sudah sangat curiga pada gerak-gerik wanita setengah baya yang tak ingin didekati ini. Sejak kedatangannya melalui insiden di laut, tak pernah sedetikpun Hannah bersikap ramah padanya. Betapa ingin ia curhat pada kedua kembar Vagano itu, terutama kepada Ocean, yang memang menaruh hati padanya dan tentunya akan menganggapnya lebih serius dibanding Sky yang suka bercanda. Tapi melihat Ocean hari itu begitu sibuk, diurungkannya niatnya untuk membahas soal Hannah. Ocean dalam stelan berburu ala bangsawan tampak sangat tampan berwibawa. Ia bersiap untuk naik kuda memimpin penyisiran di hutan, sementara Sky ditugaskan untuk menyisir perkebunan bersama sebagian pegawai pria ya
Namun kata-kata Hannah itu tak digubris oleh Ocean. Dengan berani ia tetap turun menuju salah satu pintu ke Lorong Bawah Tanah bersama beberapa anak buahnya.Melewati Hannah yang masih tampak begitu marah sekaligus ketakutan.Tapi begitu ia melihat ke arah yang Ocean tuju, ia sedikit lega, malah tersenyum kecil.Beberapa pria yang mengikuti pemuda itu bersama-sama menuruni anak tangga curam dan licin, mirip seperti yang Emily lalui malam itu saat membuntuti Hannah."Huh, aku tak bisa membuka pintu ini." Ocean berusaha mendorong pintu besi tua berat yang ia belum pernah coba buka seumur hidupnya."Ini tak ada kuncinya?" tanyanya kepada orang-orang yang bersamanya.Mereka sama-sama menggeleng. "Selama kami bekerja pada ayah Anda, Archduke Zeus Vagano, dari beberapa puluh tahun silam, sebagian besar dari kami belum pernah sama sekali turun ke tempat ini. Penjaga yang waktu itu menemukan Nona Emily mungkin tahu jalannya, tapi sayang sekali ia su
Pagi-pagi buta saat fajar belum juga merekah di ufuk timur, jenazah penjaga lorong bawah tanah yang terbunuh secara misterius (setidaknya bagi Ocean dan Sky dan seisi puri Vagano) dimakamkan di pemakaman dekat hutan. Pemakaman yang sama dimana ada juga makam Zeus Vagano dan istrinya, ayah dan ibu dari kedua kembar tampan.Ocean dan Sky sangat jarang menziarahi makam kedua orangtua mereka. Tapi entah mengapa, pagi itu setelah selesai menguburkan jenazah si penjaga, keduanya tertarik untuk pergi ke sana.Makam yang berdampingan itu tampak dingin dengan nisam pualam hitam yang mulai kusam berlumut dan termakan usia, semakin nyata saat matahari perlahan muncul menyinari tanah yang berumput tebal di sekitarnya.Begitu hijau, kecuali sesuatu di sisi kedua makam tua itu.Ada sebuah lubang lama di sana. Lubang yang dipersiapkan sebesar peti jenazah namun belum juga digunakan, dan sudah hampir tertimbun lagi atau tertutup rumput liar. Tapi jelas sekali, itu memang
Sementara Emily yang pagi itu sendirian saja di lobi atau ruang tamu utama puri Vagano, lagi-lagi menunggu seorang diri dalam kegelisahan. Ia tak tahu apakah harus berduka atau tetap tegar, harus pergi segera dari pulau surga yang mulai berubah menjadi pulau teror mencekam ini, atau bagaimana? Mustahil dan juga tak tega membiarkan Ocean dan Sky hanya berdua.Ocean. Pemuda yang begitu baik dan menarik. Sangat dekat dan hangat. Tapi mengapa ia sekaligus begitu jauh, seperti terselubung sebuah misteri?Grandfather clock yang menemaninya berdetak tik tok tik tok tik tok keras dan kencang, gemanya dalam sunyi begitu jelas seperti di film-film horor.'Ocean, aku takut sekali, sudah ada nyawa melayang di puri yang selalu kita anggap sepi dan damai karena berada di ujung dunia ini. Tapi ternyata tanpa sepengetahuan kita, di kala kita sedang menyelidiki sumber suara aneh dan mengerikan, peristiwa mengerikan telah terjadi. Pasti yang melakukannya tak ingin kita semua tahu
Hannah tak ragu-ragu lagi untuk menjalankan rencananya.'Sebenarnya itu bukan murni rencanaku. Tapi sebagian besar adalah permintaan terakhir Zeus Vagano.Aku hanya kelanjutannya, seseorang yang mewarisi permintaan terakhirnya saat ia masih hidup.Aku yang tahu sejarah keluarga ini sejak saat anak-anak kembar itu dilahirkan.Sesuai permintaan sang ayah, aku sudah dengan baik membesarkan mereka semua seperti anak-anakku sendiri.Sekarang tugasku sudah hampir selesai dan kinilah saatnya kita harus berpisah, Ocean dan Sky.Pada umur 23 tahun, kalian akan merayakan ulang tahun terakhir kalian!Terakhir, sebab hari itu akan menjadi hari ke ma ti an !!!A ha ha ha ha ha ha !!!'Hannah tentu saja tak langsung menyerahkan pedang itu kepada seseorang yang akan menjadi eksekutornya. Wanita tua itu kembali berlindung di balik b
Emily sedikit mengalami kesulitan pada awalnya karena ia tak begitu ingat jalan, tapi rute dapur Hannah yang pintunya tak pernah terkunci dan juga tak diketahui siapapun rasanya ia masih ingat.Siang itu, tanpa sepengetahuan siapa-siapa, ia kembali ke bawah sana melalui anak tangga batu melingkar yang curam dan berlumut tebal. Begitu licin dan tanpa pegangan. Ia harus sangat berhati-hati. Dan karena tak ada jendela kecuali lubang-lubang kecil ventilasi jaman dahulu nan tinggi di dinding atas, Emily harus mengawasi setiap ujung anak tangga yang semakin ke bawah semakin gelap.Dan begitu ia membuka pintu besi tua yang keras dan seret itu, menguar pula bau apek dan pengap. Kombinasi antara bau ruangan lama dan juga bau kotoran dan urin, sisa makanan basi serta entah apa lagi.Emily bertekad takkan mundur bahkan oleh bau tersengak sekalipun! Maka ia terus berjalan. Kali ini ia membawa senter, jadi tak perlu khawatir bila tiba di lorong yang tak memiliki ventilasi at
Sudut Pandang / point-of-view seseorang tak dikenal :'Dengan langkah ragu-ragu kudekati cermin itu, sesuatu yang membuatku penasaran sekaligus sangat kutakuti lebih dari apapun, bahkan lebih dari kematian.Sebab Si Tua selalu berucap kasar dan mengataiku 'Makhluk Terkutuk nan Buruk Rupa' seolah-olah aku bahkan bukan manusia.Padahal aku juga bisa berdarah dan terluka!Dan pada cermin yang permukaannya kusam karena lumut dan debu itu kusapukan tanganku, yang kurasa kukuku masih terlalu panjang walau suka kugigiti sendiri.Tanganku yang kurus dan panjang kulihat mendekati pantulannya sendiri, dan aku mendekat.Kulihat sosok suram berambut panjang acak-acakan karena hampir tak pernah digunting.Dan begitu melihat wajahku sendiri, aku nyaris terpekik.Memang tak seperti yang kuinginkan atau kuharapkan.Dan sama sekali tak seburuk yang kubayangkan.Tapi wajah ini... sangat mirip dengan...'Sementara itu tak ter