Beranda / Romansa / LOVE BROTHER / Bab 111 - Bab 120

Semua Bab LOVE BROTHER: Bab 111 - Bab 120

134 Bab

Ch 111

Randika berjalan dan berhenti di depan Arumi. sedetik setelahnya dia berjongkok hingga bisa menggenggam tangan Arumi yang duduk di depannya. "Sayang ...." "Kenapa? apa kau ingin mengatakan bahwa pernikahan kita di batalkan." "What? memangnya siapa yang ingin mengatakan seperti itu." "Aku tidak butuh penjelasan." "Maafkan aku, aku tahu aku salah." "Bagus jika kau menyadarinya. Sekarang pergilah." "Bukankah kau membutuhkanku?" "Aku tidak membutuhkan pria berengsek sepertimu," ucapnya memalingkan wajah. Randika menarik napasnya dalam. Menggenggamsemakin kuat jemari Arumi. "Aku tahu aku salah, tapi ini tidak seperti yang kau pikirkan Sayang." "Pergilah Randik, pergi dari hadapanku." "Dia membutuhkan aku Rumi." Akhirnya manik cokela
Baca selengkapnya

Ch 112

"Sekarang jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi." Jenny benar-benar tidak sabar untuk mengetahui alsan di balik kelakuan anaknya yang labil. Mendengar nama wanita itu saja sudah membuat darahnya mendidi.  "Sayang, pelan-pelan." "Non, jangan membela anak bodoh ini. Dia selalu membuat darah tinggi ku kumat." "Senua wanita itu ternyata sama, tidak pernah mau mendengarkan penjelasan pria terlebih dahulu," ujar Amirta pasrah  "Katakan sekarang, atau pernikahan anak mu akan aku batalkan." "Mom!" "Sayang, sikap macam apa itu." "Jika dia terus berulah seperti ini, aku akan menikahkan Arumi dengan laki-laki lain. Aku bisa mencari pria yang lebih baik dari pada putramu yang bodoh ini." "Oke ... oke. Akan aku jelaskan. Tenanglah." Jenny membuat napas kasar, memasang wajah datar lalu memberi i
Baca selengkapnya

Ch 113

Evanya, wanita bermata biru yang sedang terbahak-bahak melihat raut wajah kedua pria di hadapannya. "Sedang apa kalian di sini? apa Randika menugaskan kalian untuk menjagaku? atau kah mengawasiku?" "Kau hanya berpura-pura agar bisa bebas bukan?." Wanita itu duduk dengan menatap Rilan yang melihat tajam ke arahnya. Bukannya takut wanita dengan rambut perak itu melipat tangannya di dada. "Bagaimana menurutmu. Apa aktingku cukup bagus? Aku bisa mengelabui kalian semua dengan sangat mulus." "Dasar wanita licik!" Rilan berkata dengan nada penuh penekanan. "Bisa-bisanya kau membodohi kami Evanya. Dan dari mana kau dapatkan darah sebanyak itu?" Evanya menyeringai. "Para penjaga di sini cukup bodoh, mereka selalu tergila-gila dengan tubuhku maka dari itu--" "Kau menukarnya dengan tubuhmu?" potong Rilan dengan cepat. "Di mana pun kau berada, kau s
Baca selengkapnya

Ch 114

Semalaman, pria bermanik hitam itu terjaga, memastikan wanita yang ada di dalam pelukannya baik-baik saja. Dalam tidurnya dia selalu terlihat gunda, Evanya membuat dia merasa terancam, pengaruh dari kehadiran wanita itu membuat tubuh Arumi panas dingin memikirkannya.  Selama beberapa saat Randika tidur dengan posisi miring menyangga kepala dengan tangan. Dan dalam pelukannya, Arumi terlelap, menyembunyikan wajahnya di dada Randika. Kali ini dia tidak akan berfikir kotor karena Arumi sedang membutuhkan kehangatan darinya.  Di detik-detik terakhir mata Arumi terpejam, Randika memberanikan diri untuk menghubungi Rilan dan Brian. Namun, tangannya tidak berhenti mengelus wanitanya. Dengen kelembutan dan penuh kasi sayang, Randika membelai kening Arumi yang terasa hangat, sepertinya perempuan ini sedikit demam.  "Apa sudah ada kabar tentang keberadaannya?" 'Belum.' "Apa,
Baca selengkapnya

Ch 115

Lamunan itu buyar ketika pintu terbuka dan Randika muncul di sana. Arumi berpura-pura merapikan rambutnya, untung saja dia sudah memakai batrobes untuk menutupi tubuhnya kalau tidak, entah apa yang akan terjadi. Randika mendekatinya dengan senyum yang penuh godaan pria itu menyematkan lehernya pada bahu Arumi. "Apa yang kau lalukan berjam-jam di kamar mandi? Apa kau sedang menghindariku?" "Ti-tidak." "Lalu kenapa kau cukup lama." "Aku .... Aku, aku hanya sedang merapikan rambutku," ucap perempuan itu terbata-bata. Randika terkekeh. "Apa kau malu denganku?" "Aku akan keluar," ucapnya menerobos tubuh Randika yang berdiri tepat di hadapannya. Bukan main, betapa malunya Arumi saat ini. Bagaimana tidak, Pria itu melakukan penyatuan tubuh tanpa seijin darinya, dia bahkan membuka tanktop yang dia pakai tanpa ragu-ragu. "Aaaa
Baca selengkapnya

Chapter 116

"Maaf Tuan, hari ini kau ada rapat penting dengan para pemegang saham," ucap Clarisa sekretaris pribadi Randika.   "Aku tahu, Rilan sudah mengingatkanku," jawabnya tanpa menoleh ke arah sumber suara.   Randika terfokus pada objek di depannya. Dia memegang tablet sambil melihat sebuah titik yang menunjukan di mana Evanya dan Damian berada. Dia duduk sambil memijat pelipisnya yang terasa pening, itu karena sudah 2 jam dia mengamati titiik merah itu. Namun, titik itu tidak bergeser sedikitpun.   Wanita itu kembali membuat masalah dengan kabur dari penjara, dia membayar beberapa penjaga untuk membantunya melakukan siasat untuk bisa mengelabui tiga sekawan itu. Dan Damian, pria yang Randika pikir tidak ada pengaruh apapun untuk kehidupannya kini menjadi bencana.   Randika kembali fokus pada pekerjaannya, dia membereskan semua yang di perlukan untuk rapat pemegang saham. Terlalu fokus dengan tumpukan kerta
Baca selengkapnya

Chapter 117

Lampu Mansion sudah padam, memang dirinya pulang dengan sangat larut, Clarisa membuat hari ini dia lewati dengan sangat berat. Akibat sakit hatinya membuat Randika harus menangani semua rapat sendirian, hingga membuat dia lupa bahwa hari ini ada janji bersama kekasihnya. Namun, setidaknya semua urusan kantor sudah dia selesaikan. Karena setelah pernikahan Randika dan Arumi akan berbulan madu ke kuba. Perlahan, dia melangkah ke arah kamar wanita bermanik cokelat itu. Mungkin saja sekarang Arumi sedang marah padanya. Hari ini dia terlalu sibuk hingga tidak sempat membalas pesan bahkan menerima panggilannya. "Nona enggan makan dari tadi siang Tuan. Sedari pagi dia terus menunggumu." ucap Minora yang tiba-tiba muncul di balik punggungnya. Benar saja perempuan itu tidur dengan kening yang berkerut penuh kegelisahan. Bibir manyunnya mendakan bahwa dia memang sedang merajuk. Namun, yang di khawarirkan Randika adalah pernikahan mereka sudah di depan mata, jika Arumi
Baca selengkapnya

Chapter 118

Ketika mata Arumi terpejam, indera pendengarannya aktif. Arumi mendengar keluh kesah Randika yang dia ungkapkan kepada Minora. Baik pernyataan cinta, juga rasa penasaran tentang seberapa besar amarah kekasihnya. Dan Arumi bersyukur bisa mendengarnya. Dia bisa tahu, seberapa besar cinta dan keseriusan Randika padanya.   Musim telah berganti dari musim gugur menjadi musim dingin. Dan musim dingin kali ini berbeda dari tahun sebelumnya. Musim dingin tahun lalu, dia menangis karena kehilangan kedua orang tuanya. Namun, tahun ini, dia tersenyum menyambut kehidupan barunya.   "Kau seharusnya makan Sayang pipi mu terlihat kurus."   Arumi menampilkan wajah cemberut, dia mengeratkan pelukan kekasihnya. "Aku lapar," ucapnya pelan.   Randika menatap jam tangannya, jam menunjukan sudah lewat tengah malam. Dia yakin para pelayan juga sudah tidur. Dia berfikir sejenak, mungkin saja Minora belum tidur. Randika berg
Baca selengkapnya

Chapter 119

"Kau ingin membuatnya sendiri Tuan?"   "Jika bisa, aku tidak akan membangunkanmu bodoh!"   "Baiklah, pertama-tama kita akan membuatkan telur." Sejenak dia menoleh ke arah tuannya. "Telur apa yang di inginkan Nona?"   "Telur apa? dia hanya mengatakan nasi goreng tidak dengan telurnya."   "Jadi intinya kau tidak tahu telur apa yang di sukai calon istrimu?" tanya Minora dengan nada mengejek.   Tidak tahu apa yang harus dia katakan, Randika menggunakan kekuasaannya dan menekan Minora agar diam. "Tutup mulutmu dan lanjutkan pekerjaanmu atau gajimu akan aku potong."   Minora memelototi Randika. "Dasar penjajah."   "Aku akan membantu menggoreng telurnya, tapi kau harus tetap memperhatikannya jangan sampai gosong," ucapnya yang di sanggupi oleh pelayan cerewet itu.   Randika memecahkan telur dengan hati-hati ke dalam wajan. D
Baca selengkapnya

Chapter 120

Malam itu berakhir dengan Arumi yang kembali tertidur setelah makan. Keduanya menghabiskan waktu menonton drama televisi hingga akhirnya mata Arumi lelah dan terlelap di pelukan kekasihnya.   Randika memperbaiki posisi tudur kekasihnya lalu menyelimutinya dengan selimut tebal. Yang terakhir, dan selalu tidak terlewatkan. Pria dengan manik hitam itu memberikan kecupan pada bibir kekasihnya, cukup lama hingga membuat Arumi melenguh lalu bertukar posisi membelakangi Randika.   "Kita akan melewati sepanjang malam bersama saat sudah menikah nanti. Tetapi, lihatlah. Kau bahkan sudah membelakangiku sekarang. Aaaah, kau sangat tidak Romantis." Pria itu hanya tersenyum melihat tingkah kekasihnya.   Randika menahan napas sesaat ketika menutup pintu, dia takut suara pintu yang dia tutup terdengar oleh Arumi. Berhasil menutup pintu tanpa suara, Randika malah di kagetkan dengan suara yang tiba-tiba muncul.   "Aku
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status