Semua Bab Lie In Love (Dusta Dalam Cinta): Bab 21 - Bab 30

68 Bab

Bab 21

Zidan dan Kia masih saling berpelukan dengan pikiran masing-masing. Mungkin sekitar sepuluh menit, sebelum Zidan benar-benar melepaskan pelukan eratnya pada tubuh Kia."Kamu tinggal di sini sendiri?" tanya Zidan. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh apartemen dari depan pintu."I-iya ... aku tinggal sendiri," jawab Kia sedikit canggung.Zidan memperhatikan dari sudut ke sudut apartemen yang tidak terlalu luas itu. Dengan pandangan tajam dan penilaian cukup jeli, ia mencoba membaca situasi.'Apartemen ini memang awalnya tidak kosong. Hawanya terasa hangat. Jadi, dia memang tinggal di sini?' batin Zidan yang sepertinya tidak begitu yakin. Ia tidak tahu bahwa kecurigaannya itu memanglah benar.
Baca selengkapnya

Bab 22

Kia mendapatkan masalah yang besar saat ini. Hal yang diminta oleh Zidan tidak ada di dalam kontrak yang ia tanda tangani dengan Tuan Seto. Kalau memang Zidan dan Shakira setiap bulan melakukan ritual seperti itu, sudah pasti ia akan ketahuan karena masih perawan."Bagaimana kalau kita tiadakan hal yang biasa kita lakukan itu?" Kia mencoba menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dengan membujuk Zidan. Lagi pula ia mana sanggup memenuhinya. Ia mempunyai prinsip jika hubungan intim harus dilakukan setelah menikah.Zidan yang masih memeluk Kia dari belakang tersenyum samar. Ia merasa takjub dengan sikap tenang Kia meskipun ia telah meminta hal yang ekstrem seperti itu."Kamu tidak suka? Padahal dulu kamu yang menggebu memintanya," ujar Zidan sambil melepaskan pelukannya. Ia se
Baca selengkapnya

Bab 23

Kia mencoba menjawab pertanyaan Tuan Seto dengan tenang. Ia berusaha semaksimal mungkin agar pria paruh baya itu tidak tersinggung.   "Bukan begitu maksud saya, Pak. Sembarang orang yang saya maksud adalah orang yang tidak selevel dengan kasta keluarga kalian. Lagi pula, saya juga tidak bisa menikah dengan putra Bapak karena saya sedang berlakon menjadi orang lain. Pernikahan tentu saja tidak akan sah," terang Kia.   "Ha-ha-ha! Nak Kia memang sungguh cerdas, tapi apalah arti sebuah nama? Jika Zidan menginginkan Nak Kia menikah dengannya tentu saja saya tidak bisa menolak karena kebahagiaan Zidan adalah yang utama," balas Tuan Seto. Ia menghela napasnya sejenak. Raut wajahnya pun berubah menjadi cemas.   "Saya rasa, saya sudah keterlaluan kepada N
Baca selengkapnya

Bab 24

Mereka berdua masih larut dalam romantisme. Mungkin bagi Kia ini adalah hal yang paling mendebarkan, tetapi bagi Zidan ini adalah sebuah permainan untuk memberi pelajaran.Kini masing-masing dari mereka melepaskan kedua benda kenyal yang baru saja saling bertautan, lebih tepatnya bertukar saliva hingga membuat hasrat merayap naik. Sebelum menjadi lebih bergejolak mereka menghentikannya.Mata Zidan menatap mata Kia dengan pandangan sayu. Sebagai seorang pria, ia tidak munafik jika tubuhnya bereaksi karena bersentuhan dengan wanita. Namun, rasa benci karena dibohongi lebih mendominasi pikirannya."Maaf," lirih Zidan sambil mengusap air mata Kia yang masih membekas di pipi mulus gadis itu.Kia menunduk dalam karena mal
Baca selengkapnya

Bab 25

Setelah menjelaskan perihal perawat yang diutus oleh Tuan Seto, Harry mengajak Kia untuk keluar sebentar dari ruang rawat Ibu Tina. Harry beralasan akan mengurus administrasi rumah sakit sebelum mereka pulang.Mereka berdua berjalan menuju bangku taman rumah sakit dan duduk di sana untuk berbincang."Kamu pasti belum sempat menjelaskan kepada ibumu perihal tinggal di rumah Tuan Seto," terka Harry."Benar, Kak ... selain belum sempat, aku juga bingung cara menjelaskannya ke ibu. Aku sudah memikirkan dari semalam, tapi tetap saja otakku buntu," keluh Kia. Wajahnya terlihat lesu dan terlihat kurang bersemangat.Harry menyadari jika Kia sepertinya kebingungan. Senyuman tersemat di wajah tampannya yang biasa terlihat dat
Baca selengkapnya

Bab 26

Sepanjang perjalanan pulang dari restoran, Zidan tampak memikirkan perkataan Samuel. Ia masih tidak begitu yakin jika Shakira tidak mencintainya, padahal semua sudah diberikan olehnya untuk membahagiakan wanita itu.Zidan mengesah kasar sambil memejamkan mata. Ia memijit kepalanya karena terasa pusing dan berat. Bahkan ia sampai berpikir, bisa-bisa ia menjadi depresi sungguhan karena hal ini. Namun, jika Shakira tidak mencintainya, untuk apa selama ini ia berpura-pura gila? Sudah pasti itu hanya sia-sia saja.Alasan kuat yang mendasari keputusannya berlagak menjadi depresi karena yakin Shakira mencintainya. Ia berpikir kalau tunangannya itu meninggalkannya hanya karena kesal dan pasti akan kembali."Tuan Muda? Apa kita akan langsung kembali ke rumah?" tanya sang sopir.
Baca selengkapnya

Bab 27

Satu hari pun telah berlalu. Kini saatnya Kia pindah ke kediaman keluarga Mahendra. Dengan alasan demi kepentingan pendidikan, ia terpaksa membohongi ibunya.Harry sudah menunggu Kia di depan pintu apartemen. Waktu memang masih menunjukkan pukul enam lewat seperempat, tetapi ia tidak keberatan untuk menjemput Kia."Apa kamu sudah siap?" tanya Harry yang pagi-pagi pun sudah menggunakan setelan jas lengkap."Sudah, Kak! Ibu juga tidak masalah aku berangkat sepagi ini," jawab Kia."Lalu ... mana ibumu?" Harry melongok ke dalam apartemen karena tidak melihat orang yang dimaksud."Ibu sedang mandi dibantu oleh Mbak Annisa. Aku sudah pamit sebelum ibu mandi tadi
Baca selengkapnya

Bab 28

Setelah beberapa kejadian yang baru saja ia alami, Kia masih duduk di ruang tengah sambil termangu. Sejujurnya, ia sungguh bingung harus melakukan aktivitas seperti apa di rumah itu. Rasanya sungguh asing sekali sehingga menimbulkan ketidaknyamanan. Ditambah Zidan yang tiba-tiba mengamuk kepadanya tadi."Sudah dari tadi di sini?" Suara khas pria paruh baya yang dikenal oleh Kia membuatnya menoleh. Sudah ada sosok Tuan Seto yang sepertinya baru saja tiba."Mungkin sekitar setengah jam yang lalu, Pak," jawab Kia sambil beranjak dari kursi. Ia pun langsung menghampiri Tuan Seto dan mencium punggung tangan ayah dari Zidan itu. Kia memang selalu melakukan hal itu setiap bertemu dengan Tuan Seto.Tuan Seto tersenyum, ia sangat senang dengan perilaku Kia yang sangat sopan dan mengha
Baca selengkapnya

Bab 29

Kia yang sedang duduk termenung sambil menatap ke arah jendela tersentak karena suara ketukan pintu. Gadis itu berusaha bersikap tenang dan menyahuti orang yang mengetuk pintu."Masuk saja! Pintunya tidak dikunci," teriak Kia sambil menoleh ke pintu tanpa beranjak dari tempat duduknya.Suara decitan pintu terdengar, sesosok pria berperawakan tinggi memasuki kamar Kia. Gadis bermata cokelat itu memicing mata karena tidak mengenal orang yang masuk ke kamarnya itu."Maaf, Nona ... saya Ferdinand. Saya merupakan bodyguard yang diutus Tuan Seto untuk menemani Anda kemana-mana," jelas pria yang memiliki wajah sedikit sangar dengan tubuh besar nan tegap."Ah! Padahal sudah ada Kak Harry yang menemaniku," ujar Kia.
Baca selengkapnya

Bab 30

Gelapnya malam sudah berganti dengan cerahnya langit di pagi hari. Kia akhirnya mampu melalui malam yang terasa sangat panjang di kediaman keluarga Mahendra. Bukan hal mudah baginya untuk tidur di tempat asing, tetapi ia harus bisa membiasakannya mulai saat ini.Setelah berpisah semalam, Zidan belum bertemu lagi dengan Kia. Sepertinya setelah menemui Bertha, ia memutuskan untuk langsung ke kamarnya. Namun, pagi ini ia menghampiri Kia langsung ke kamarnya."Shakira ... apa kamu ada di dalam?" panggil Zidan dari balik pintu kamar Kia.Kia yang kebetulan sudah bangun pun langsung menyahuti panggilan Zidan, "Iya, aku di sini!" Ia berjalan menuju pintu dan membukanya agar Zidan bisa masuk."Kenapa kamu tadi tidak ikut sa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status