Sementara Emily yang pagi itu sendirian saja di lobi atau ruang tamu utama puri Vagano, lagi-lagi menunggu seorang diri dalam kegelisahan. Ia tak tahu apakah harus berduka atau tetap tegar, harus pergi segera dari pulau surga yang mulai berubah menjadi pulau teror mencekam ini, atau bagaimana? Mustahil dan juga tak tega membiarkan Ocean dan Sky hanya berdua.
Ocean. Pemuda yang begitu baik dan menarik. Sangat dekat dan hangat. Tapi mengapa ia sekaligus begitu jauh, seperti terselubung sebuah misteri?
Grandfather clock yang menemaninya berdetak tik tok tik tok tik tok keras dan kencang, gemanya dalam sunyi begitu jelas seperti di film-film horor.
'Ocean, aku takut sekali, sudah ada nyawa melayang di puri yang selalu kita anggap sepi dan damai karena berada di ujung dunia ini. Tapi ternyata tanpa sepengetahuan kita, di kala kita sedang menyelidiki sumber suara aneh dan mengerikan, peristiwa mengerikan telah terjadi. Pasti yang melakukannya tak ingin kita semua tahu
Hannah tak ragu-ragu lagi untuk menjalankan rencananya.'Sebenarnya itu bukan murni rencanaku. Tapi sebagian besar adalah permintaan terakhir Zeus Vagano.Aku hanya kelanjutannya, seseorang yang mewarisi permintaan terakhirnya saat ia masih hidup.Aku yang tahu sejarah keluarga ini sejak saat anak-anak kembar itu dilahirkan.Sesuai permintaan sang ayah, aku sudah dengan baik membesarkan mereka semua seperti anak-anakku sendiri.Sekarang tugasku sudah hampir selesai dan kinilah saatnya kita harus berpisah, Ocean dan Sky.Pada umur 23 tahun, kalian akan merayakan ulang tahun terakhir kalian!Terakhir, sebab hari itu akan menjadi hari ke ma ti an !!!A ha ha ha ha ha ha !!!'Hannah tentu saja tak langsung menyerahkan pedang itu kepada seseorang yang akan menjadi eksekutornya. Wanita tua itu kembali berlindung di balik b
Emily sedikit mengalami kesulitan pada awalnya karena ia tak begitu ingat jalan, tapi rute dapur Hannah yang pintunya tak pernah terkunci dan juga tak diketahui siapapun rasanya ia masih ingat.Siang itu, tanpa sepengetahuan siapa-siapa, ia kembali ke bawah sana melalui anak tangga batu melingkar yang curam dan berlumut tebal. Begitu licin dan tanpa pegangan. Ia harus sangat berhati-hati. Dan karena tak ada jendela kecuali lubang-lubang kecil ventilasi jaman dahulu nan tinggi di dinding atas, Emily harus mengawasi setiap ujung anak tangga yang semakin ke bawah semakin gelap.Dan begitu ia membuka pintu besi tua yang keras dan seret itu, menguar pula bau apek dan pengap. Kombinasi antara bau ruangan lama dan juga bau kotoran dan urin, sisa makanan basi serta entah apa lagi.Emily bertekad takkan mundur bahkan oleh bau tersengak sekalipun! Maka ia terus berjalan. Kali ini ia membawa senter, jadi tak perlu khawatir bila tiba di lorong yang tak memiliki ventilasi at
Sudut Pandang / point-of-view seseorang tak dikenal :'Dengan langkah ragu-ragu kudekati cermin itu, sesuatu yang membuatku penasaran sekaligus sangat kutakuti lebih dari apapun, bahkan lebih dari kematian.Sebab Si Tua selalu berucap kasar dan mengataiku 'Makhluk Terkutuk nan Buruk Rupa' seolah-olah aku bahkan bukan manusia.Padahal aku juga bisa berdarah dan terluka!Dan pada cermin yang permukaannya kusam karena lumut dan debu itu kusapukan tanganku, yang kurasa kukuku masih terlalu panjang walau suka kugigiti sendiri.Tanganku yang kurus dan panjang kulihat mendekati pantulannya sendiri, dan aku mendekat.Kulihat sosok suram berambut panjang acak-acakan karena hampir tak pernah digunting.Dan begitu melihat wajahku sendiri, aku nyaris terpekik.Memang tak seperti yang kuinginkan atau kuharapkan.Dan sama sekali tak seburuk yang kubayangkan.Tapi wajah ini... sangat mirip dengan...'Sementara itu tak ter
Sudut Pandang / point-of-view seseorang tak dikenal : 'Emily !!! Bagaimana mungkin ia bisa berada di sini, dalam kerajaan kelamku yang tak layak untuknya ini? Dengan bingung tubuh gadis yang memang kucari-cari itu kudekap seketika dalam tubuh kurusku dari lantai yang kotor, basah berlumpur dan sangat dingin. Biarpun aku seketika langsung bernafsu saat menyadari inilah mangsa yang kucari dan kuinginkan selama ini, tentu saja aku masih punya rasa kasihan dan juga sesuatu yang lain. Kelembutan yang selama ini aku tak pernah rasakan. Sungguh, aku tak tega bila melihatnya begini. Kugendong saja tubuhnya yang mungil dan ringkih itu entah ke mana, mencari tempat terdekat. Aku tahu masih ada ruangan yang pernah digunakan untuk menahan orang, mungkin orang sepertiku yang di masa lalu pernah ditangkap sebagai tahanan di sini. Puri ini memang penuh rahasia dan aku salah satunya. Apakah aku memiliki darah Vagano juga? Aku tak mengerti dan masih belum yaki
Sudut Pandang / point-of-view Seorang Kembar Vagano Tak Dikenal :'Aku berkali-kali membasuh wajahku untuk memastikan kalau apa yang kulihat di cermin itu salah besar.Salah mataku sendiri dan sebuah ilusi, bahwa aku bukan seorang Vagano.Karena aku cuma monster yang mengerikan, yang bertubuh cacat atau tak layak untuk berada di atas sini, maka harus disembunyikan dengan baik di bawah sana.Mengapa aku tak langsung dibunuh saja dan masih harus dipelihara seperti seekor binatang?Dalam kegalauan dan kegundahanku, tiba-tiba kulihat Emily bergerak-gerak.Ia akan segera sadar!Aku harus pergi dari sini. Aku tak ingin ia mengetahui keberadaanku. Dan aku memang patut mati atas segala apapun dosa yang mungkin kulakukan, tapi tidak hari ini.Maka kali ini dengan hati-hati aku menyelinap keluar dan segera kembali ke tempat dimana aku selama ini berada.Tak lagi sama sekarang. Aku tak boleh begitu saja seperti dulu lagi!Ak
Emily tadinya belum begitu percaya sepenuhnya pada Ocean. Ia masih memasukkan Ocean ke dalam 'daftar tersangka' orang yang menemukannya lalu membawanya ke atas sini. Tapi merenungkannya sejenak, rasanya tak mungkin sekali bila kedua pemuda kembar Ocean dan Sky yang menemukannya di sana. 'Apakah Hannah? Entahlah. Bukannya Hannah tak suka bila aku berada di sini, seolah-olah aku ini musuh besarnya?' Namun mendengar nama Doc Lilian, Emily mendapat ide.Ia orang yang menolong persalinan ibu kembar Vagano. 'Aku harus bertanya mengenai sejarah keluarga ini kepadanya!' "Baik, Doc Lilian boleh memeriksaku!" ia setuju pada keinginan Ocean untuk diperiksa. Sekitar dua jam kemudian, Doc Lilian pun datang. Ia seorang wanita tua dan sederhana, yang waktu itu pernah merawat Emily selama beberapa minggu. Namun tak pernah atau jarang sekali bertukar kata jadi Emily tak begitu mengenalnya. Doc Lilian dengan stetoskop tuanya dan sebuah tensimeter manual jadul segera
Emily hanya membawa sebuah senter dan nyaris lupa memakai sepatu. Ia bertubuh mungil, jadi tak seberapa susah baginya untuk menyelinap dari halaman Puri menuju hutan yang hanya dipisahkan oleh pagar hidup rendah. Dan karena puri Vagano tak seberapa terang di malam hari, ia bersyukur pencahayaan yang minim itu membuat para penjaga tak sadar bila ia sudah mencapai hutan. 'Kurasa hanya ini caranya untuk segera mengetahui segala-galanya malam ini.' Mercusuar itu sepertinya berada di tepi laut, dan untuk menuju ke sana melalui hutan adalah rute terbaik. Bila melalui perkebunan, kemungkinan besar akan segera tertangkap oleh petugas-petugas yang berjaga malam di jalan tanah sederhana yang biasanya dilalui kereta kuda dan kendaraan pengangkut lainnya. Tapi Emily sama sekali tak menduga bila tanah hutan itu sebenarnya begitu sukar dilalui karena terlalu gelap, licin, berbahaya dan juga penuh rintangan. Semak-semak belukar berduri, suara-suara hewan liar yang m
Mendengar pertanyaan bertubi-tubi dari Emily, Doc Lilian hanya bisa mendesah. Beliau bisa merasakan kalau sesuatu akan segera tiba dan itu bukanlah hal yang menyenangkan, karena sudah terpendam selama hampir dua puluh tiga tahun. Sesuatu yang sudah lama bagaikan api dalam sekam. Tertimbun namun tidak kelihatan, namun lama-kelamaan akan menjadi api yang bukan hanya bernyala-nyala, namun bisa membumihanguskan apa saja yang ia lalui. "Ceritanya sangat panjang, dan aku tak bisa menjelaskannya kepadamu seorang diri, karena sebenarnya ceritaku ini hanya dari apa yang kuketahui saja." Doc Lilian ganti bertanya, "Darimana Emily tahu semua itu dan mengapa kau bisa menanyakan hal yang bahkan Ocean dan Sky pun belum mengetahui setitik komapun dari siapapun?" "Lorong Bawah Tanah, Dokter. Aku sudah dua kali berada di sana dan aku sebenarnya tak ingin tahu apa-apa. Tapi ada sesuatu atau sesorang di sana..." "Baiklah. Ya, memang sejak kematian ibu kembar Vagano, tem