Home / Romansa / Konspirasi Cinta Pertama / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Konspirasi Cinta Pertama: Chapter 21 - Chapter 30

96 Chapters

Benarkah ini dirinya?

"Pertemuan kembali setelah lama terpisah, bisa jadi awal tumbuhnya benih-benih rasa yang baru."Faiqa Eiliyah Karina turun dari ojek, menuntun Ayub. Membayar sewa ojek, lalu membuka pagar. Dedaunan kering telah menyambut mereka dengan pemandangan yang sangat tidak menyenangkan. Beberapa pohon bunga yang ditanam dalam pot pun mulai kering. Karina bergegas memutar keran dan menyiram semua tanaman. Sementara Ayub duduk menungguinya, pada kursi yang tersusun rapi di teras rumah mereka. Kursi yang sudah berdebu karena tak pernah disinggahi oleh siapa pun. Karina berjalan membuka pintu rumah, melirik ke arah Ayub. Berpikir jika dia mau masuk duluan, nyatanya Ayub bergeming di tempat. Menyapu seluruh pekarangan rumah dengan tatapan takjub. "Kenapa?" tanya Karina sembari menoleh menatapnya. "Baru seminggu ditinggal, sampah sudah sebanyak ini, tanaman Ibu juga sudah hampir mati!" c
Read more

Apa dunia sesempit ini?

"Dunia itu luas, tapi jika kau harus lagi dan lagi dipertemukan dengan orang yang sama. Mungkin takdir kalian ditulis dalam buku yang sama."Faiqa Eiliyah Jika harus memilih, sungguh Karina akan memilih pergi sejauh mungkin dari tempat itu sekarang. Ia tak bisa bernapas dengan tenang di ruangan yang sama dengan Adnan. Ucapan demi ucapan Nayra tentang suaminya beberapa bulan lalu kembali terngiang dalam ruang pikirnya. Membuat Karina menyadari satu hal tentang kebodohannya lagi, menyesal rasanya sudah sangat terlambat. Baru menyadari semuanya sekarang sungguh sangat menyakitkan! Akan tetapi, apa pun yang sudah terjadi di masa lalu, itu hanyalah bagian dari masa lalu. Cukup ia di sana, sebagai pelengkap dalam lembar demi lembar sejarah hidup. "Mbak Karin! Itu wortelnya dikupas dulu, baru dipotong-potong. Ya, Allah!" pekik Nayra, membuat Karina tertarik secara paksa kembali ke alam sadarnya. "Eh,
Read more

Tatapan Itu

"Dahsyatnya ketajaman dari sebuah tatapan, adalah mampu menembus hati hingga dasar yang terdalam." Faiqa Eiliyah   "Aku merindukan suara itu!" lirih Adnan tiba-tiba berhenti di depan Karina. Sontak langkah Karina pun ikut terhenti secara tiba-tiba. Menengadah menatap punggung di depannya, yang hanya berjarak setengah meter darinya.   "Suara ...?" Karina mengulang ucapan Adnan barusan. Persis seperti anak TK yang mengikuti ucapan Ibu gurunya.   "Ya, suara!" Adnan membalikkan tubuh menerjang Karina dengan sorot mata teduhnya yang telah berubah menjadi mata elang, tajam dan seolah siap menyambar Karina saat itu juga.   Karina menunduk gugup, tak berani bergerak sedikit pun. Karina hanya mampu menatap jarak kaki mereka berdua, yang begitu dekat di bawah sana.   "Saat pulang tadi siang. Aku bertanya-tanya sendiri, sejak kapan Nayra suka lagu-lagu slow rock seperti itu? Entah m
Read more

Berhenti Merusak Ketenanganku!

"Menjauhi mantan, adalah satu-satunya cara untuk lepas dari kutukan cinta lama bersemi kembali." Faiqa Eiliyah   Karina dan Nayra keluar dari dapur setelah ritual bersih-bersih selesai. Karina berdiri mematung, menatap Adnan yang memeluk Ayub di sofa sambil mengajarinya main game.   "Sayang, kita pulang sekarang! Ibu sudah mengantuk," bujuk Karina.   "Ini lagi seru, Bu, tunggu sebentar, ya!" jawab Ayub dengan mata tetap pada layar HP milik Adnan.   "Sayang, tapi ibu sudah ngantuk banget!" ajak Karina sedikit memaksa.   "Ibu ...!" pintanya dengan tatapan memelas.   "Pulang dan tidurlah! Aku yang akan mengantarnya pulang," saran Adnan.   Bayangan Adnan menggendong Ayub yang sudah tertidur, pulang ke rumah. Melihat dirinya yang tertidur pulas di tempat tidur dan apa yang akan terjadi setelah itu membuat Karina geleng-geleng kepala.
Read more

Masih Tentang Dia

Karina terjaga dengan kepala berat, membangunkan Ayub untuk salat Subuh bersama. Menyiapkan sarapan dan segelas teh hangat untuknya. Sementara Ayub menatapi dirinya sendiri, dari dada hingga kaki. Baju yang di pesankan Nayra pada Adnan sangat pas di tubuhnya. "Kenapa?" tanya Karina menghentikan Ayub dari kesibukannya mengamati baju dan celana yang ia pakai.  Ia mendongak menatap ibunya dan tersenyum dengan percaya diri menyahut, "Om Ganteng, pintar milih bajunya, Ayub suka!" "Om ganteng? Bukannya Om Nandar?" Karina menyebut Adnan seperti Nayra memanggilnya. "Namaku juga Ayub, tapi Om ganteng memanggilku dengan 'Ganteng'," balasnya tak mau kalah. "Oalah jadi ceritanya balas dendam." "Enggak! Ayub nggak dendam," jawabnya polos membuat Karina geleng-geleng. "Terserahlah, ayo sarapan!" ajak Karina sambil meraih tangan Ayub dan menariknya
Read more

Tak Ingin Hati Terbagi

Karina duduk sendiri di teras rumah Mama Ina, menengadah menatap langit malam yang bertaburan bintang tanpa purnama. Suasana langit yang akan selalu sukses menyeretnya ke dalam pusaran kenangan. Bersama dia yang tak pernah hilang dari ingatan meski sekarang tak lagi bersama. Karina mengulang kembali semua, memutar dalam ingatan setiap detik demi detik yang terjadi kemarin sore. Setiap kalimat pengakuan Adnan di sepanjang perjalanan saat menjemputnya semalam, hingga kalimat terakhir yang dia ucapkan di ambang pintu. Membuat Karina terjerembab dalam jelaga karena tak mampu memilah mana yang harus dan tak harus ia abaikan. "Ah ... pergilah menjauh dari benakku, Ad!" pekiknya tertahan, meremas hijab berwarna maroon yang tengah ia kenakan. 'Aku lelah jika tiba-tiba harus kembali mengingat dirimu yang kutau ini adalah dosa untukku. Aku seorang Istri yang seharusnya hanya memikirkan satu nama dan satu cinta dalam hatiku. Bukan
Read more

Dapatkah Sesal Kembalikan Semua?

"Menyesallah sekarang, sebelum semuanya terlanjur terjadi. Karena jika kau baru menyesal nanti, itu sudah sia-sia."Faiqa Eiliyah Adnan melempar asal, buku diary biru milik Karina yang sampai saat ini masih dia simpan rapi dalam lemari apartemennya. Buku di mana kepingan-kepingan perasaan Karina ia untai dalam bait-bait puisi yang sangat indah. Buku yang selalu menjadi teman bagi Adnan ketika sepi itu datang merangkul. Mengajaknya berdiri untuk menentang dunia dan semua hal di dalamnya, yang sudah membuat dirinya terpaksa harus melepas cinta serta seluruh kebagiaan demi sebuah mimpi. Mimpi yang akhirnya menghancurkan hati dan kebahagiaannya sendiri. Mimpi yang membuat ia menuai begitu banyak pujian dan kebanggaan di mata dunia. Akan tetapi, membuatnya harus merawat luka di hati sepanjang sisa usia. "Karina!!"  Adnan meneriakkan satu-satunya nama yang pernah membuat dia memahami arti sebua
Read more

Ketika tanya terjawab

Senja itu ....Saat Adnan pulang dari rumah ibunya, dia sengaja lewat di depan rumah itu. Dia menghentikan motor tepat di depan rumah mereka, melihat sampah-sampah yang berserakan pagi tadi telah lenyap. Tinggal beberapa lembar yang mungkin baru saja gugur usai dibersihkan. Tanaman-tanaman layu pun sudah mulai menggeliat kembali. Akan tetapi, pintu rumah mereka masih tertutup rapat. Menandakan kalau mereka sudah pergi lagi, itu berarti harapan untuk bertemu dengan mereka pupus lagi. Adnan melangkah ringan setelah menyimpan mobil di bagasi samping rumahnya. Dari luar ia mendengar lagu-lagu slowrock mengalun indah dari dalam rumah. Adnan bertanya-tanya dalam hati, sejak kapan Nayra menyukai lagu-lagu seperti itu. Kemudian tersenyum sendiri setelahnya, siapa lagi kalau bukan Ayub dan ibunya. Begitu banyak perubahan yang terjadi pada Nayra belakangan dan itu semua karena tetangga baru mereka itu. Adnan terduduk cukup lama di ruang tamu, m
Read more

Terluka Melihatnya Terluka

Adnan tersenyum sendiri mengingat ucapan putra Karina, bocah sekecil itu sudah menyerap begitu banyak kebaikan dari wanita yang melahirkannya. Karina memang wanita yang special, dia akan selalu special menjadi apa saja. Menjadi seorang anak, saudara, teman, istri, kekasih, ibu, dan bahkan menjadi seorang mantan. Ia akan selalu jadi istimewa.  Adnan menghela napas panjang, menoleh menatap punggung tangan kanannya yang masih berdarah. Berjalan ke kamar mandi membersihkan lukanya, menyapukan salep agar luka itu tak semakin meluas. Beranjak salat Isya dan berdoa. Semoga Allah mengampuninya jika sampai saat ini, dia masih selalu meminta Karina kembali padanya. Masih kerap meminta waktu sekejap saja untuk membahagiakan Karina. Meskipun kadang dia sangat tidak yakin kalau doa itu akan dikabulkan. Adnan meraih kembali buku diary Karina yang tadi telah dia lempar ke sudut ruangan. Membolak-balik buku itu dengan tatapan hampa
Read more

Menapak Setiap Jejaknya

Sekali lagi Adnan mencoba menjawab kesalah pahaman Karina padanya di masa lalu. Sebelum akhirnya dia memilih melangkah meninggalkannya. Adnan tahu Karina tetap bergeming tak bergerak di tempat ia berpijak. Dia bahkan tak mendengar suara langkah wanita itu.  Adnan meninggikan suara, mengingatkan Karina kalau saat ini Nayra dan putranya pasti telah menantikan kehadiran mereka. Terdengar Karina mulai melangkah setelahnya, membuntuti langkah Adnan meski dengan sangat perlahan. Malam itu mereka makan malam dengan lancar, meski ada beberapa keriuhan di meja makan saat Nayra terus saja mengoceh membuat Karina kadang tersedak. Adnan tak melewatkan sedetik pun waktu yang berlalu untuk encuri pandang pada Karina di seberang meja melalui ekor matanya.  Andai Karina tahu, betapa Adnan mencintainya. Adnan bahkan bisa mengenalinya dari rasa masakan yang ia masak. Pria tampan berperawakan tegap dan macho
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status