Zidan terburu-buru mengendarai mobilnya ke lokasi yang sudah diberikan oleh Samuel. Pikirannya berkecamuk saat itu karena membayangkan hal-hal buruk yang akan menimpa Kia.
"Awas saja kalau dia berani macam-macam," desis Zidan sambil mengepal erat tangan kirinya dengan gigi gemerutuk.
Ia memang berencana membuat Kia menderita, tetapi ia juga tidak ingin jika ada yang ikut campur. Terlebih lagi Samuel adalah orang luar yang seharusnya tidak ada hubungannya karena ia tidak meminta tolong pada pria playboy itu.
Mobil Zidan memasuki area sebuah parkiran hotel bintang lima yang diberitahukan oleh Samuel. Dengan terburu-buru ia menuruni mobil dan berlari menuju kamar tempat Kia berada.
Kia mencoba memberanikan diri untuk melawan Zidan meski dalam keadaan takut sekalipun. Ia mengepal erat kedua tangannya sambil menatap Zidan dengan mata yang berkaca-kaca."B-bukannya semua ini gara-gara kamu?!"Mendengar perkataan Kia, tentu saja membuat Zidan makin emosi. Matanya semakin berkilat dan terlihat tajam bak bilah pedang. Ia bahkan mencengkeram kuat sprei yang berada di sisi kanan-kiri Kia hingga membuat gadis itu makin ketakutan."Jadi ... kamu menyalahkan aku akan kejadian ini?!" bentak Zidan yang sontak membuat Kia memejamkan mata."Kenapa kamu tidak menggunakan ponselmu untuk menghubungi orang yang kamu kenal, hah? Apa kamu begitu bodoh sampai memutuskan meminta tolong denga
Bertha berjalan menuju sumber suara, sementara Kia berjalan memutar ke arah berlawanan untuk memastikan dari sisi lain. Tanpa Kia sangka, ia menemukan seseorang yang ia kenal. Ternyata orang yang Kia lihat adalah Mita—pelayan pribadinya yang sedang meringkuk ketakutan di bawah semak tanaman bunga Azalea.'Apa yang sedang Mita lakukan di sini? Apa dia mendengar semua percakapanku dengan Ibu Bertha?' batin Kia bertanya-tanya.Kia memutuskan menyimpan pertanyaan itu dalam pikirannya sendiri dan akan menyampaikannya ke Mita nanti. Namun, ia harus memastikan Mita tidak ketahuan oleh Bertha.Bertha yang sudah mulai mendekat dengan keberadaan Mita pun dialihkan dengan suara Kia yang tiba-tiba memekik.
Zidan masih memeluk Kia dengan erat sampai-sampai gadis itu kesulitan bernapas. Karena tidak tahu apa yang terjadi dengan Zidan, Kia hanya menuruti perintah pria itu.Zidan mulai merenggangkan pelukan dan melepaskannya. Kini kedua tangannya memegang kedua pundak Kia dengan erat. Ia bahkan memandang kedua mata gadis itu lekat dengan tatapan sayu."A-aku ingin ke kamar mandi. Kunci aku dari luar dan biarkan aku selama tiga jam di dalam sana," pesan Zidan."B-baik," sahut Kia."Turuti aku jika kamu tidak mau dalam bahaya," tambah Zidan kemudian sambil melepaskan kedua tangannya dari pundak Kia.Zidan pun berjalan dengan cepat me
Begitu sampai di rumah, Zidan tergesa-gesa berlari menuju kamar Kia. Sejak kejadian tadi malam, ia memang tidak menghampiri gadis itu karena berniat membereskan masalah dengan Samuel. Namun, seketika langkahnya terhenti saat mengingat perkataan Samuel tepat sebelum ia pergi meninggalkan pria itu.***"Kamu bilang kalau akan membuat gadis itu menderita, tapi nyatanya kamu bahkan berbuat banyak untuk melindunginya," sindir Samuel.Zidan menoleh ke arah Samuel dengan tatapan tajam. Namun, ia tidak dapat memungkiri jika ia pernah berkata begitu kepada pria yang sudah babak belur karenanya."Harusnya kamu bisa memanfaatkan situasi ini agar dia menderita. Dia bisa membencimu dan akhirnya pergi dar
Kia kembali ke kamarnya, permintaan Tuan Seto tadi masih saja terngiang di telinganya. Rasanya tidak nyaman jika ayah dari Zidan itu menanyakan terus soal itu. Karena kejadian itu, ia bertekad untuk segera menyelesaikan misi.Ia berjalan sangat hati-hati, kalau-kalau masih ada Zidan di sana. Hatinya masih tidak sanggup jika harus berpapasan lagi dengan pria yang membuatnya trauma. Namun, andai saja bertemu, ia bertekad untuk bersikap natural.Untung saja kekhawatiran gadis berambut cokelat itu tidak terjadi, ia bisa dengan selamat sampai ke kamarnya. Kia pun bisa menghela napas lega.Tiba-tiba pandangannya tertuju pada jendela kamarnya. Teringat Zidan bisa masuk lewat situ, cepat-cepat ia berlari dan menguncinya. Ia harus lebih waspada mulai sekarang. Namun
Terdengar suara bising musik rock dari sebuah kamar sempit yang berada di dalam salah satu rumah susun. Kepulan asap rokok pun memenuhi ruangan tersebut hingga membuat siapa saja yang masuk ke sana akan terbatuk-batuk dan merasa sesak napas. Puntung rokok berceceran di lantai kamar yang tidak terlalu luas itu, menjadikan suasana kamar makin terlihat buruk."Shakira! Shakira!" teriak seorang pria paruh baya yang terlihat baru keluar dari kamar mandi. Ia adalah Pak Soni—ayah dari Shakira.Shakira yang terganggu dengan lengkingan suara ayahnya itu pun langsung mematikan musik rock yang ia setel sedari tadi."Kenapa Ayah mengganggu aku? Aku ini sedang santai, Yah!" protes Shakira bersungut-sungut.
Pagi harinya Kia terbangun di atas kasurnya. Tidurnya cukup nyenyak sehingga ia tidak sadar sudah berpindah dari perpustakaan. Ia terduduk dan mengusap-usap matanya yang masih terasa berat. Seketika ia tersadar telah berada di kamarnya."Eh? Sejak kapan aku berada di kamar? Semalam 'kan aku sedang di perpustakaan," gumam Kia heran.Ia mencoba mengingat kejadian semalam, tetapi tetap saja tidak ingat karena terlalu nyenyak tidur."Apa jangan-jangan ... hantu perpustakaan yang telah memindahkan aku ke kamar?"Kia menjadi merinding saat memikirkan hal itu. Untuk menjernihkan pikiran, ia pun beranjak bangun dan memutuskan untuk mandi.
Keesokan harinya...Hari ini jam tujuh malam adalah jadwal acara lelang amal yang akan diadakan oleh Blue Moon Grup. Waktu sekarang menunjukkan pukul empat sore dan saat ini Kia sedang berada di sebuah butik ternama, untuk mencoba beberapa pakaian yang akan dipakai nanti malam.Gadis cantik berambut cokelat itu sejenak tertegun saat melihat deretan pakaian pesta yang diperlihatkan oleh salah seorang karyawati di sana. Semua pakaian yang ditawarkan terlihat cukup seksi baginya meskipun elegan dan mewah. Kia yang tidak pernah memakai pakaian seperti itu terlihat enggan untuk mencobanya."Apa yang sedang kamu tunggu? Kenapa tidak coba pakaiannya?" tegur Zidan yang sedang duduk di sebuah sofa yang tidak jauh tempat Kia berdiri. Ia bahkan berbicara tanpa melihat
Pernikahan Zidan dan Kia sudah berumur satu bulan. Sejak menikah, Zidan tetap saja sibuk dengan pekerjaannya di kantor sehingga ia belum sempat mengajak sang istri berbulan madu.Namun, esok hari pria berparas tampan itu berniat mengajak sang istri untuk bulan madu. Zidan ingin berlibur ke tempat yang indah dan menikmati kebersamaan dengan Kia tanpa ada yang mengganggu."Tumben hari ini kamu pulang cepat. Apa pekerjaan di kantor sudah selesai?" tanya Kia sambil meraih tangan Zidan dan menciumnya.Zidan yang baru keluar dari dalam mobil terlihat cukup lelah. Namun, begitu melihat Kia, lelahnya langsung hilang seketika."Aku ingin istirahat sebentar sebelum kita pergi bulan madu," jawab Zidan
Part ini mengandung adegan dewasa, harap bijak bagi para pembaca meski nggak panas-panas amat adegannya, muehehe.***Di hari pernikahan Zidan dan Kia, Harry tidak hadir karena harus mengurus pertemuan bisnis dengan kolega yang berada di Singapura siang ini. Pria berperawakan tinggi itu hanya bisa mengucapkan selamat lewat panggilan video call.Pria yang bernama lengkap Harry Nugraha itu tersenyum tipis sambil menatap patung Merlion yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri. Ia turut bahagia karena akhirnya sang sahabat dan gadis yang sudah dianggapnya adik sudah menikah sekarang. Di dalam hatinya, Harry tulus mendoakan hubungan mereka.Rasa cintanya terhadap Kia sebenarnya belu
Dua bulan kemudian...Persiapan pernikahan Zidan dan Kia sudah hampir mencapai sempurna, pernikahan yang tinggal menunggu hitungan jam itu digelar di salah satu villa milik keluarga Mahendra. Konsep yang diusung adalah outdoor penuh bunga karena Zidan memang sangat ingin menyenangkan calon istrinya itu. Pernikahan mereka tidak terbuka untuk umum, mereka hanya mengundang sanak saudara dan beberapa kolega bisnis yang dianggap dekat.Jantung Kia berdegup dengan kencang karena sebentar lagi ia akan melepas masa lajangnya. Penampilan Kia sangat cantik dengan gaun brokat berwarna putih tulang rancangan desainer kepercayaan keluarga Mahendra. Wajahnya pun terlihat sangat ayu dengan sapuan make up dari MUA terkenal, siapa lagi kalau bukan Andres.
Satu bulan berlalu. Seperti yang dijanjikan kepada Zidan, Kia pun kembali ke kota tempat tinggalnya dulu. Empat bulan yang lalu ia meninggalkan kota ini karena ingin menghapus semua kenangan dan nasib buruk. Namun, kali ini ia kembali dengan harapan akan mendapatkan kebahagiaan.Kia datang bersama sang ibu. Meskipun Ibu Tina lebih menyukai tinggal di tempat mereka yang baru, kebersamaan dengan putrinya lebih penting. Diusianya yang sudah tidak muda lagi harapannya hanyalah kebahagiaan putrinya. Semenjak sang suami kabur, ia bahkan tidak berniat untuk menikah lagi. Luka cukup dalam membekas di hatinya setelah ditinggal tanpa pamit."Nak Zidan akan menjemput jam berapa? Mungkin dia sibuk, apa kita naik angkot saja?" saran Ibu Tina. Sudah hampir setengah jam mereka telah sampai di stasiun kereta. Namun, Zidan belum muncul jug
"Kalian berdua ke mana? Kenapa tidak bawa belanjaan?" tanya Ibu Tina sambil mengernyitkan dahi.Zidan dan Kia saling memandang satu sama lain. Mereka berdua bak anak kecil yang sedang dimarahi oleh ibunya karena berbuat kesalahan. Namun, pada akhirnya Ibu Tina menyadari jika jari jemari mereka saling bertaut, wanita paruh baya itu pun tersenyum."Bagus ... kalian harus terus akrab begitu, ya!"Ibu Tina kembali masuk ke rumah dengan hati yang gembira. Ia senang jika pada akhirnya putrinya mendapatkan kebahagiaan. Sementara Zidan dan Kia masih terlihat bingung karena mereka belum mengatakan apa-apa."Kira-kira apa ibumu adalah cenayang? Dia bisa tau kalau kita sudah berbaikan," seloroh Zidan.
Zidan mencuri pandang ke arah Kia saat sedang bersama gadis-gadis itu. Wajahnya terlihat semringah karena Kia tampak cemburu. Ternyata rencana Ibu Tina cukup efektif juga, tinggal ia yang menjalankan perannya dengan baik."Apa salah satu dari kalian ada yang mau jadi pacar Kakak?" gurau Zidan."Mau!!!" sahut ketiga gadis yang sedari tadi bersama Zidan.Zidan terkekeh karena mendapatkan reaksi sungguh di luar dugaan. Parasnya yang tampan seolah mampu menyihir para gadis. Namun, hal itu tidak begitu penting, yang paling penting adalah reaksi dari Kia.Benar saja, raut wajah gadis bermata cokelat itu terlihat sangat suram. Sudah jelas Kia memang tidak menyukai hal itu. Rasanya ia cemburu, tetap
Hujan semalam cukup berlangsung lama. Setelah selama tiga jam menunggu akhirnya pun reda. Keadaan Zidan pun sudah lebih baik dan demamnya pun sudah turun. Semalaman, Kia bahkan tidak bisa tidur karena merawat pria yang dicintainya itu.Waktu kini menunjukkan pukul lima pagi. Karena kondisinya sudah lebih fit, Zidan memutuskan untuk bangun. Namun, ia malah melihat Kia yang tertidur sambil duduk di samping ranjangnya. Gadis itu merebahkan kepalanya di ranjang dan terlihat sangat lelap."Kamu pasti lelah telah merawat aku semalaman," gumam Zidan. Ia perlahan mengangkat tubuh bagian atasnya dan berusaha duduk.Zidan menatap wajah Kia yang sedang tertidur sambil tersenyum. Tangannya tanpa sadar mengusap lembut pucuk kepala Kia hingga gadis itu terbangun.
Napas Kia seakan tercekat di tenggorokan saat melihat wajah Zidan yang begitu dekat. Namun, dengan tekad yang kuat, ia pun berhasil keluar dari dalam mobil.Zidan terlihat frustrasi dan akhirnya mengikuti Kia keluar. Ia sedikit berlari untuk mengejar Kia yang ingin sekali menghindarinya. Dengan cepat ia meraih pergelangan tangan gadis itu dan menariknya ke dalam dekapannya."Jangan seperti ini! Aku mohon!" pekik Zidan sambil memeluk Kia dengan erat.Kia yang masih dengan pendiriannya berusaha melepaskan diri dari pelukan Zidan. "Lepaskan aku! Kalau tidak, aku akan teriak!" ancamnya.Zidan hanya bisa pasrah dan melepaskan pelukannya. Seketika itu, Kia pun pergi meninggalkannya dan masuk ke ru
Kia memundurkan langkahnya karena masih merasa tidak percaya jika Zidan sedang berada di hadapannya. Namun, berulang kali ia mengerjapkan mata, tetap saja sosok Zidan masih berada tepat di depannya."Maaf! Saya adalah Vani." Kia yang tersadar mencoba mengelak dan menghindari Zidan. Seketika hatinya terasa nyeri karena melihat pria yang pernah mencampakkan dan berbuat kejam padanya tiga bulan silam."Iya ... kamu Vanilla Kiara, 'kan," ucap Zidan dengan suara yang begitu yakin. "Kamu bisa dipanggil Vani, Nilla, Kia atau Ara. Semuanya sama saja," imbuhnya kemudian.Kia tidak bisa menghindar lagi. Ia mencoba menenangkan rasa paniknya dan bersikap biasa saja.'Bagaimana bisa dia ada di sini?