Home / Romansa / Lie In Love (Dusta Dalam Cinta) / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Lie In Love (Dusta Dalam Cinta): Chapter 41 - Chapter 50

68 Chapters

Bab 41

Pagi harinya Kia terbangun di atas kasurnya. Tidurnya cukup nyenyak sehingga ia tidak sadar sudah berpindah dari perpustakaan. Ia terduduk dan mengusap-usap matanya yang masih terasa berat. Seketika ia tersadar telah berada di kamarnya. "Eh? Sejak kapan aku berada di kamar? Semalam 'kan aku sedang di perpustakaan," gumam Kia heran. Ia mencoba mengingat kejadian semalam, tetapi tetap saja tidak ingat karena terlalu nyenyak tidur. "Apa jangan-jangan ... hantu perpustakaan yang telah memindahkan aku ke kamar?" Kia menjadi merinding saat memikirkan hal itu. Untuk menjernihkan pikiran, ia pun beranjak bangun dan memutuskan untuk mandi. 
Read more

Bab 42

Keesokan harinya... Hari ini jam tujuh malam adalah jadwal acara lelang amal yang akan diadakan oleh Blue Moon Grup. Waktu sekarang menunjukkan pukul empat sore dan saat ini Kia sedang berada di sebuah butik ternama, untuk mencoba beberapa pakaian yang akan dipakai nanti malam. Gadis cantik berambut cokelat itu sejenak tertegun saat melihat deretan pakaian pesta yang diperlihatkan oleh salah seorang karyawati di sana. Semua pakaian yang ditawarkan terlihat cukup seksi baginya meskipun elegan dan mewah. Kia yang tidak pernah memakai pakaian seperti itu terlihat enggan untuk mencobanya. "Apa yang sedang kamu tunggu? Kenapa tidak coba pakaiannya?" tegur Zidan yang sedang duduk di sebuah sofa yang tidak jauh tempat Kia berdiri. Ia bahkan berbicara tanpa melihat
Read more

Bab 43

Acara lelang amal berlangsung lancar. Ternyata Tuan Seto mempersiapkan sebuah kejutan besar untuk putranya. Ia sangat senang ketika mendengar Zidan ingin kembali ke perusahaan. Rasanya beban berat yang ditanggung olehnya perlahan menghilang. Di akhir acara ternyata Tuan Seto mengumumkan perihal niatnya untuk menyerahkan kepemimpinan perusahaan kepada Zidan. Pria berusia hampir enam puluh tahun itu memutuskan pensiun dari dunia bisnis karena ingin beristirahat dan menikmati hari tua. Keputusan Tuan Seto ternyata menimbulkan perdebatan para pemegang saham yang kebetulan hadir di acara lelang amal tersebut. Banyak yang berkomentar jika seharusnya hal ini dibicarakan terlebih dahulu sebelum diumumkan. Ada pula yang menyayangkan karena Zidan baru saja sembuh dari depresi. 
Read more

Bab 44

Zidan tetap membawa Kia untuk pulang ke rumah. Namun, mobil yang membawa mereka tidak melalui gerbang utama. Kia yang belum pernah mengetahui ada gerbang lain di kediaman keluarga kaya tersebut pun hanya bisa berdecak kagum. "Aku baru tau kalau ada gerbang lain di rumah ini," gumam Kia tidak sadar. Zidan yang mendengar gumaman Kia tersenyum tipis dan menanggapinya, "Tentu saja kamu tidak tau. Aku baru pertama kali mengajakmu kemari." "Oh, ya?" Kia langsung menoleh ke arah Zidan, tetapi karena ia merasa sikapnya aneh, ia langsung berkilah, "Aku juga merasa begitu. Ternyata kamu suka sekali menyimpan rahasia." "Betul," balas Zidan sambil mengusap pucuk kepala Kia. 
Read more

Bab 45

Waktu tak terasa telah pagi. Kia yang masih mengingat kejadian tadi malam merasa salah tingkah. Ternyata setelah Zidan menciumnya, ia tidak dapat tidur sampai pagi. Wajah tampan pria itu selalu saja membayangi pikirannya. "Hahh ... bisa-bisanya aku tidak tidur sampai pagi?! Bagaimana bisa aku menjalani hari jika tiba-tiba aku mengantuk?" rutuk Kia sambil mengentak-entakkan kakinya di ranjang. "Selamat pagi, Nona cantik!" sapa Mita yang masuk sambil tersenyum kepada Kia. Tugas pelayan manis itu memang untuk membangunkan dan membantu Kia menyiapkan segala sesuatu, seperti tempat mandi beserta pakaian yang akan dikenakan. Mita terlihat heran saat melihat Kia yang tampak kacau dengan rambut berantakan. Ia juga makin heran saat memperhatikan wajah Kia dengan sak
Read more

Bab 46

Setelah dari menemui Bertha, Kia berniat untuk menenangkan pikirannya. Ia kemudian teringat dengan taman yang berada di dekat bangunan spa—tempat Zidan memintanya untuk menggosok punggungnya pertama kali. Sesekali ia mengulas senyum saat mengingat betapa takutnya dirinya dengan sosok Zidan waktu itu. Namun, saat ini ia tidak takut lagi, bahkan sekarang rasanya amat berat untuk meninggalkan pria yang sudah membuatnya jatuh cinta. "Kamu mau ke mana, Nak?" Suara sapaan lembut Tuan Seto membuat Kia tersadar dari lamunannya. Cepat-cepat ia membungkuk untuk memberi hormat. "Saya ingin jalan-jalan saja, Pak," jawab Kia. "Saya
Read more

Bab 47

Zidan sudah berada di ruang rektor universitas. Ternyata Pak Bahar adalah orang yang dipilih oleh Tuan Seto langsung untuk menjadi rektor di kampus miliknya itu. Maka dari itu, pria tua berkumis tebal itu sangat menghormati semua anggota keluarga Mahendra. "S-saya tidak tahu kalau Tuan Muda Zidan yang menjadi perbincangan hangat anak-anak di kampus tadi," ungkap Pak Bahar dengan ekspresi takut. "Memangnya mereka berbicara apa?" telisik Zidan. Ia menyesap teh hangat yang disediakan untuknya. "Mereka bilang ada orang yang membuat keributan karena mengancam para mahasiswa dan bermesraan di lingkungan kampus," terang Pak Bahar. Zidan tertawa renyah sambil menaruh cangkir tehny
Read more

Bab 48

Zidan berjalan mendekati Kia dan Harry yang masih mematung. Sebenarnya, mereka tidak mempunyai kesalahan apapun kepada Zidan karena memang tidak berbuat hal aneh. Namun, bagi Kia, ia layaknya orang yang tertangkap basah sedang selingkuh oleh kekasihnya. "Kamu buru-buru izin dari kantor hanya untuk menemui tunanganku?" telisik Zidan dengan mata yang siap menerkam mangsa. Ia menatap Harry sangat tajam. Harry awalnya cukup bingung, tetapi ia cukup pintar untuk berdalih. "Shakira meminta aku untuk memberikan tour kampus. Kamu tau 'kan, kalau aku adalah alumni kampus ini?" balas Harry tenang. Zidan tidak serta-merta mempercayai perkataan Harry. Pandangannya kini beralih kepada Kia yang s
Read more

Bab 49

Kia terlihat gelisah menunggu Tuan Seto di kamarnya. Secara sengaja ia duduk di balkon agar bisa membuang rasa bosan saat menunggu pria paruh baya itu kembali. Ia sepertinya cemas karena perasaannya kepada Zidan makin bertumbuh besar dan perlakuan pria itu kepadanya akhir-akhir ini selalu membuatnya salah tingkah. "Nona! Tuan Seto sudah kembali!" teriak Mita yang memang diberi tugas oleh Kia untuk memberikan kabar. "Benarkah! Sekarang beliau ada di mana?" tanya Kia seraya bangkit dari tempat duduknya. "Tuan Seto sekarang sedang berjalan menuju kamarnya. Lebih baik Nona cepat menemuinya karena menurut pelayan pribadinya, beliau akan lama keluarnya jika sudah berada di dalam kamar," saran Mita. 
Read more

Bab 50

Satu minggu kemudian. Kia tampak celingukan mencari keberadaan Zidan di bandara. Pria yang saat ini mengisi hati gadis bermata cokelat itu mengatakan agar menunggu kepulangannya. Rasa rindu yang sudah sangat besar membuat Kia tidak sabar untuk bertemu dengan Zidan. Zidan mengulas senyuman kepada Kia yang sedang melihat ke arah berlawanan. Pria berwajah tampan itu bahkan berniat untuk mengagetkan kekasihnya itu. "Ayo tebak siapa aku?" Zidan menutup kedua mata Kia dari arah belakang dengan kedua tangannya. Sontak perlakuan Zidan membuat Kia langsung menoleh dan melepaskan tangan yang menghalangi pandangannya. "Kamu kok bisa datang dari arah sana?" tanya Kia sedikit terkejut.
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status