Beranda / Romansa / LOVE BROTHER / Bab 81 - Bab 90

Semua Bab LOVE BROTHER: Bab 81 - Bab 90

134 Bab

Ch 81

Randika mengangkat pandangan melihat ke ara wanita yang masih terlihat. Pria itu menatapnya khawatir seakan mengatakan jangan melakukan apapun. Sebagai jawaban Arumi menggeleng membuat Randika membuang napas kasar.Mata Arumi mengarah pada gadis dengan perban di tangannya, tatapan Arumi begitu tajam hingga membuat wanita itu kesal dan meronta ingin mendekatinya."Beraninya kau menatapku seperti itu wanita pungut.""Wanita gila.""Sial, beraninya kau mengatakan ku seperti itu. Kau pikir kau bisa lebih baik dariku? kau hanya anak pungut yang akan di buang saat tidak di butuhkan.""Jika bukan karena kegilaanmu aku tidak akan menjadi anak pungut, dan sekarang kau harus membayar mahal untuk itu."Evanya tertawa hambar. "Kau pikir bisa memenjarakan ku? Ak--""Cukup Evanya!""Ran?""Bawa dia dari sini.""Non, lepaskan aku!""Aku akan menemaninya agar dia tidak membuat ulah di kantor polisi.""Non! Rilan, ak
Baca selengkapnya

Ch 82

Senyuman menghiasi wajah Arumi saat Aurela menghampirinya. "Kau terlihat sangat bahagia pagi ini Arumi, bisa aku tebak?" "Katakan." "Randika melamarmu?" Wanita berwajah pucat itu mengangguk. "Tapi kurasa dia hanya bercanda." "Kau bahagia saat dia mengatakannya?" "Ya, aku sangat bahagia," ucapnya dengan mata berbinar. "Kalau begitu itu adalah benar, kau akan segera menjadi Nyonya Randika Garret." Arumi memasang wajah datar. "Dia tidak akan melakukannya." "Pourquoi? (Kenapa?) Kau beruntung memiliki Randika, Rumi. Dia sangat mencintaimu." Arumi tidak menjawab, dia memilih fokus pada perban yang sedang di lepaskan Aurela. "Kau tidak tahu bagaimana dia memperlakukanku sebelum ini." "Bukankah semua sudah terbayarkan, kau punya orang tua dan kekasih yang sangat menyayangimu. Randika
Baca selengkapnya

Ch 83

"Apa kau ingin makan sesuatu sebelum pulang Sayang?" "Tidak, aku ingin makan masakan Claudia, sudah dua hari kau memberi ku bubur yang tidak ada rasanya." Randika terkekeh. "Itu karena mulutmu yang tidak enak, jangan salahkan buburnya." Arumi tersenyum dia berjalan ke kamar mandi dengan pelan, menatap pantulan kaca yang menampak-kan dirinya. Wajahnya terlihat tirus entah karena kurang tidur dua hari ini atau karena mimpi buruk tentang Randika yang akan meninggalkan-nya selalu datang. "Apa yang kau lihat?" ucapnya saat bayangan Randika muncul di dalam cermin. "Kekasihku, dia tampak cantik meski dengan wajah pucat." Randika mendekat lalu memberikan ciuman pada pipi wanita yang kini membuatnya jatuh cinta. Dan bukannya marah Arumi malah tertawa. "Kau mulai lagi." Randika memeluk Arumi dari samping dan mencium bahunya yang masih di selimuti k
Baca selengkapnya

Ch 84

"Apa kakak bisa membantuku?""Tentu saja, katakan apa yang kau inginkan."Terdengar suara deheman Randika, dia menatap Arumi dengan menahan rasa kesalnya. Dan sekali lagi kedua orang itu mengabaikannya."Bisakah kau membawakan seikat bunga untuk Aurela? aku ingin mengucapkan terima kasih karena sudah merawatku dua hari ini."Rilan terdiam dan berfikir sejenak, lalu mengangguk tanda mengerti."Apa kau sedang mendekatkan Rilan dengan dokter hewan itu?""Kenapa kau berfikir begitu, aku kau ingin aku memintamu untuk mencintainya?""Arumi!""Apa?""Kau sedang membalasku?""Rumi.""Dia membuatku kesal berulang kali kak.""Kau memang harus mendapatkannya," ucap Rilan membenarkan."Apa katamu?""Kau pantas mendapatkannya karena mencintai dua wanita Randika.""Berhenti membicarakan-nya," ucap Randika tidak suka, dia melangkah menaiki tangga meninggalkan dua orang yang saling menatap bingu
Baca selengkapnya

Ch 85

Satu kata yang bisa menggambarkan perasaan Arumi saat ini, yaitu cemas. Dia tengah merasa antara gugup dan gelisah. Pasalnya dari saat dia tiba di Mansion sampai malam menjelang, Randika belum juga keluar dari kamarnya. Padahal gadis itu berharap pria dengan manik hitam itu akan melamarnya sekali lagi dengan lebih serius.   "Apa dia tertidur? ini sudah malam dan dia belum menyapa ku kembali."   Arumi merasa sedikit kesal, karena sepertinya Randika lagi-lagi memberi harapan palsu. Arumi sudah tidak tahan lagi, dia segera beranjak keluar dari kamarnya menuju pintu berwarna hitam yang terbuat dari kaca tebal yang berada persis di ujung lorong lantai dua. Jujur saja, Arumi selalu merasa tidak nyaman jika berada di kamar tunangannya yang serba hitam itu. Bagaimana bisa, seluruh barang hingga tempat tidur bahkan horden yang ada di sana semuanya berwarna hitam. Dia merasa seakan berada di dalam dunia kegelapan, kamar itu bergaya seperti kamar-kamar
Baca selengkapnya

Ch 86

"Apa kau bersedia menjadi istriku Arumi Chaska?"Arumi yang mendengarnya tentu saja menatap Randika dengan mulut yang terbuka. Sungguh dia terkaget kembali, padahal ini yang kedua kalinya pria itu mengatakan ingin menikahinya."Kau tidak bercanda bukan?"Melihat wanitanya yang masih tidak percaya,  Randika berubah posisi menjadi di atas Arumi, dia mensejajarkan kepala mereka. Keningnya berkerut mendapati Arumi yang terlalu fokus memandangnya hingga indra pendengarannya tidak di jalankan dengan baik. Sekali lagi Randika bertanya. "Apa kau bersedia menjadi istriku Nona Arumi Chaska?"Tanpa di duga, Arumi memeluknya hingga membuat tubuh kekar itu jatuh menimpah tubuh munggilnya dan menempel hingga tidak meninggalkan jarak. Hatinya tidak pernah sehangat ini, bergetar merasakan detak jantung Randika yang begitu kencang. Ini cinta, dia tahu itu.Harapan Arumi saat ini hanya satu, dia ingin bersama orang yang dia cintai dan bahagia untuk sisa hidupny
Baca selengkapnya

Ch 87

"Kapan Mom dan Dady kembali?" 'Entahla sayang, Dady belum ingin kembali.' Randika mengerutkan kening. "Whay? Bukankah keadaannya sudah membaik?" 'Dady akan kembali jika kau bersedia menikahi Arumi,' teriak Amirta. "Dady! Kau mendengarku? Pulanglah aku akan segerah menikah." 'What?' "Aku akan menikahi Arumi Dady." 'Sayang, apa kau tidak bercanda?' "Non, Mom, aku serius akan menikahi Arumi." Jenny dan Amirta sangat kaget, padahal baru saja Rilan memberi kabar kalau hubungan mereka sudah lebih baik, kini putra tampannya itu sudah memberi siknal bahwa dia akan menikah.Dan sebenarnya, Claudia dan Rilan selalu memberi kabar tentang keadaan Mansion dan hubungan kedua anaknya. Yang membuat mereka enggan kembali adalah ingin membiarkan kedua anak yang sedang kasmaran itu lebih mempererat hubungan m
Baca selengkapnya

Ch 88

Randika tidak berhenti menatap wajah Arumi, sesekali dia mencubit pipi nya karena tidak tahan ingin mencium gadis itu. Jika saja tidak ada Claudia dan Minora, mungkin dia sudah menciumnya berkali-kali. "Apa yang kau lakukan?" Senyum Randika mengembang mengarah ke wajah Arumi yang terlihat bingung, sarapannya benar-benar terganggu karena tangan pria yang memiliki manik hitam itu terus saja berada di pipinya. "Apa kau baik-baik saja Sayang?" Pria itu tetap diam dengan senyumnya, matanya berkedip seolah meminta sesuatu yang mana malah membuat Arumi memutar kedua matanya. Perempuan itu berdecak, dia melangkah dan mencubit kedua telinga tunangan-nya hingga membuat pria berkaos putih itu memekik kesakitan."Kau selalu saja mesum Randika." "Aaaaah ah ... ah ... Sayang, itu sakit lepaskan!" "Jangan menatapku dengan tatapan penuh nafsu sepe
Baca selengkapnya

Ch 89

"Hmphh." Pria dengan manik hitam itu menciumnya secara tiba-tiba, kali ini lebih dalam. Hingga membuat Arumi untuk susah mengatur napasnya. Randika melakukannya dengan perlahan. Namun, dia sama sekali tidak membiarkan ciumannya terlepas. Kini bibirnya berpindah pada leher Arumi, menciumnya secara pelan hingga membuat wanita itu menggigit bibir bawahnya, menyalurkan rasa yang sama sekali tidak bisa di jelaskan. Arumi memejamkan matanya sambil mengadah karena merasakan kenikmatan.  "Ran ... i-ini di tempat terbuka." Pria itu tidak fokus dengan apa yang di ucapkan kekasihnya. Dan kini dia semakin menurunkan ciumannya. "Randika, jangan di sini, no!" "Aaah ... Tu-tuan muda!" Dengan cepat kepala pelayan itu berbalik badan padahal dia baru saja akan mendekat karena berfikir keadaan sudah normal kembali. Randika menghentikan gerakannya, lalu
Baca selengkapnya

Ch 90

Seorang penjaga menghampiri ruang jeruji yang berada di paling ujung sel wanita. Dentuman bunyi kunci yang saling beradu dengan jeruji membuat sang penghuni terbangun dengan kebingungan. "Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu." "Siapa?" "Aku tidak tahu, mungkin saja kekasihmu." "Seorang pria?" "Yah, dan dia sangat tampan," goda sang penjaga. "Apa Randika?" batin-nya. Evanya menyeringai mengingat pria itu. "Aku tahu cepat atau lambat kau akan merindukanku." Sang penjaga lalu membuka pintu dan mempersilahkan Evanya untuk mengikutinya, menyusuri ruang yang di dominasi beton dan besi itu. Wanita itu melangkah beriringan menuju ruang besuk tahanan dengan rasa penasaran untuk siapa pria yang datang membesuknya. "Bagaimana kabarmu?" Kalimat itu mampu membuat Evanya mengalihkan perhatiannya. "Apa kau
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
14
DMCA.com Protection Status