(Point-of-view seseorang tak dikenal:)
'Susah payah aku terseok-seok kembali ke kurungan atau kandangku kembali setelah diam-diam pergi mengintai Emily, tanpa hasil, tak membawa apa-apa kecuali imajinasi liar yang belum pernah kualami sebelumnya selama hidupku ini.
Baru aku tahu sosok wanita muda itu sangat indah dan menarik. Bahkan aku ingin sekali memilikinya. Cinta? Hah, aku tak pernah tahu apa itu cinta.
Seumur hidupku aku hanya mengenal Si Tua. Dan ia tak mencintaiku! Hanya memeliharaku seperti seekor binatang.
Tapi malam itu aku terduduk kembali di atas lantai kandang kecilku yang bau, lalu mengingat setiap momen yang abadi terekam di benakku. Ingatanku cukup kuat walaupun aku tak pernah belajar apa-apa.
Dan perasaan itu, sensasi itu, naluri kebinatangan itu datang lagi kepadaku,Kulampiaskan dalam diam. Aku tahu, caranya hanya ini, agar perasaan itu tak berubah menjadi nafsu lain yang jauh lebih parah.
Tadi sebenarnya bisa sa
Ocean sebenarnya masih agak ragu menerima seorang gadis di kamarnya, namun karena Emily tampak begitu ketakutan dan juga tak tampak seperti sedang berpura-pura, diizinkannya pula Emily masuk ke kamar tidurnya yang besar. Emily sebenarnya masih sangat sungkan, malu dan juga tak tahu mengapa ia seberani ini masuk ke kamar seorang pemuda. Ini untuk pertama kalinya dan juga bukan dengan maksud apa-apa. Kamar Ocean mungkin berukuran dua atau tiga kali lipat lebih besar daripada kamar tamu yang diinapi Emily, dengan ranjang empuk bertirai transparan ala kerajaan berukutan sangat besar. Mungkin bukan lagi ukuran king tapi 'overlord'! Interior kamarnya mewah klasik modern, serba biru kelam perpaduan warna samudra dan malam, dengan beberapa lampu kuning temaram di sisi ranjang. Emily tak pernah tahu apakah Ocean pernah memiliki pacar sebelumnya, entah di kota atau di mana saja. Tapi sepertinya 'sih belum. "Maaf sekali kalau aku mengganggumu, aku tidur di sofa
"Jangan takut, Em. Aku ada di sini." Ocean memeluk gadis itu, mereka berdua terduduk di sofa dengan jantung berdebar-debar dan keringat menganak sungai. Emily yang sudah beberapa kali mengalami kejadian aneh, kali itu tak ingin lagi memendam semuanya sendirian."Ada sesuatu atau seseorang di sini. Aku takut!""Suara itu juga sudah sering kudengar, makanya aku tak seberapa takut lagi. Tapi malam ini memang lebih kencang dan keras dari biasanya, seolah-olah ia sangat dekat!" Ocean masih mendekap Emily dengan sabar, seolah-olah ia memang pacarnya sendiri."Jadi, apa yang harus kita lakukan? Apakah memang ada yang namanya werewolf atau hantu di puri tua seperti ini? Dan mungkinkah makhluk itu bersembunyi di lorong bawah tanah?""Besok akan kuadakan penyisiran!" Ocean bertekad akan menyelidiki semuanya."Terima kasih." Emily baru sadar kalau dua bukit dada kecil tapi padatnya masih menempel erat di dada Ocean yang lapang. Sedikit malu-malu ia menjauh, padahal aroma tubuh c
"Selama aku berada kembali di puri ini setelah belasan, hampir dua puluh tahun tak mengetahui apa-apa, baru tadi malam aku dengar jeritan aneh seperti tadi malam. Iya 'sih, sudah sering, tapi kukira itu hanya serigala liar di hutan kecil di sisi perkebunan! Bikin kepala pening saja!" cerocos Sky saat makan pagi bersama Ocean dan Emily di ruang makan. Ocean si kembaran berambut panjang dan Emily semula diam saja, mereka belum bicara apa-apa tentang kejadian tadi malam. Ocean masih menunggu saat yang tepat untuk perlahan-lahan bicara nanti dengan adiknya. Sementara memang belum terlalu jelas alias menggantung, apakah Emily juga ingin menjadi kekasihnya atau belum mau. Emily juga, sedikit grogi sekarang setelah mengetahui Ocean menaruh perasaan kepadanya. Ia belum tahu dan belum yakin pada perasaannya sendiri, jadi ia diam saja sambil menikmati kedekatan barunya, yang ia belum tahu bagaimana nanti. Nikmati saja, walau sedikit sungkan terhadap Sky. Kasihan, bila ia
Ketika Ocean benar-benar melaksanakan penyisiran Pulau Vagano secara besar-besaran pada hari itu, seisi Puri Vagano dibuat panik. Terutama, siapa lagi kalau bukan Hannah? Wanita itu seperti gelisah sepanjang hari ini, yang ditangkap Emily dengan sangat baik dengan sudut matanya. Ia sedari dulu sudah sangat curiga pada gerak-gerik wanita setengah baya yang tak ingin didekati ini. Sejak kedatangannya melalui insiden di laut, tak pernah sedetikpun Hannah bersikap ramah padanya. Betapa ingin ia curhat pada kedua kembar Vagano itu, terutama kepada Ocean, yang memang menaruh hati padanya dan tentunya akan menganggapnya lebih serius dibanding Sky yang suka bercanda. Tapi melihat Ocean hari itu begitu sibuk, diurungkannya niatnya untuk membahas soal Hannah. Ocean dalam stelan berburu ala bangsawan tampak sangat tampan berwibawa. Ia bersiap untuk naik kuda memimpin penyisiran di hutan, sementara Sky ditugaskan untuk menyisir perkebunan bersama sebagian pegawai pria ya
Namun kata-kata Hannah itu tak digubris oleh Ocean. Dengan berani ia tetap turun menuju salah satu pintu ke Lorong Bawah Tanah bersama beberapa anak buahnya.Melewati Hannah yang masih tampak begitu marah sekaligus ketakutan.Tapi begitu ia melihat ke arah yang Ocean tuju, ia sedikit lega, malah tersenyum kecil.Beberapa pria yang mengikuti pemuda itu bersama-sama menuruni anak tangga curam dan licin, mirip seperti yang Emily lalui malam itu saat membuntuti Hannah."Huh, aku tak bisa membuka pintu ini." Ocean berusaha mendorong pintu besi tua berat yang ia belum pernah coba buka seumur hidupnya."Ini tak ada kuncinya?" tanyanya kepada orang-orang yang bersamanya.Mereka sama-sama menggeleng. "Selama kami bekerja pada ayah Anda, Archduke Zeus Vagano, dari beberapa puluh tahun silam, sebagian besar dari kami belum pernah sama sekali turun ke tempat ini. Penjaga yang waktu itu menemukan Nona Emily mungkin tahu jalannya, tapi sayang sekali ia su
Pagi-pagi buta saat fajar belum juga merekah di ufuk timur, jenazah penjaga lorong bawah tanah yang terbunuh secara misterius (setidaknya bagi Ocean dan Sky dan seisi puri Vagano) dimakamkan di pemakaman dekat hutan. Pemakaman yang sama dimana ada juga makam Zeus Vagano dan istrinya, ayah dan ibu dari kedua kembar tampan.Ocean dan Sky sangat jarang menziarahi makam kedua orangtua mereka. Tapi entah mengapa, pagi itu setelah selesai menguburkan jenazah si penjaga, keduanya tertarik untuk pergi ke sana.Makam yang berdampingan itu tampak dingin dengan nisam pualam hitam yang mulai kusam berlumut dan termakan usia, semakin nyata saat matahari perlahan muncul menyinari tanah yang berumput tebal di sekitarnya.Begitu hijau, kecuali sesuatu di sisi kedua makam tua itu.Ada sebuah lubang lama di sana. Lubang yang dipersiapkan sebesar peti jenazah namun belum juga digunakan, dan sudah hampir tertimbun lagi atau tertutup rumput liar. Tapi jelas sekali, itu memang
Sementara Emily yang pagi itu sendirian saja di lobi atau ruang tamu utama puri Vagano, lagi-lagi menunggu seorang diri dalam kegelisahan. Ia tak tahu apakah harus berduka atau tetap tegar, harus pergi segera dari pulau surga yang mulai berubah menjadi pulau teror mencekam ini, atau bagaimana? Mustahil dan juga tak tega membiarkan Ocean dan Sky hanya berdua.Ocean. Pemuda yang begitu baik dan menarik. Sangat dekat dan hangat. Tapi mengapa ia sekaligus begitu jauh, seperti terselubung sebuah misteri?Grandfather clock yang menemaninya berdetak tik tok tik tok tik tok keras dan kencang, gemanya dalam sunyi begitu jelas seperti di film-film horor.'Ocean, aku takut sekali, sudah ada nyawa melayang di puri yang selalu kita anggap sepi dan damai karena berada di ujung dunia ini. Tapi ternyata tanpa sepengetahuan kita, di kala kita sedang menyelidiki sumber suara aneh dan mengerikan, peristiwa mengerikan telah terjadi. Pasti yang melakukannya tak ingin kita semua tahu
Hannah tak ragu-ragu lagi untuk menjalankan rencananya.'Sebenarnya itu bukan murni rencanaku. Tapi sebagian besar adalah permintaan terakhir Zeus Vagano.Aku hanya kelanjutannya, seseorang yang mewarisi permintaan terakhirnya saat ia masih hidup.Aku yang tahu sejarah keluarga ini sejak saat anak-anak kembar itu dilahirkan.Sesuai permintaan sang ayah, aku sudah dengan baik membesarkan mereka semua seperti anak-anakku sendiri.Sekarang tugasku sudah hampir selesai dan kinilah saatnya kita harus berpisah, Ocean dan Sky.Pada umur 23 tahun, kalian akan merayakan ulang tahun terakhir kalian!Terakhir, sebab hari itu akan menjadi hari ke ma ti an !!!A ha ha ha ha ha ha !!!'Hannah tentu saja tak langsung menyerahkan pedang itu kepada seseorang yang akan menjadi eksekutornya. Wanita tua itu kembali berlindung di balik b
"Tidak, jangan lakukan itu, Nona Kate! Kami akan segera mencari dan menemukan Ocean Vagano!" di luar dugaan semua orang yang hadir di pagi menjelang siang benderang namun mencekam itu, tetiba Lilian maju, menempatkan dirinya di antara Kate yang nyaris terjun ke jurang dan Katy yang semakin bernafsu untuk mengakhiri hidup kakaknya! "Minggir, Wanita Tua! Kau bukan sasaran Pedang Terkutuk ini! Minggir sekarang juga, aku tidak main-main!" geram Katy kesal. "Tidak! aku memang bersalah! Kuakui semua sekarang juga! Aku yang mengundang kalian kemari karena ingin menjodohkan Ocean dengan harapan semua kutukan akan segera berlalu dan kalian semua bisa berkeluarga dan akhirnya hidup bahagia, melupakan Emily dan segala yang terjadi!" aku Lilian, membuat kedua gadis kembar itu terhenyak, "Namun ternyata semua ini terjadi! Ocean sudah hilang dan kemungkinan besar tewas di laut dan takkan pernah kembali! Jadi aku merasa gagal, aku merasa benar bila ini semua salahku! Sama seperti p
Semua yang hadir terpaku di tempat, tak berani bergerak sedikitpun setelah mereka berjarak sedemikian dekat dengan Katy yang mungkin akan melukai Kate sewaktu-waktu tanpa sempat mereka cegah."Berhenti di sana sekarang juga, Nona Siapapun Namamu! Sebab gara-gara dirimu, semua yang aku dan Emily ingin lakukan hingga pergi sejauh ini terpaksa tertunda!" Earth dengan suara keras menitahkan Katy yang belum ia kenal."Darimana kau mendapatkan pedang itu dan siapa sebenarnya kalian, mengapa bisa ada di puri ini?" tanya Sky yang juga belum tahu apa-apa."Mereka berdua gadis-gadis bangsawan Everopa, keluarga Forrester yang datang kemari dari jauh dengan tujuan ingin bertunangan dengan kakak kalian, Ocean Vagano," jelas Lilian yang merasa bersalah karena diam-diam mengundang mereka, namun tampaknya tak berjalan baik seperti yang direncanakan."Betul sekali! Dan aku sebagai adik, kali ini tak ingin mengalah untuk kakakku, sekalipun ia telah tidur dengan Ocean Vagan
"Tidak, jangan ikuti aku lagi! Kumohon! Lihat, tadi ada seorang Vagano datang entah darimana, Ocean atau bukan, dia bisa kaujadikan milikmu!" Kate Forrester berlari terus di jalan yang semakin menanjak di tepi pantai itu, tanpa sadar bahwa sebenarnya ia menuju 'dead end'. Jurang yang menghadap ke pantai, namun bukan yang berpasir putih, melainkan pantai curam berbatu karang besar tajam dimana almarhum Zeus Vagano pernah terjatuh ke atasnya dan tewas seketika. "Kau tak bisa mengaturku! Nyawamu berada dalam tanganku, Kak!" Katy masih tersenyum dengan anehnya. Kini Kate berada dekat sekali dengan tepi jurang. Ia terhenti, bingung. Tak ada jalan kemanapun untuk kabur lagi. Hanya ada dua pilihan, dan dua-duanya jalan menuju maut! ********** Sementara itu di puri, Emily dan Earth telah memasuki ruang utama. Emily yang masih enggan sekaligus cemas pada nasib gadis kembar misterius yang dikejar saudarinya sendiri dengan pedang Dangerous Attraction, di
"Tidak mungkin, ini semua tak mungkin terjadi, sebab lukisan ini tak mungkin nyata!" Kate Forrester perlahan mundur menjauh, merasa tak ingin terburu-buru dari tempat persembunyian itu karena khawatir Katy akan menemukannya. Namun ia juga merasa tak nyaman dengan apa yang ia lihat. Terlalu mengerikan dan tak dapat dipercaya! Hanya saja, untuk bertahan di bawah tatapan empat pasang mata sedemikian mengerikan, siapa sanggup bertahan? Akhirnya Kate keluar dan kembali berlari menelusuri labirin Lorong Bawah Tanah. Tentu saja, tak jauh darinya masih ada Katy yang sedari tadi menunggunya dengan sabar. Dan suaranya yang berisik melengking saat bermonolog di hadapan Lukisan Terkutuk tentu saja terdengar oleh Sang Adik yang masih belum ingin melepaskan Sang Kakak. "Kate, sejauh apapun dan dimanapun kau berada, aku selalu ada di belakangmu, mengawasimu hingga aku mendapatkan nyawamu!" Kate berusaha keras mencari jalan keluar, kemana saja tembusnya lorong-lorong
Sementara jauh di lantai dasar, kedua Kembar Cantik Forrester masih saling kejar. Katy yang masih dibawah pengaruh misterius tentu saja takkan menyerah sebelum mencapai tujuannya."Bersiaplah untuk mati, Kate! Kau takkan pernah bisa menghindar dariku ataupun takdir yang menunggumu!""Tidak! Tinggalkan aku saat ini juga! Kau bukan dirimu sendiri, Katy! Sadarlah! Kumohon, ingatlah bahwa kau adikku! Adik takkan membunuh kakak sendiri walau demi cinta!"Sepanjang perjalanannya mencari pintu menuju Lorong Bawah Tanah, Kate Forrester berusaha keras menghalang-halangi adiknya sambil mencoba semua pintu di lorong yang ia duga pernah dilaluinya beberapa saat silam bersama Ocean dan Lilian. Dijatuhkannya semua vas bunga besar-besar dan pajangan berharga yang ia temui, tak peduli bahwa tuan rumah puri bisa saja marah besar bila mengetahui perbuatannya itu.Demi keselamatannya, ia tak peduli. Sayangnya, perbuatan Kate itu percuma saja. Katy tetap mengejarnya dan mela
Semalam-malaman, beberapa jam lamanya Lilian bersama beberapa petugas jaga terkurung di museum perpustakaan hampir merasa putus asa karena 'dikungkung' oleh suatu kekuatan tak kasat mata yang seakan-akan 'menguasai' Puri Vagano. Mereka telah mencari celah di dinding, jendela, serta mencoba semua kemungkinan lain untuk keluar. Tak berhasil. Semua seakan-akan rapat tertutup, bahkan kaca jendela menolak untuk dibuka dari dalam.Sementara di bawah sana, tanpa mereka ketahui, seorang penghuni lama sekaligus tuan rumah, Sky Vagano sang kembar tengah, telah tiba kembali di kediamannya sendiri. Merasa heran karena tak ada seorang penjagapun di puri, sementara pintu-pintu utama tak terjaga dan dengan mudah dibuka dari luar."Pagi yang senyap di Pulau Vagano, dan tak ada penyambutan kepulangan sama sekali. Baiklah, ini memang sangat mendadak! Huh, semoga Lilian tak mengabaikan 'tugasnya'. Berarti benar dugaanku, ada hal yang tak beres di sini! Syukurlah aku kembali! Lilian! Penj
Kate masih belum terlalu percaya bila Katy betul-betul serius ingin menyakitinya, walau sebenarnya ia betul-betul mulai dilanda sebuah perasaan yang sangat tak enak."Ayolah, Adikku! Letakkan saja pedang-pedangan yang kau dapatkan entah darimana itu dan berdamai sajalah denganku! Kau nanti juga akan mendapatkan jodohmu sendiri. Kembar Vagano tidak hanya Tuan Muda Ocean! Masih ada 2 adiknya yang sama-sama tampan dan bisa kaupilih sendiri nanti!" ia tertawa gelisah sementara Katy masih mendesaknya hingga jauh mundur ke dalam kamar, bahkan hingga ia terjatuh ke atas ranjangnya sendiri."Tidak, Kak! Aku ingin hanya diriku saja yang menjadi kekasih, tunangan dan kelak istri Ocean Vagano! Karena kau adalah sainganku! Dalam cinta, tak pernah ada yang namanya teman, sahabat bahkan saudara sekalipun!" Katy tersenyum sinis sambil tetap menggenggam hulu pedang terkutuk Dangerous Attraction yang belum pernah Kate lihat sebelumnya."Lalu, apa yang kau inginkan? Membunuhku? C
Lama Earth terdiam, sementara dalam hatinya, Emily sangat yakin bahwa pemuda itu takkan pernah berkata ya. 'Ia sangat membenci keluarganya, tanah kelahirannya, jadi ia takkan pernah mau! Maka aku akan bebas pergi, karena ia tentu akan menolak mentah-mentah semua permintaanku yang sukar ini!' demikian Emily berusaha untuk membuat Earth mundur perlahan dengan syarat yang sedemikian berat. Berada kembali di tanah kelahirannya tentu saja bukan pilihan terbaik bagi Earth yang tak ingin mengenang masa lalunya yang begitu kelam dan menyedihkan. Pergi sejauh-jauhnya, bila perlu! "Baiklah, Emily! Demi kau, hari ini juga kita akan segera kembali ke Pulau Vagano!" di luar dugaan, Earth menyanggupi permintaan Emily yang paling sukar itu. "A, a, a, apaaaa?" Emily terperangah tak percaya, "Earth, bagaimana mungkin kau mau? Ocean dan Sky bisa membunuhmu, apalagi bila kau membawaku kesana! Pedang Terkutuk itu tentunya masih ada dan kali ini hidupmu bisa berakhir di ujungnya!
Sementara, Emily masih berada dalam 'penguasaan' Earth di sebuah hutan yang sunyi. Masih terombang-ambing antara ingin kembali kepada Xander yang 'ditinggalkannya' begitu saja tanpa kabar di M's Brew di Evertown, atau tetap bersama Earth yang tak mungkin akan mengizinkannya pergi lagi. "Emily, sudah dua kali kita melakukan itu. Kau bisa berterusterang kepadaku, apakah kau mulai bisa menyukaiku walau sedikit?" Earth masih memeluknya erat, seakan tak ingin melepaskannya untuk selama-lamanya. Emily gemetaran, walau pelukan Earth terasa hangat. Di bawah siraman cahaya mentari, pemuda itu sama sekali tak seperti saat mereka masih di Pulau Vagano tiga tahun silam. Tubuhnya bersih, mulus, wajahnya bercahaya. Emily sungguh merasakan perbedaan yang signifikan antara Earth Si Bungsu Terkutuk di masa lalu dengan Avalanche Si Barista di masa kini. "Aku belum tahu. Tiba-tiba saja kau muncul kembali. Terlalu mendadak bagiku. Dan aku sudah punya kekasih yang mencintaiku. Xa