Beranda / Romansa / LOVE BROTHER / Bab 101 - Bab 110

Semua Bab LOVE BROTHER: Bab 101 - Bab 110

134 Bab

Ch 101

Sebagai penenang diri, Rilan menyambangi kafe milik sahabat dekatnya, dia menghabiskan berjam-jam d tempat itu dengan berdiam diri. Tidak ada yang bisa menghancurkan keterdiaman Rilan, atau memutuskan tatapan hampanya. Tidak ada tatapan yang menarik perhatiannya selain segelas wiski yang sedari tadi dia teguk berulang kali. Hingga usapan lembut di lengan membuat nya tersadar. Pria itu tersenyum kecil melihat kedatangan wanita yang baru saja menempati ruang kecil di hatinya. "Berhentilah, kau sudah minum cukup banyak. Dengan seperti ini, tidak akan menyelesaikan masalah." Rilan terkekeh, dia menggenggam tangan Aurela dan menciumnya. "Apa yang membawamu kemari, apa kau merindukanku?" Aurela tersenyum penuh bahagia. Namun dokter itu dengan cepat menarik tangannya saat seorang bartender menatapnya tidak suka. "Sedang apa kau di sini Aurela?" tanya seorang pria dengan setelan jaket hi
Baca selengkapnya

Ch 102

Pagi itu burung berkicau dengan sangat merdu, seakan ingin menghibur sang wanita yang tengah merasakan kesedihan. Arumi membuka mata saat belaian lembut menelusuri bagian pipi hingga rahangnya. Dia bahkan merasan kecupan lembut sang kekasih yang sudah lebih dulu membuka mata. "Honey, wake up you don't want to hear those beautiful birds whistling? (Sayang, bangunlah kau tidak ingin mendengar burung-burung cantik itu bersiul?)" bisik Randika di samping telingah kekasihnya. Jemari kekar itu menelusuri garis punggung Arumi yang terlelap membelakangi, mambuat ia sedikit bergerak dan membalikan arah hingga menghadap Randika yang sudah terjaga. Perempuan itu tidur dengan mulut yang sedikit terbuka hingga menarik perhatian Randika. Pria itu mengigitnya pelan hingga Arumi melenguh merasa sakit, tapi masih tetap memejamkan mata. "Come on, wake up honey." Tubuh Arumi menegang saat tangan kanan Randika mulai men
Baca selengkapnya

Ch 103

"Lepaskan aku." Arumi mencoba memberontak dari Randika yang mencoba membuka baju tidurnya. "Hentikan atau aku akan menggigitmu." Bukannya berhenti, Randika malah tertawa membuat Arumi kembali melanjutkan pemberontakannya. Mata Arumi membulat tatkala Randika berhasil melepas atasan bajunya, seringai licik muncul di ujung bibir pria yang memiliki mata hitam pekat itu. Setelahnya, Randika mulai menyentuh bibirnya bermain di sana hingga perempuan berambut gelombang itu hampir saja kehabisan napas. Tidak ada tenaga untuk menyingkirkannya Arumi di ambang buaian, dia sulit untuk menolaknya. "Bibirmu sangat manis," ucapnya di sela-sela ciumannya. Dan itu berakhir dengan Arumi yang menyerah pasrah dan lelah, tenaganya sudah habis terkuras karena memberontak tadi. Kini apapun yang akan di lakukan Randika padanya dia sudah tidak bisa melawan lagi. Ketika tubuh mereka saling berdempet, saling menyentuh menyalurk
Baca selengkapnya

Ch 104

Tok ... tok ... tok ..."Siapa?""Nona, ini aku Minora.""Masuklah.""Maaf Nona, Tuan muda menunggumu untuk sarapan bersama.""Katakan, aku akan bersiap setelah itu akan bergabung.""Baik Nona.""Ah ... tunggu Minora?""Ya Nona, apa ada yang bisa saya bantu."Arumi menggeleng. "Apa Randika sedang ada tamu? aku mendengar kau menyampaikan pesan untuknya tadi.""Benar Nona, Tuan Rilan sedang bersama Tuan muda.""Kak Rilan?""Sudah sekitar 1 jam Tuan Rilan tiba.""Apa yang mereka bahas?""Bagaimana aku bisa tahu Nona, mereka di dalam ruang kerja. Dan Nona tahu sendiri bukan. Tuan muda sangat sensitif dengan keberadaanku.""Kau bisa mengendap-endap, atau pura2 membawakan minuman.""Aku tidak berani Nona, pagi ini Tuan muda sudah memperingatiku agar tidak mendekat saat hal penting terjadi.""Maksudmu?""Tuan Muda mengira aku menguping kemesraan kalian."Arum
Baca selengkapnya

Ch 105

Sejak tadi Rilan bicara sewajarnya saja. Membuat Arumi bertanya-tanya, apakah mungkin karena dia masih marah padanya. "Kak Rilan?" Arumi menelan ludah kasar sebelum melanjutkan. "Masih boleh kan aku memanggilmu seperti itu?" Rilan mengangguk pelan. "Dia seperti itu lagi, hanya mengangguk dan menggeleng." batin Arumi kesal. "Bisakah kita tidak bicara seperti ini? aku bertanya dan kau hanya mengangguk atau menggeleng, menjawab seperlunya saja. Keadaan seperti apa ini." "Shiitt kenapa aku segugup ini." "Jika kau ingin mengatakan sesuatu, katakanlah," ucap Arumi melipat kedua tangannya di dada, wajah kesalnya sungguh benar-benar dia tampilkan. Rilan terdiam, termenung memikirkan apa yang harus di katakannya. Tentu saja Rilan ingin meminta maaf dan memulai kembali hubungan mereka yang sempat renggang. Namun, saat melihat wajah Arumi semua piki
Baca selengkapnya

Ch 106

Setelah sejak tadi memasang wajah datar, akhiranya pria dengan manik hitam itu kini tersenyum. Dia mengusap kepala kekasihnya sebelum mengisi waffle masuk ke mulutnya. "Matamu sembab, apa semua baik-baik saja?" "Seperti yang kau lihat. Aku sangat legah semua sudah kembali normal." Randika tersenyum. "Sudah ku katakan tidak ada yang perlu kau khawatirkan." "Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika kak Rilan benar-benar mengabaikanku." "Nyatanya tidak bukan." "Terimah kasih sudah begitu mengerti." "Tuhan tahu aku melakukan hal yang benar." "Semoga tidak ada lagi perpisahan antara kita ataupun orang-orang yang berada di sekitar kita. Aku ingin memiliki mu, tanpa harus kehilangan orang-orang yang begitu dekat sekitarku." "Akan aku pastikan semua itu terwujud." "Aku menya
Baca selengkapnya

Ch 107

"Kenapa kau menggigitku!" ucapnya meringis kesakitan. "Itu karena kau sudah membodohi ku selama ini." "Siapa yang sudah membodohi calon menantu kesayanganku?" "Mom! Daddy!" teriak keduanya bersamaan. "Siapa yang membodohimu." Tatapan Arumi beralih pada Randika. "Aku dan Randika sedang membahas tentang persiapan pernikahan Mom, kami hanya saling menggoda tadi." "Benarkah?" "Tentu saja," ucap Arumi tersenyum manis. "Kalau begitu sudah sampai mana persiapan kalian." Arumi terdiam, dia termenung memikirkan apa yang harus dikatakannya. Tentu saja Arumi tidak ingin calon mertuanya tahu tentang yang terjadi. Tetapi tidak ada kata lain, dia seperti sedang terperangkap di dalam rencananya sendiri. Melihat Kekasihnya yang sedang kebingungan, Randika bergegas mengendalikan keadaan. "Hamp
Baca selengkapnya

Ch 108

Aurela melempar malas ponselnya, dia menggerutu sebelum masuk ke kamar mandi. Di bawah guyuran shower Aurela memejamkan mata merasakan kehadiran Rilan dalam imajinasinya. Bagaimana pria itu menyentuhnya, membelainya, bahkan dekapan yang di berikan Rilan membuat Aurela bergairah saat itu juga. Untuk saat ini Aurela berfikir bahwa Arumi adalah saingan terberatnya. Entahlah, mungkin karena wanita itu memiliki posisi penting di hati Rilan, dan dia adalah wanita pertama yang di sukai oleh Rilan. Aurela tidak ingin kehilangan Rilan, sampai kapanpun dirinya akan mengikat Rilan hanya bersamanya. Terlebih dia tidak ingin Rilan menyentuh wanita lain. Memikirkan-nya saja membuat Aurela gila. Apapun resiko-nya dokter hewan ini tidak akan menyerah. Dia harus mempertahankan Rilan untuk tetap menjadi miliknya. "Shit .... Aku hampir gila karena pria itu." "Pria mana yang sudah membuatmu gila." M
Baca selengkapnya

Ch 109

"Maaf mengganggu," ucap Rilan dengan nada datar dan wajah datarnya. Arumi yang kaget dengan kedatangan Rilan segera merapikan diri dan menunduk malu. "Dasar sinting, dia bahkan tidak bisa membedakan di mana tempat seharusnya melakukan hal seperti itu," gumam Rilan di dalam hati. Kenyataannya Rilan mengetahui Randika memang sering berhubungan dengan banyak wanita di luar sana sebelum bersama Arumi, dia bahkan tidak canggung melakukan hal seperti tadi di depan banyak orang termasuk di depan Rilan. Pria itu pun tidak peduli dengan kelakuan sahabat sekaligus majikannya itu. Namun, itu berlaku untuk wanita lain, tidak untuk Arumi. Arumi adalah wanita baik-baik yang harus di perlakukan dengan baik pula, dan ini bukan tentang rasa cemburu atau iri melihat kemesraan pasangan itu, tetapi Rilan hanya ingin Randika memperlakukan Arumi dengan sangat baik. "Tuan mencariku?" 
Baca selengkapnya

Ch 110

Arumi berdecak kesal, memijat pelipisnya yang terasa pening. pasalnya baru beberapa menit dia dia meninggakkan ruangan, Dua pria berkawan itu sudah menghilang saat seseoorang menghubungi. Tidak ada jawaban apapun dari Randika maupun Rilan. Mereka tidak mengangkat telponnya, tidak membalas semua pesannya. "Kemana mereka sebenarnya?" Kembali dia menatap ketiga pelayannya yaitu Claudia, Grassy dan Minora. "Apa kalian yakin tidak tahu kemana dua orang itu pergi? ini sudah hampir 1 jam dan tidak ada kabar apa pun dari mereka." "Pas manquer." "Lalu untuk apa kalian di rumah jika tidak tahu kemana perginya mereka!" "Maafkan kami Nona, kami tidak tahu kemana Tuan muda dan Tuan Rilan pergi." "Sayang, tenanglah. Mungkin ada urusan mendadak yang harus mereka kerjakan." "Non, Mom. Aku yakin ada hal lain yang mereka sembunyikan dariku." 
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status