Waktu tak terasa telah pagi. Kia yang masih mengingat kejadian tadi malam merasa salah tingkah. Ternyata setelah Zidan menciumnya, ia tidak dapat tidur sampai pagi. Wajah tampan pria itu selalu saja membayangi pikirannya.
"Hahh ... bisa-bisanya aku tidak tidur sampai pagi?! Bagaimana bisa aku menjalani hari jika tiba-tiba aku mengantuk?" rutuk Kia sambil mengentak-entakkan kakinya di ranjang.
"Selamat pagi, Nona cantik!" sapa Mita yang masuk sambil tersenyum kepada Kia. Tugas pelayan manis itu memang untuk membangunkan dan membantu Kia menyiapkan segala sesuatu, seperti tempat mandi beserta pakaian yang akan dikenakan.
Mita terlihat heran saat melihat Kia yang tampak kacau dengan rambut berantakan. Ia juga makin heran saat memperhatikan wajah Kia dengan sak
Setelah dari menemui Bertha, Kia berniat untuk menenangkan pikirannya. Ia kemudian teringat dengan taman yang berada di dekat bangunan spa—tempat Zidan memintanya untuk menggosok punggungnya pertama kali.Sesekali ia mengulas senyum saat mengingat betapa takutnya dirinya dengan sosok Zidan waktu itu. Namun, saat ini ia tidak takut lagi, bahkan sekarang rasanya amat berat untuk meninggalkan pria yang sudah membuatnya jatuh cinta."Kamu mau ke mana, Nak?"Suara sapaan lembut Tuan Seto membuat Kia tersadar dari lamunannya. Cepat-cepat ia membungkuk untuk memberi hormat."Saya ingin jalan-jalan saja, Pak," jawab Kia."Saya
Zidan sudah berada di ruang rektor universitas. Ternyata Pak Bahar adalah orang yang dipilih oleh Tuan Seto langsung untuk menjadi rektor di kampus miliknya itu. Maka dari itu, pria tua berkumis tebal itu sangat menghormati semua anggota keluarga Mahendra."S-saya tidak tahu kalau Tuan Muda Zidan yang menjadi perbincangan hangat anak-anak di kampus tadi," ungkap Pak Bahar dengan ekspresi takut."Memangnya mereka berbicara apa?" telisik Zidan. Ia menyesap teh hangat yang disediakan untuknya."Mereka bilang ada orang yang membuat keributan karena mengancam para mahasiswa dan bermesraan di lingkungan kampus," terang Pak Bahar.Zidan tertawa renyah sambil menaruh cangkir tehny
Zidan berjalan mendekati Kia dan Harry yang masih mematung. Sebenarnya, mereka tidak mempunyai kesalahan apapun kepada Zidan karena memang tidak berbuat hal aneh. Namun, bagi Kia, ia layaknya orang yang tertangkap basah sedang selingkuh oleh kekasihnya."Kamu buru-buru izin dari kantor hanya untuk menemui tunanganku?" telisik Zidan dengan mata yang siap menerkam mangsa. Ia menatap Harry sangat tajam.Harry awalnya cukup bingung, tetapi ia cukup pintar untuk berdalih."Shakira meminta aku untuk memberikan tour kampus. Kamu tau 'kan, kalau aku adalah alumni kampus ini?" balas Harry tenang.Zidan tidak serta-merta mempercayai perkataan Harry. Pandangannya kini beralih kepada Kia yang s
Kia terlihat gelisah menunggu Tuan Seto di kamarnya. Secara sengaja ia duduk di balkon agar bisa membuang rasa bosan saat menunggu pria paruh baya itu kembali. Ia sepertinya cemas karena perasaannya kepada Zidan makin bertumbuh besar dan perlakuan pria itu kepadanya akhir-akhir ini selalu membuatnya salah tingkah."Nona! Tuan Seto sudah kembali!" teriak Mita yang memang diberi tugas oleh Kia untuk memberikan kabar."Benarkah! Sekarang beliau ada di mana?" tanya Kia seraya bangkit dari tempat duduknya."Tuan Seto sekarang sedang berjalan menuju kamarnya. Lebih baik Nona cepat menemuinya karena menurut pelayan pribadinya, beliau akan lama keluarnya jika sudah berada di dalam kamar," saran Mita.
Satu minggu kemudian.Kia tampak celingukan mencari keberadaan Zidan di bandara. Pria yang saat ini mengisi hati gadis bermata cokelat itu mengatakan agar menunggu kepulangannya. Rasa rindu yang sudah sangat besar membuat Kia tidak sabar untuk bertemu dengan Zidan.Zidan mengulas senyuman kepada Kia yang sedang melihat ke arah berlawanan. Pria berwajah tampan itu bahkan berniat untuk mengagetkan kekasihnya itu."Ayo tebak siapa aku?" Zidan menutup kedua mata Kia dari arah belakang dengan kedua tangannya. Sontak perlakuan Zidan membuat Kia langsung menoleh dan melepaskan tangan yang menghalangi pandangannya."Kamu kok bisa datang dari arah sana?" tanya Kia sedikit terkejut.
Lamaran dari Zidan seolah membuat Kia lupa akan segala ketakutannya. Gadis itu merasa sangat senang, hatinya pun sangat berbunga-bunga. Saat ini, ia tidak peduli lagi cinta Zidan untuk dirinya atau Shakira. Asalkan ia mendapatkan kebahagiaan, itu sudah cukup baginya.Tentu saja lamaran dari Zidan untuk Kia mendapatkan banyak perhatian dari publik. Selain memang tergolong unik, Blue Moon Grup juga merupakan salah satu perusahaan yang diperhitungkan oleh negara. Maka dari itu, sangat wajar jika lamaran dari penerus tunggal perusahaan itu viral.Bahkan berita itu santer ditayangkan di saluran televisi lokal maupun internasional. Di media sosial baik online maupun cetak, berita lamaran Zidan menjadi trending topik dalam kurun waktu 24 jam. Tentu saja yang tertulis adalah pewaris tunggal Blue Moon Grup, Zidan Mahendra
Shakira kini menatap ke arah Zidan. Wanita yang saat ini memakai dress berwarna merah marun itu berjalan mendekati tunangannya yang masih mematung. Sebenarnya apa tujuannya kali ini? Padahal sebelumnya ia sudah mengatakan kepada Harry kalau tidak akan muncul lagi di kehidupan Zidan."Aku datang ... aku menyelamatkanmu dari penipu," ucap Shakira sambil mencondongkan tubuhnya dan mengusap pipi kanan Zidan.Zidan masih tetap diam dan memandang tunangan aslinya itu. Ia memperhatikan semuanya tanpa ada yang terlewat.Wajah Shakira memang serupa dengan Kia hanya saja hidungnya sedikit lebih mancung. Tatapan matanya juga terlihat lebih tajam ketimbang Kia yang memiliki tatapan teduh. Sudah jelas warna iris mata mereka pun berbeda, Shakira berwarna hitam d
Satu minggu sebelum pernikahan Zidan dan Kia. "Apa gunanya punya wajah cantik kalau tidak bisa menghasilkan uang banyak?!" bentak Pak Soni dalam keadaan mabuk. Aroma alkohol yang kuat menguar dari mulutnya. Tampangnya tidak karuan dan sangat kacau. "Ayah mabuk lagi? Apa Ayah bisa lebih berguna sedikit jika masih bernyawa? Apa urusannya dengan wajahku?!" balas Shakira dengan amarah yang membara. Ia sangat kesal karena hampir setiap malam ayahnya mabuk-mabukan dan menghamburkan uang untuk berjudi. "Dasar anak kurang ajar! Durhaka dengan orang tua! Harusnya kita tidak perlu hidup susah! Kalau saja kamu masih bersama Zidan, hidup kita pasti terjamin," oceh Pak Soni sambil menunjuk dan mendorong dahi Shakira dengan jari telunjuknya.
Pernikahan Zidan dan Kia sudah berumur satu bulan. Sejak menikah, Zidan tetap saja sibuk dengan pekerjaannya di kantor sehingga ia belum sempat mengajak sang istri berbulan madu.Namun, esok hari pria berparas tampan itu berniat mengajak sang istri untuk bulan madu. Zidan ingin berlibur ke tempat yang indah dan menikmati kebersamaan dengan Kia tanpa ada yang mengganggu."Tumben hari ini kamu pulang cepat. Apa pekerjaan di kantor sudah selesai?" tanya Kia sambil meraih tangan Zidan dan menciumnya.Zidan yang baru keluar dari dalam mobil terlihat cukup lelah. Namun, begitu melihat Kia, lelahnya langsung hilang seketika."Aku ingin istirahat sebentar sebelum kita pergi bulan madu," jawab Zidan
Part ini mengandung adegan dewasa, harap bijak bagi para pembaca meski nggak panas-panas amat adegannya, muehehe.***Di hari pernikahan Zidan dan Kia, Harry tidak hadir karena harus mengurus pertemuan bisnis dengan kolega yang berada di Singapura siang ini. Pria berperawakan tinggi itu hanya bisa mengucapkan selamat lewat panggilan video call.Pria yang bernama lengkap Harry Nugraha itu tersenyum tipis sambil menatap patung Merlion yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri. Ia turut bahagia karena akhirnya sang sahabat dan gadis yang sudah dianggapnya adik sudah menikah sekarang. Di dalam hatinya, Harry tulus mendoakan hubungan mereka.Rasa cintanya terhadap Kia sebenarnya belu
Dua bulan kemudian...Persiapan pernikahan Zidan dan Kia sudah hampir mencapai sempurna, pernikahan yang tinggal menunggu hitungan jam itu digelar di salah satu villa milik keluarga Mahendra. Konsep yang diusung adalah outdoor penuh bunga karena Zidan memang sangat ingin menyenangkan calon istrinya itu. Pernikahan mereka tidak terbuka untuk umum, mereka hanya mengundang sanak saudara dan beberapa kolega bisnis yang dianggap dekat.Jantung Kia berdegup dengan kencang karena sebentar lagi ia akan melepas masa lajangnya. Penampilan Kia sangat cantik dengan gaun brokat berwarna putih tulang rancangan desainer kepercayaan keluarga Mahendra. Wajahnya pun terlihat sangat ayu dengan sapuan make up dari MUA terkenal, siapa lagi kalau bukan Andres.
Satu bulan berlalu. Seperti yang dijanjikan kepada Zidan, Kia pun kembali ke kota tempat tinggalnya dulu. Empat bulan yang lalu ia meninggalkan kota ini karena ingin menghapus semua kenangan dan nasib buruk. Namun, kali ini ia kembali dengan harapan akan mendapatkan kebahagiaan.Kia datang bersama sang ibu. Meskipun Ibu Tina lebih menyukai tinggal di tempat mereka yang baru, kebersamaan dengan putrinya lebih penting. Diusianya yang sudah tidak muda lagi harapannya hanyalah kebahagiaan putrinya. Semenjak sang suami kabur, ia bahkan tidak berniat untuk menikah lagi. Luka cukup dalam membekas di hatinya setelah ditinggal tanpa pamit."Nak Zidan akan menjemput jam berapa? Mungkin dia sibuk, apa kita naik angkot saja?" saran Ibu Tina. Sudah hampir setengah jam mereka telah sampai di stasiun kereta. Namun, Zidan belum muncul jug
"Kalian berdua ke mana? Kenapa tidak bawa belanjaan?" tanya Ibu Tina sambil mengernyitkan dahi.Zidan dan Kia saling memandang satu sama lain. Mereka berdua bak anak kecil yang sedang dimarahi oleh ibunya karena berbuat kesalahan. Namun, pada akhirnya Ibu Tina menyadari jika jari jemari mereka saling bertaut, wanita paruh baya itu pun tersenyum."Bagus ... kalian harus terus akrab begitu, ya!"Ibu Tina kembali masuk ke rumah dengan hati yang gembira. Ia senang jika pada akhirnya putrinya mendapatkan kebahagiaan. Sementara Zidan dan Kia masih terlihat bingung karena mereka belum mengatakan apa-apa."Kira-kira apa ibumu adalah cenayang? Dia bisa tau kalau kita sudah berbaikan," seloroh Zidan.
Zidan mencuri pandang ke arah Kia saat sedang bersama gadis-gadis itu. Wajahnya terlihat semringah karena Kia tampak cemburu. Ternyata rencana Ibu Tina cukup efektif juga, tinggal ia yang menjalankan perannya dengan baik."Apa salah satu dari kalian ada yang mau jadi pacar Kakak?" gurau Zidan."Mau!!!" sahut ketiga gadis yang sedari tadi bersama Zidan.Zidan terkekeh karena mendapatkan reaksi sungguh di luar dugaan. Parasnya yang tampan seolah mampu menyihir para gadis. Namun, hal itu tidak begitu penting, yang paling penting adalah reaksi dari Kia.Benar saja, raut wajah gadis bermata cokelat itu terlihat sangat suram. Sudah jelas Kia memang tidak menyukai hal itu. Rasanya ia cemburu, tetap
Hujan semalam cukup berlangsung lama. Setelah selama tiga jam menunggu akhirnya pun reda. Keadaan Zidan pun sudah lebih baik dan demamnya pun sudah turun. Semalaman, Kia bahkan tidak bisa tidur karena merawat pria yang dicintainya itu.Waktu kini menunjukkan pukul lima pagi. Karena kondisinya sudah lebih fit, Zidan memutuskan untuk bangun. Namun, ia malah melihat Kia yang tertidur sambil duduk di samping ranjangnya. Gadis itu merebahkan kepalanya di ranjang dan terlihat sangat lelap."Kamu pasti lelah telah merawat aku semalaman," gumam Zidan. Ia perlahan mengangkat tubuh bagian atasnya dan berusaha duduk.Zidan menatap wajah Kia yang sedang tertidur sambil tersenyum. Tangannya tanpa sadar mengusap lembut pucuk kepala Kia hingga gadis itu terbangun.
Napas Kia seakan tercekat di tenggorokan saat melihat wajah Zidan yang begitu dekat. Namun, dengan tekad yang kuat, ia pun berhasil keluar dari dalam mobil.Zidan terlihat frustrasi dan akhirnya mengikuti Kia keluar. Ia sedikit berlari untuk mengejar Kia yang ingin sekali menghindarinya. Dengan cepat ia meraih pergelangan tangan gadis itu dan menariknya ke dalam dekapannya."Jangan seperti ini! Aku mohon!" pekik Zidan sambil memeluk Kia dengan erat.Kia yang masih dengan pendiriannya berusaha melepaskan diri dari pelukan Zidan. "Lepaskan aku! Kalau tidak, aku akan teriak!" ancamnya.Zidan hanya bisa pasrah dan melepaskan pelukannya. Seketika itu, Kia pun pergi meninggalkannya dan masuk ke ru
Kia memundurkan langkahnya karena masih merasa tidak percaya jika Zidan sedang berada di hadapannya. Namun, berulang kali ia mengerjapkan mata, tetap saja sosok Zidan masih berada tepat di depannya."Maaf! Saya adalah Vani." Kia yang tersadar mencoba mengelak dan menghindari Zidan. Seketika hatinya terasa nyeri karena melihat pria yang pernah mencampakkan dan berbuat kejam padanya tiga bulan silam."Iya ... kamu Vanilla Kiara, 'kan," ucap Zidan dengan suara yang begitu yakin. "Kamu bisa dipanggil Vani, Nilla, Kia atau Ara. Semuanya sama saja," imbuhnya kemudian.Kia tidak bisa menghindar lagi. Ia mencoba menenangkan rasa paniknya dan bersikap biasa saja.'Bagaimana bisa dia ada di sini?