Home / Romansa / Lie In Love (Dusta Dalam Cinta) / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Lie In Love (Dusta Dalam Cinta): Chapter 11 - Chapter 20

68 Chapters

Bab 11

Mereka berdua masih bergeming. Kia mencoba mencari jawaban, sementara Zidan menanti jawaban. Kedua orang yang terpaut usia delapan tahun itu masih fokus dengan pikirannya masing-masing. Tercipta suasana yang cukup canggung antara mereka berdua. Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama."Aku memang sengaja mengganti parfumku dengan yang lebih ekonomis. Lagi pula sebagai manusia kita harus bisa berhemat," jawab Kia asal. Matanya tidak lepas dari memandang wajah Zidan untuk mengetahui reaksi pria tampan itu.Beberapa detik kemudian, Zidan tergelak. Jawaban yang sungguh lucu menurutnya. Namun, ia merasa kalau tunangannya sekarang lebih menggemaskan ketimbang dulu."Pakailah parfum lamamu. Jangan hanya karena ingin berhemat, kamu menurunkan standarmu terlalu jauh," tanggap Zidan
Read more

Bab 12

Hari ini ibunda Kia akan menjalani operasi yang sudah dijadwalkan. Ada rasa khawatir bercampur bahagia yang menyelimuti batin gadis bermata cokelat itu. Khawatir karena takut akan terjadi apa-apa dengan wanita yang paling berharga dalam hidupnya saat menjalani operasi. Bahagia karena jika operasi berhasil, ia bisa melihat ibunya sehat seperti sedia kala.Jenis operasi yang akan dilakukan adalah bedah minimal invasif. Bedah minimal invasif merupakan suatu tindakan bedah yang lebih meminimalkan luka sayatan dan rasa nyeri pada pasien. Bedah dengan teknik ini membuat risiko komplikasi yang lebih rendah dan masa pemulihan yang lebih singkat.Maka tak heran jika biayanya sangat mahal, karena menggunakan alat-alat bedah canggih yang berukuran kecil. Jika saja Kia tidak menerima penawaran Tuan Seto kala itu, mungkin saja operasi Ibu Tina tida
Read more

Bab 13

Kemesraan Zidan dan Kia dilihat oleh beberapa pelayan di kediaman itu dari kejauhan, tak terkecuali Bertha. Wanita yang merupakan bibi dari Shakira asli itu merasa tidak senang dengan pemandangan yang ada di hadapannya itu."Anda pasti senang karena keponakan Anda sangat disayang oleh Tuan Muda Zidan, Bu," ucap salah satu pelayan yang bertujuan untuk mencari muka."Untung saja Nona Shakira cepat kembali. Cinta Tuan Muda Zidan kepadanya memang tak lekang oleh waktu. Sungguh romantis dan bikin iri," timpal pelayan yang lain.Mendengar komentar-komentar itu membuat Bertha naik darah. Ia merasa sangat kesal dan ingin marah. Para pelayan itu bagai menyiram bensin di tengah api yang sedang berkobar, menyulut amarahnya hingga menjadi lebih besar.
Read more

Bab 14

Kia menelan saliva-nya sambil menatap Zidan. Ia sudah siap jika pria yang berada di hadapannya itu marah dan memakinya. Gadis berambut cokelat itu mencoba bersikap tenang agar tidak kelihatan kalau ia sebenarnya sangat takut."Sudah jelas pasti kamu amnesia." Zidan melengkapi kata-katanya yang sempat terhenti tadi. Tentu saja perkataannya itu membuat Kia membelalakkan matanya karena jauh dari ekspektasinya."Apa yang terjadi denganmu selama satu tahun belakangan ini? Apa ada alasan tertentu kamu menghilang?" tanya Zidan sambil memegang kedua pundak Kia. Kedua netra coklatnya menatap tajam manik mata berwarna senada milik lawan jenis di hadapannya.Kia bergeming. Ia bingung sekaligus linglung karena pertanyaan Zidan. Otaknya harus bekerja dua kali lebih keras karena harus memb
Read more

Bab 15

Zidan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Meski hari ini ia tidak jadi jalan-jalan keluar area rumah bersama Kia, ia tetap merasa bahagia. Kebersamaannya dengan Kia tadi sudah cukup membuat hatinya berbunga-bunga. Mereka berencana untuk jalan-jalan esok hari dan Zidan sangat menanti hal tersebut. "Dia bilang ingin melihat bintang, tapi menjelang malam dia malah pulang," gumam Zidan sambil menatap langit-langit kamarnya. Ia tersipu saat mengingat kejadian romantisnya dengan Kia siang tadi. "Sepertinya bagus jika langit-langit kamar ini diberi tempelan bentuk bintang yang bisa berkilau dalam gelap." Suasana hati Zidan sungguh baik karena hanya kebahagiaan yang terpatri dalam pikirannya. Dirinya masih sangat merindukan Kia yang dikira Shakira walaupun belum ada s
Read more

Bab 16

Kia terlihat duduk di salah satu bangku taman yang disediakan pihak rumah sakit. Saat ini ibunya masih belum sadarkan diri dan masih berada di ruang pemulihan. Gadis cantik bermata cokelat itu menatap langit yang dipenuhi oleh bintang. Sesekali ia mengulas senyuman memandang benda langit yang indah itu. "Sepertinya semua berjalan lancar. Lihat saja wajahmu cerah sekali," celetuk Harry yang tiba-tiba muncul di hadapan Kia. Kia terkejut dan langsung mendongakkan kepalanya. "Kak Harry bikin kaget saja!" protesnya. Harry mengambil posisi duduk di sebelah kanan Kia. "Apa yang sedang kamu lihat?" tanyanya penasaran. "Aku sedang melihat bintang, Kak."
Read more

Bab 17

Pertama kalinya bagi Kia duduk dalam satu mobil bersama Zidan. Gadis bermata bulat itu merasa gugup sekaligus senang karena akan jalan-jalan dengan pria yang disukainya tersebut. Hatinya juga merasa lega sebab ibundanya dalam keadaan baik sehingga ia tidak khawatir saat menemani Zidan sampai sore nanti.Kia merasa jika pertemuannya dengan Tuan Seto adalah sebuah keberuntungan baginya. Bulan depan, ia bahkan bisa menjadi salah satu mahasiswi untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi. Ayah dari Zidan itu pun sudah mengurus semua hal yang berhubungan dengan pendidikannya, mulai dari pemilihan kampus terbaik dan biaya pendaftaran serta semesternya."Wajahmu terlihat senang sekali. Apa sebegitu bahagianya kamu karena akan jalan-jalan denganku?" tanya Zidan yang sontak membuat lamunan Kia buyar.
Read more

Bab 18

Ciuman Zidan makin liar dan menuntut. Kia yang sama sekali belum pernah mengetahui rasanya berciuman harus menelan pil pahit karena pengalaman pertamanya sungguh memilukan. Banyak yang bilang jika ciuman pertama adalah hal yang paling indah, tetapi hal itu tidak berlaku bagi Kia.Ciuman pertama gadis itu bak malapetaka baginya. Tubuhnya bahkan bergetar hebat dan pipinya sudah basah dengan cairan bening yang keluar dari ekor matanya. Sikap Zidan yang sungguh agresif membuat Kia hampir kehabisan napas. Suara isak tangis keluar dari bibirnya yang mungil, tentu saja reaksi Kia membuat Zidan mendapatkan kembali kewarasannya.Zidan melepaskan ciumannya perlahan. Kedua matanya menatap Kia yang terlihat sangat ketakutan. Hatinya seketika terenyuh sebab reaksi Kia yang di luar ekspektasinya. Ia lalu mengesah kasar dan mengacak rambutnya seperti
Read more

Bab 19

"Jadi, aku serahkan semuanya padamu. Aku pamit dulu, nanti kirimkan hasilnya melalui email," pinta Zidan."Baiklah ... kamu tidak mau menunggu di sini?" tanya Samuel."Aku ingin menunggu di rumah. Lagi pula kasihan gadis setengah telanjang tadi kalau aku tidak pulang sekarang," jawab Zidan dengan kalimat yang sedikit menyindir temannya itu."He-he ... oke. Aku anggap kamu adalah teman yang pengertian," sahut Samuel tersenyum mirip kuda.Zidan pun keluar dari ruangan Samuel dengan perasaan tak menentu. Dalam hatinya berharap kalau kecurigaannya tidak benar. Ia menemui Samuel agar hatinya lebih puas. Ada beberapa alasan tertentu ia tidak langsung melacak keberadaan Shakira setahun lalu. Padahal kalau ia mau, ia bisa m
Read more

Bab 20

Zidan perlahan membuka mata. Meski masih terasa berat, ia terus berusaha untuk bangun dari pingsannya. Obat penenang yang disuntikkan padanya tadi cukup membuatnya tidak sadarkan diri untuk beberapa waktu.Kejadian ini bukan baru terjadi sekali atau dua kali, tetapi sudah sering semenjak dirinya dinyatakan depresi walaupun bukan sungguhan. Kepalanya sungguh terasa berat. Sambil mencoba duduk, ia memegangi kepalanya.Matanya memicing melihat keadaan kamarnya telah rapi. Tidak ada barang-barang yang berceceran, kaca pecah, semuanya sudah tertata rapi. Bahkan ayahnya selalu siap sedia mengganti kaca lemari yang ia pecahkan dengan cepat, seperti tidak pernah terjadi apa-apa."Cih ... lagi-lagi seperti ini. Aku sudah muak," decih Zidan.
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status