Semua Bab Lie In Love (Dusta Dalam Cinta): Bab 31 - Bab 40

68 Bab

Bab 31

"T-tuan Muda bisa tenang sedikit," pinta dokter Budi dengan suara tercekat di tenggorokan.Kedua bola mata Zidan berkilat menyiratkan amarah. Namun, karena melihat dokter Budi sudah sangat ketakutan, ia pun melepaskan cengkeraman tangannya.Zidan kembali duduk di kursi. Ia yang masih tampak kesal memalingkan wajahnya sambil mendengus."Mungkin ini terdengar konyol bagi Anda, tapi inilah diagnosis yang saya dapatkan selama pertemuan kita beberapa kali. Sebenarnya, gangguan kejiwaan ini masih belum ada klasifikasi medisnya, bisa jadi ada penyakit mental lainnya yang menyertai," papar dokter Budi.Zidan mengembus napas berat sambil menelan salivanya yang terasa pahit. Ia membenarkan posisi duduknya dan memandang dokter
Baca selengkapnya

Bab 32

Kia masih mematung di tempatnya. Ia bahkan tidak mengetahui sekarang ada di mana. Saat berangkat tadi, ia bahkan meninggalkan ponselnya di kamar karena terburu-buru."Hahh ... mengapa aku ceroboh sekali meninggalkan ponselku di kamar? Sekarang aku tidak dapat menghubungi siapapun, huft," keluh Kia sambil mengembus napas berat.Ia lalu memutuskan untuk menyusuri jalan yang sepi itu. Gadis yang sekarang memakai long dress berwarna oranye itu bahkan tidak habis pikir, mengapa sopir yang bernama Aryo itu memilih jalanan yang jarang dilewati orang ini."Mungkin aku sekarang sedang berada di negeri antah berantah. Lagi pula, apa tempat ini ada di map?" gumam Kia sambil memperhatikan sekeliling. Matanya dimanjakan dengan pohon-pohon besar yang berjajar di sepanjang jalan.
Baca selengkapnya

Bab 33

"Pfftt ... kenapa dia kelihatannya kesal, ya?" Samuel berusaha menahan tawanya karena ia sedang berada di tempat umum. Saat ini, ia berada di sebuah kafe yang tidak jauh dari tempat tinggal Cassandra. Pandangannya kini beralih pada Kia yang tampak sedang menikmati ice lemon tea yang ia belikan."Gadis itu tampak tenang, padahal sedang bersama orang asing," gumam Samuel. Ia pun kembali berjalan memasuki kafe. Tadi ia memang sengaja keluar untuk menelepon Zidan.Kia yang sangat haus pun menghabiskan satu gelas penuh minumannya. Entah berapa kilometer ia berjalan, yang jelas tenggorokannya memang terasa cukup kering. Bukan hanya tenggorokan, kakinya sekarang pun sudah mulai terasa pegal."Sepertinya Nona Kia sangat menikmati minumannya," ucap Samuel sambil mendudukkan diri di ku
Baca selengkapnya

Bab 34

Zidan terburu-buru mengendarai mobilnya ke lokasi yang sudah diberikan oleh Samuel. Pikirannya berkecamuk saat itu karena membayangkan hal-hal buruk yang akan menimpa Kia.   "Awas saja kalau dia berani macam-macam," desis Zidan sambil mengepal erat tangan kirinya dengan gigi gemerutuk.   Ia memang berencana membuat Kia menderita, tetapi ia juga tidak ingin jika ada yang ikut campur. Terlebih lagi Samuel adalah orang luar yang seharusnya tidak ada hubungannya karena ia tidak meminta tolong pada pria playboy itu.   Mobil Zidan memasuki area sebuah parkiran hotel bintang lima yang diberitahukan oleh Samuel. Dengan terburu-buru ia menuruni mobil dan berlari menuju kamar tempat Kia berada.  
Baca selengkapnya

Bab 35

Kia mencoba memberanikan diri untuk melawan Zidan meski dalam keadaan takut sekalipun. Ia mengepal erat kedua tangannya sambil menatap Zidan dengan mata yang berkaca-kaca. "B-bukannya semua ini gara-gara kamu?!" Mendengar perkataan Kia, tentu saja membuat Zidan makin emosi. Matanya semakin berkilat dan terlihat tajam bak bilah pedang. Ia bahkan mencengkeram kuat sprei yang berada di sisi kanan-kiri Kia hingga membuat gadis itu makin ketakutan. "Jadi ... kamu menyalahkan aku akan kejadian ini?!" bentak Zidan yang sontak membuat Kia memejamkan mata. "Kenapa kamu tidak menggunakan ponselmu untuk menghubungi orang yang kamu kenal, hah? Apa kamu begitu bodoh sampai memutuskan meminta tolong denga
Baca selengkapnya

Bab 36

Bertha berjalan menuju sumber suara, sementara Kia berjalan memutar ke arah berlawanan untuk memastikan dari sisi lain. Tanpa Kia sangka, ia menemukan seseorang yang ia kenal. Ternyata orang yang Kia lihat adalah Mita—pelayan pribadinya yang sedang meringkuk ketakutan di bawah semak tanaman bunga Azalea. 'Apa yang sedang Mita lakukan di sini? Apa dia mendengar semua percakapanku dengan Ibu Bertha?' batin Kia bertanya-tanya. Kia memutuskan menyimpan pertanyaan itu dalam pikirannya sendiri dan akan menyampaikannya ke Mita nanti. Namun, ia harus memastikan Mita tidak ketahuan oleh Bertha. Bertha yang sudah mulai mendekat dengan keberadaan Mita pun dialihkan dengan suara Kia yang tiba-tiba memekik. 
Baca selengkapnya

Bab 37

Zidan masih memeluk Kia dengan erat sampai-sampai gadis itu kesulitan bernapas. Karena tidak tahu apa yang terjadi dengan Zidan, Kia hanya menuruti perintah pria itu. Zidan mulai merenggangkan pelukan dan melepaskannya. Kini kedua tangannya memegang kedua pundak Kia dengan erat. Ia bahkan memandang kedua mata gadis itu lekat dengan tatapan sayu. "A-aku ingin ke kamar mandi. Kunci aku dari luar dan biarkan aku selama tiga jam di dalam sana," pesan Zidan. "B-baik," sahut Kia. "Turuti aku jika kamu tidak mau dalam bahaya," tambah Zidan kemudian sambil melepaskan kedua tangannya dari pundak Kia. Zidan pun berjalan dengan cepat me
Baca selengkapnya

Bab 38

Begitu sampai di rumah, Zidan tergesa-gesa berlari menuju kamar Kia. Sejak kejadian tadi malam, ia memang tidak menghampiri gadis itu karena berniat membereskan masalah dengan Samuel. Namun, seketika langkahnya terhenti saat mengingat perkataan Samuel tepat sebelum ia pergi meninggalkan pria itu. *** "Kamu bilang kalau akan membuat gadis itu menderita, tapi nyatanya kamu bahkan berbuat banyak untuk melindunginya," sindir Samuel. Zidan menoleh ke arah Samuel dengan tatapan tajam. Namun, ia tidak dapat memungkiri jika ia pernah berkata begitu kepada pria yang sudah babak belur karenanya. "Harusnya kamu bisa memanfaatkan situasi ini agar dia menderita. Dia bisa membencimu dan akhirnya pergi dar
Baca selengkapnya

Bab 39

Kia kembali ke kamarnya, permintaan Tuan Seto tadi masih saja terngiang di telinganya. Rasanya tidak nyaman jika ayah dari Zidan itu menanyakan terus soal itu. Karena kejadian itu, ia bertekad untuk segera menyelesaikan misi. Ia berjalan sangat hati-hati, kalau-kalau masih ada Zidan di sana. Hatinya masih tidak sanggup jika harus berpapasan lagi dengan pria yang membuatnya trauma. Namun, andai saja bertemu, ia bertekad untuk bersikap natural. Untung saja kekhawatiran gadis berambut cokelat itu tidak terjadi, ia bisa dengan selamat sampai ke kamarnya. Kia pun bisa menghela napas lega. Tiba-tiba pandangannya tertuju pada jendela kamarnya. Teringat Zidan bisa masuk lewat situ, cepat-cepat ia berlari dan menguncinya. Ia harus lebih waspada mulai sekarang. Namun
Baca selengkapnya

Bab 40

Terdengar suara bising musik rock dari sebuah kamar sempit yang berada di dalam salah satu rumah susun. Kepulan asap rokok pun memenuhi ruangan tersebut hingga membuat siapa saja yang masuk ke sana akan terbatuk-batuk dan merasa sesak napas. Puntung rokok berceceran di lantai kamar yang tidak terlalu luas itu, menjadikan suasana kamar makin terlihat buruk. "Shakira! Shakira!" teriak seorang pria paruh baya yang terlihat baru keluar dari kamar mandi. Ia adalah Pak Soni—ayah dari Shakira. Shakira yang terganggu dengan lengkingan suara ayahnya itu pun langsung mematikan musik rock yang ia setel sedari tadi. "Kenapa Ayah mengganggu aku? Aku ini sedang santai, Yah!" protes Shakira bersungut-sungut. 
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status