Beranda / Romansa / LOVE BROTHER / Bab 121 - Bab 130

Semua Bab LOVE BROTHER: Bab 121 - Bab 130

134 Bab

Chapter 121

Seorang pria dengan hoddi hitam dan topi berjalan menelusuri gang-gang kecil yang sempit. Sambil merokok pria itu melangkah dengan waspada tenggelam di antara gedung-gedung pencakar langit menuju sebuah perumahan kumuh yang gelap. Tidak ada cukup matahari yang masuk ke sana, hanya tersinari lampu-lampu juga di ramaikan dengan lalu lalangnya orang-orang dengan tingkat sosial yang cukup. "Evanya." "Hallo Damian." "Apa kau baik-baik saja?" tanya pria bertopi hitam yang duduk sambil menghembuskan asap dari sisa rokok di tangannya. "No! aku sangat menderita di sini, di mana pun ada banyak nyamuk." "Kau harus bisa terbiasa Evanya." "Bisakah kau memindahkanku ke tempat yang lebih baik, atau aku kembali saja ke apartemenku." "Tidak Evanya, jangan melakukan itu, Randika akan menangkap kita berdua jika kau melakukan hal bodoh lagi." "Lantas aku harus bagaimana, tempat kumuh ini membuat ku hampir gila." Damian membuang pun
Baca selengkapnya

Chapter 122

Akhirnya Evanya keluar dari persembunyian saat gelap mulai pekat. Jarum jam menunjukan pukul 10 malam, perempuan dengan pakian serba hitam itu berjalan dengan sangat hati-hati. Lirikan matanya tajam melihat keadaan agar tetap aman untuknya. Beberapa menit menelusuri lorong gelap akhirnya dia sampai di depan jalan, terlihat ada mobil hitam dengan semua kaca tertutup sedang menunggunya di sana. Evanya melambaikan tangan membuat pria yang ada di dalam mobil menurunkan kaca jendela. Secepat kilat, dia berlari kecil dan masuk ke dalam mobil, berharap jika tidak ada siapapun yang melihat mereka. "Ayo jalan." "Apa ada yang melihatmu?" Damian melirik ke arah spion memeriksa sekali lagi bahwa keadaan sekitar aman dari jangkauan Randika dan kawanannya. "Ku harap tidak." "Apa yang akan kita lakukan ini akan sangat beresiko Evanya, apa kau siap?" "Aku siap!" 
Baca selengkapnya

Chapter 123

"Apa kau baik-baik saja?" "Aku merasakan mual." Tangan Randika mengelus pelan pada punggung Arumi yang terus saja merasa mual. "Apa yang kau makan pagi ini?" "Tidak ada, hanya segelas susu." Randika berfikir sejenak, lalu kembali menatap Arumi dengan tatapan serius. "Sayang, jangan-jangan kau ...." "Apa? Kau pikir aku hamil?" Arumi melempar serbet yang dia gunakan untuk mengelap mulutnya ke arah Randika. "Jangan konyol, kita tidak pernah melakukannya." Pria bermata hitam itu tertawa dengan keras. "Aku hanya bercanda Sayang. Kau sangat serius dengan wajah tegang mu itu." "Jangan bercanda dengan hal seperti itu, aku tidak menyukainya. Bagaimana kalau ada yang mendengarnya, mereka akan mengira kalau aku benar-benar hamil." "Tenang saja. Bukankah aku akan menikahimu." "Oh God." Arumi memijat keningnya
Baca selengkapnya

Chapter 124

"Hei, sedang apa kau di samping mobilku," ujar seorang pria menatap kaget saat seorang wanita yang berpenampilan seperti orang gila berdiri mengendap-endap di dekat mobilnya."Hei! Kau!"Wanita yang bersembunyi itu mengangkat kepala, menatap ke arah pria yang berdiri di depannya."Kecilkan suaramu Brian, ini aku.""What!" Pria bermata biru itu mengerutkan kening. "Kau mengenalku?""Dasar bodoh! Ini aku, Evanya," teriak Evanya dengan wajah kesal.Dia melepaskan wik yang dia kenakan agar rambut pirangnya terlihat. Evanya mengikuti ide Damian untuk berpenampilan seperti orang gila agar tidak ada yang mengenalinya. Dan benar saja, Brian bahkan tidak mengenalnya sama sekali."Evanya!"Mata Brian hampir saja terjatuh melihat penampilan sahabatnya. "Kau mirip dengan orang gila!"Sedetik setelah mengatakan itu, Brian berfikir sejenak. "Tunggu ...." Mata pria itu berkeliaran kemana-mana. Dia dengan cepat menarik Evanya masuk ke d
Baca selengkapnya

Chapter 125

"Bonne nuit Chérie. (Selamat malam Sayang.)" "Bonne nuit aussi Bébé, (Selamat malam juga Sayang,)" ucap Arumi mengakhiri percakapan. Tidak lupa dia memberikan ciuman singkat di pipi pria dambaannya lalu mengucapkan kalimat pemanis. "Je vous aime. (Aku mencintaimu.)" Randika tersenyum manis. Namun, sedetik setelahnya kembali muram. "Hei, ada apa dengan wajahmu? Kenapa kau malah bersedih?" "Aku akan merindukanmu." Dahi Arumi berkerut. "Bukankah kita hanya berpisah untuk tidur?" "Tapi aku tidak sabar menanti pagi Sayang." "Oh Tuhan Randika!" Arumi berucap di ikuti lemparan bantal yang mengenai kepala kekasihnya. "Keluarlah, jangan menggombal di jam seperti ini." "Apa aku tidak boleh tidur di sini?" tanya Randika dengan wajah memelas. "No! Keluarlah!  Kita akan bertemu besok." Randika memasang wajah sedih lagi. "Itu terlalu lama Sayang, aku ingin tidur dengan memelukmu malam ini." "No, Randika!
Baca selengkapnya

Chapter 126

"Berapa tamu yang akan hadir Tuan?" "Entahlah, aku lupa. Bukankah semua undangan kau yang sebarkan?" "Semua undangan di atur oleh Nyonya Jenny, Tuan." "Begitukah." "Oui monsieur." Randika mengangguk-ngangguk, dia duduk di salah satu kursi tamu yang di sediakan. "Aku sangat gelisah." "Evanya?" "Aku takut Arumi akan tahu jika wanita itu masih berkeliaran, entah apa yang harus aku katakan padanya jika Evanya tiba-tiba muncul besok." "Apa aku perlu melakukan sesuatu padanya?" "Jangan! Biarkan saja. Bukankah dia hanya ingin mengatakan selamat tinggal. Jika kita mengusiknya sekarang, dia akan kabur dan bersembunyi lagi." "Tapi Tuan, dia bersama Damian. Apa kau tidak takut jika mereka melukai Arumi atau menghancurkan acara pernikahanmu?" "Itu bagianmu."&n
Baca selengkapnya

Chapter 127

"Apa kau sudah makan?" Aurela menengada, menggeleng menatap kekasihnya dengan wajah cemberut. "Bisakah kau tidak terlalu lama bekerja, aku tidak bisa terus menunggumu seperti ini, itu membosankan." "Maaf," ujar Rilan lalu mencium pada puncak kepala kekasihnya. "Kau tidak ingin berhenti bekerja pada Randika?" "Aku tidak bisa," jawab Rilan. "Karena Arumi?" Rilan hanya diam, tidak ada satu katapun yang ia keluarkan saat mendengar ucapan Aurela. "Jawablah!" Pria bermata elang itu mengeles dagu wanita di depannya. "Kau sangat tahu untuk apa aku tetap berada di dekat Randika, Aurela." "Aku tahu, karena ingin tetap menjaga Arumi." "Jadi untuk apa aku harus menjawab jika kau tahu alasannya." "Randika, bisa menjaganya, dia kekasih yang sebentar lagi akan menjadi su
Baca selengkapnya

Chapter 128

  Malam itu berakhir begitu kelam untuk Aurela dan Rilan. Gelapnya malam menemani kekecewaan Keduanya dengan angin dingin yang berhembus halus masuk ke dalam sela-sela jendela. Aurela menaikan selimutnya menghirup dalam-dalam aroma tubuh Rilan yang melekat di sana. Membayangkan jika sekarang dia sedang berada di pelukan pria itu, menghabiskan malam bersama hingga matahari terbit. "I really miss you, my cold man." Dokter hewan itu menarik dalam-dalam napasnya, lalu membuangnya dengan pelan. "Aku tidak ingin hubungan kita kembali seperti dulu lagi. Please, mengertilah. Aku hanya takut kau melupakanku." Sedang di sisi lain, Rilan tengah gelisah dalam tidurnya, membalikan badan ke kiri lalu ke kanan. Sesekali, dia akan mendesah kemudian duduk lalu kembali mencoba menutup mata lagi. Namun, sekuat apapun usaha nya untuk bisa tertidur, tetap tidak bisa. Pikirannya melayang memikirkan permintaan Aurela untuk menjauhi Arumi.
Baca selengkapnya

Chapter 129

Cantiknya Arumi membisukan dunia Randika, wanita itu muncul dengan begitu anggun. Gaun putih yang melekat pada tubuh rampingnya, membuat dia semakin terlihat cantik. Gaun yang di gunakan Arumi memang terlihat polos. Namun, sangat memukau. Bagian dadanya terlihat sedikit terbuka, tetapi itu yang membuat Arumi terlihat mempesona karena terdapat beberapa swaroski yang menempel di bagian itu. Arumi datang di temani Daddy Amirtha sebagai pendampingnya. Mereka mendekat dan Daddy Amirta menyetahkan Arumi kepada Randika. Hal pertama yang di lakukan wanita itu adalahpp menatap manik Randika yang seperti kebingungan, lalu menggenggam jemarinya erat, agar pria yang memiliki manik mata hitam itu bisa meredahkan ketegangannya. Randika mulai tersadar ketika terdengar seseorang memberikan pertanyaan. "Apa kalian siap?" Keduanya pun menjawab secara bersamaan. "Ya, kami siap." "Baiklah! ... Randika Garrett, ête
Baca selengkapnya

Chapter 130

Ballroom hotel di penuhi dengan orang-orang berdansa. Dan Evanya, dia hanya bisa menahan kesalnya melihat dari jauh bagaimana Randika begitu lembut memperlakukan Arumi. Adegan ciuman keduanya bahkan membuat perempuan berdarah Jepang itu merasa jijik hingga meninggalkan titik di mana dia dan Damian bersembunyi untuk memantau keadaan. Kalimat janji suci yang di ucapkan Randika bahkan masih terngiang-ngiang di telinganya. Bagaimana pria itu kini menjadi milik orang lain, mengucapkan janji dengan sempurnah tanpa ada keraguan. Sedangkan dia, kini harus hancur dengan pata hati yang luar biasa. Kehancurannya itu semakin menjadi saat Damian mengatakan semua rencana mereka untuk menghancurkan pernikahan Randika dan Arumi telah gagal. Semua ranjau yang mereka siapkan ternyata sudah di bersihkan tetapi Evanya dan Damian tidak sadar akan hal itu, Detik setelah Arumi memasuki gedung, seharusnya perempuan itu jatuh pingsan karena terkena gas beracun di da
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status