Setelah merawat luka di sikunya yang tadi tergores aspal, Karina mengurung diri di kamarnya. Ayub yang merasa ibunya butuh sendiri pun, hanya bisa menatap Karina iba. Ketika Karina melangkah tanpa tenaga menuju kamar dan menguncinya. "Ibu! Kalau Ibu butuh apa-apa, Ibu panggil Ayub, ya!" Suara Ayub dari arah pintu kamar, membuat Karina meneteskan air mata. Ini semua karena buku diary itu. Buku yang ingin ia musnahkan begitu tiba di rumahnya nanti, tapi takdir berkata lain. Buku diary itu raib digondol copet, beserta tas, alat make-up, dan HP-nya. "Iya, Sayang. Maaf ya, ibu butuh sendiri dulu!" lirih Karina lemah. "Iya, Bu, Ayub paham." Suara langkah yang menjauh membuat Karina yakin kalau Ayub sudah pergi dari balik pintu kamarnya. Karina menggenggam erat dompet di tangannya, "Untung dompetnya kelupaan, kalau tidak, semuanya benar-benar akan kacau." Untuk yang pertama ka
Baca selengkapnya