Zidan dan Kia masih saling berpelukan dengan pikiran masing-masing. Mungkin sekitar sepuluh menit, sebelum Zidan benar-benar melepaskan pelukan eratnya pada tubuh Kia.
"Kamu tinggal di sini sendiri?" tanya Zidan. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh apartemen dari depan pintu.
"I-iya ... aku tinggal sendiri," jawab Kia sedikit canggung.
Zidan memperhatikan dari sudut ke sudut apartemen yang tidak terlalu luas itu. Dengan pandangan tajam dan penilaian cukup jeli, ia mencoba membaca situasi.
'Apartemen ini memang awalnya tidak kosong. Hawanya terasa hangat. Jadi, dia memang tinggal di sini?' batin Zidan yang sepertinya tidak begitu yakin. Ia tidak tahu bahwa kecurigaannya itu memanglah benar.
Kia mendapatkan masalah yang besar saat ini. Hal yang diminta oleh Zidan tidak ada di dalam kontrak yang ia tanda tangani dengan Tuan Seto. Kalau memang Zidan dan Shakira setiap bulan melakukan ritual seperti itu, sudah pasti ia akan ketahuan karena masih perawan."Bagaimana kalau kita tiadakan hal yang biasa kita lakukan itu?" Kia mencoba menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dengan membujuk Zidan. Lagi pula ia mana sanggup memenuhinya. Ia mempunyai prinsip jika hubungan intim harus dilakukan setelah menikah.Zidan yang masih memeluk Kia dari belakang tersenyum samar. Ia merasa takjub dengan sikap tenang Kia meskipun ia telah meminta hal yang ekstrem seperti itu."Kamu tidak suka? Padahal dulu kamu yang menggebu memintanya," ujar Zidan sambil melepaskan pelukannya. Ia se
Kia mencoba menjawab pertanyaan Tuan Seto dengan tenang. Ia berusaha semaksimal mungkin agar pria paruh baya itu tidak tersinggung. "Bukan begitu maksud saya, Pak. Sembarang orang yang saya maksud adalah orang yang tidak selevel dengan kasta keluarga kalian. Lagi pula, saya juga tidak bisa menikah dengan putra Bapak karena saya sedang berlakon menjadi orang lain. Pernikahan tentu saja tidak akan sah," terang Kia. "Ha-ha-ha! Nak Kia memang sungguh cerdas, tapi apalah arti sebuah nama? Jika Zidan menginginkan Nak Kia menikah dengannya tentu saja saya tidak bisa menolak karena kebahagiaan Zidan adalah yang utama," balas Tuan Seto. Ia menghela napasnya sejenak. Raut wajahnya pun berubah menjadi cemas. "Saya rasa, saya sudah keterlaluan kepada N
Mereka berdua masih larut dalam romantisme. Mungkin bagi Kia ini adalah hal yang paling mendebarkan, tetapi bagi Zidan ini adalah sebuah permainan untuk memberi pelajaran.Kini masing-masing dari mereka melepaskan kedua benda kenyal yang baru saja saling bertautan, lebih tepatnya bertukar saliva hingga membuat hasrat merayap naik. Sebelum menjadi lebih bergejolak mereka menghentikannya.Mata Zidan menatap mata Kia dengan pandangan sayu. Sebagai seorang pria, ia tidak munafik jika tubuhnya bereaksi karena bersentuhan dengan wanita. Namun, rasa benci karena dibohongi lebih mendominasi pikirannya."Maaf," lirih Zidan sambil mengusap air mata Kia yang masih membekas di pipi mulus gadis itu.Kia menunduk dalam karena mal
Setelah menjelaskan perihal perawat yang diutus oleh Tuan Seto, Harry mengajak Kia untuk keluar sebentar dari ruang rawat Ibu Tina. Harry beralasan akan mengurus administrasi rumah sakit sebelum mereka pulang.Mereka berdua berjalan menuju bangku taman rumah sakit dan duduk di sana untuk berbincang."Kamu pasti belum sempat menjelaskan kepada ibumu perihal tinggal di rumah Tuan Seto," terka Harry."Benar, Kak ... selain belum sempat, aku juga bingung cara menjelaskannya ke ibu. Aku sudah memikirkan dari semalam, tapi tetap saja otakku buntu," keluh Kia. Wajahnya terlihat lesu dan terlihat kurang bersemangat.Harry menyadari jika Kia sepertinya kebingungan. Senyuman tersemat di wajah tampannya yang biasa terlihat dat
Sepanjang perjalanan pulang dari restoran, Zidan tampak memikirkan perkataan Samuel. Ia masih tidak begitu yakin jika Shakira tidak mencintainya, padahal semua sudah diberikan olehnya untuk membahagiakan wanita itu.Zidan mengesah kasar sambil memejamkan mata. Ia memijit kepalanya karena terasa pusing dan berat. Bahkan ia sampai berpikir, bisa-bisa ia menjadi depresi sungguhan karena hal ini. Namun, jika Shakira tidak mencintainya, untuk apa selama ini ia berpura-pura gila? Sudah pasti itu hanya sia-sia saja.Alasan kuat yang mendasari keputusannya berlagak menjadi depresi karena yakin Shakira mencintainya. Ia berpikir kalau tunangannya itu meninggalkannya hanya karena kesal dan pasti akan kembali."Tuan Muda? Apa kita akan langsung kembali ke rumah?" tanya sang sopir.
Satu hari pun telah berlalu. Kini saatnya Kia pindah ke kediaman keluarga Mahendra. Dengan alasan demi kepentingan pendidikan, ia terpaksa membohongi ibunya.Harry sudah menunggu Kia di depan pintu apartemen. Waktu memang masih menunjukkan pukul enam lewat seperempat, tetapi ia tidak keberatan untuk menjemput Kia."Apa kamu sudah siap?" tanya Harry yang pagi-pagi pun sudah menggunakan setelan jas lengkap."Sudah, Kak! Ibu juga tidak masalah aku berangkat sepagi ini," jawab Kia."Lalu ... mana ibumu?" Harry melongok ke dalam apartemen karena tidak melihat orang yang dimaksud."Ibu sedang mandi dibantu oleh Mbak Annisa. Aku sudah pamit sebelum ibu mandi tadi
Setelah beberapa kejadian yang baru saja ia alami, Kia masih duduk di ruang tengah sambil termangu. Sejujurnya, ia sungguh bingung harus melakukan aktivitas seperti apa di rumah itu. Rasanya sungguh asing sekali sehingga menimbulkan ketidaknyamanan. Ditambah Zidan yang tiba-tiba mengamuk kepadanya tadi."Sudah dari tadi di sini?" Suara khas pria paruh baya yang dikenal oleh Kia membuatnya menoleh. Sudah ada sosok Tuan Seto yang sepertinya baru saja tiba."Mungkin sekitar setengah jam yang lalu, Pak," jawab Kia sambil beranjak dari kursi. Ia pun langsung menghampiri Tuan Seto dan mencium punggung tangan ayah dari Zidan itu. Kia memang selalu melakukan hal itu setiap bertemu dengan Tuan Seto.Tuan Seto tersenyum, ia sangat senang dengan perilaku Kia yang sangat sopan dan mengha
Kia yang sedang duduk termenung sambil menatap ke arah jendela tersentak karena suara ketukan pintu. Gadis itu berusaha bersikap tenang dan menyahuti orang yang mengetuk pintu."Masuk saja! Pintunya tidak dikunci," teriak Kia sambil menoleh ke pintu tanpa beranjak dari tempat duduknya.Suara decitan pintu terdengar, sesosok pria berperawakan tinggi memasuki kamar Kia. Gadis bermata cokelat itu memicing mata karena tidak mengenal orang yang masuk ke kamarnya itu."Maaf, Nona ... saya Ferdinand. Saya merupakan bodyguard yang diutus Tuan Seto untuk menemani Anda kemana-mana," jelas pria yang memiliki wajah sedikit sangar dengan tubuh besar nan tegap."Ah! Padahal sudah ada Kak Harry yang menemaniku," ujar Kia.
Pernikahan Zidan dan Kia sudah berumur satu bulan. Sejak menikah, Zidan tetap saja sibuk dengan pekerjaannya di kantor sehingga ia belum sempat mengajak sang istri berbulan madu.Namun, esok hari pria berparas tampan itu berniat mengajak sang istri untuk bulan madu. Zidan ingin berlibur ke tempat yang indah dan menikmati kebersamaan dengan Kia tanpa ada yang mengganggu."Tumben hari ini kamu pulang cepat. Apa pekerjaan di kantor sudah selesai?" tanya Kia sambil meraih tangan Zidan dan menciumnya.Zidan yang baru keluar dari dalam mobil terlihat cukup lelah. Namun, begitu melihat Kia, lelahnya langsung hilang seketika."Aku ingin istirahat sebentar sebelum kita pergi bulan madu," jawab Zidan
Part ini mengandung adegan dewasa, harap bijak bagi para pembaca meski nggak panas-panas amat adegannya, muehehe.***Di hari pernikahan Zidan dan Kia, Harry tidak hadir karena harus mengurus pertemuan bisnis dengan kolega yang berada di Singapura siang ini. Pria berperawakan tinggi itu hanya bisa mengucapkan selamat lewat panggilan video call.Pria yang bernama lengkap Harry Nugraha itu tersenyum tipis sambil menatap patung Merlion yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri. Ia turut bahagia karena akhirnya sang sahabat dan gadis yang sudah dianggapnya adik sudah menikah sekarang. Di dalam hatinya, Harry tulus mendoakan hubungan mereka.Rasa cintanya terhadap Kia sebenarnya belu
Dua bulan kemudian...Persiapan pernikahan Zidan dan Kia sudah hampir mencapai sempurna, pernikahan yang tinggal menunggu hitungan jam itu digelar di salah satu villa milik keluarga Mahendra. Konsep yang diusung adalah outdoor penuh bunga karena Zidan memang sangat ingin menyenangkan calon istrinya itu. Pernikahan mereka tidak terbuka untuk umum, mereka hanya mengundang sanak saudara dan beberapa kolega bisnis yang dianggap dekat.Jantung Kia berdegup dengan kencang karena sebentar lagi ia akan melepas masa lajangnya. Penampilan Kia sangat cantik dengan gaun brokat berwarna putih tulang rancangan desainer kepercayaan keluarga Mahendra. Wajahnya pun terlihat sangat ayu dengan sapuan make up dari MUA terkenal, siapa lagi kalau bukan Andres.
Satu bulan berlalu. Seperti yang dijanjikan kepada Zidan, Kia pun kembali ke kota tempat tinggalnya dulu. Empat bulan yang lalu ia meninggalkan kota ini karena ingin menghapus semua kenangan dan nasib buruk. Namun, kali ini ia kembali dengan harapan akan mendapatkan kebahagiaan.Kia datang bersama sang ibu. Meskipun Ibu Tina lebih menyukai tinggal di tempat mereka yang baru, kebersamaan dengan putrinya lebih penting. Diusianya yang sudah tidak muda lagi harapannya hanyalah kebahagiaan putrinya. Semenjak sang suami kabur, ia bahkan tidak berniat untuk menikah lagi. Luka cukup dalam membekas di hatinya setelah ditinggal tanpa pamit."Nak Zidan akan menjemput jam berapa? Mungkin dia sibuk, apa kita naik angkot saja?" saran Ibu Tina. Sudah hampir setengah jam mereka telah sampai di stasiun kereta. Namun, Zidan belum muncul jug
"Kalian berdua ke mana? Kenapa tidak bawa belanjaan?" tanya Ibu Tina sambil mengernyitkan dahi.Zidan dan Kia saling memandang satu sama lain. Mereka berdua bak anak kecil yang sedang dimarahi oleh ibunya karena berbuat kesalahan. Namun, pada akhirnya Ibu Tina menyadari jika jari jemari mereka saling bertaut, wanita paruh baya itu pun tersenyum."Bagus ... kalian harus terus akrab begitu, ya!"Ibu Tina kembali masuk ke rumah dengan hati yang gembira. Ia senang jika pada akhirnya putrinya mendapatkan kebahagiaan. Sementara Zidan dan Kia masih terlihat bingung karena mereka belum mengatakan apa-apa."Kira-kira apa ibumu adalah cenayang? Dia bisa tau kalau kita sudah berbaikan," seloroh Zidan.
Zidan mencuri pandang ke arah Kia saat sedang bersama gadis-gadis itu. Wajahnya terlihat semringah karena Kia tampak cemburu. Ternyata rencana Ibu Tina cukup efektif juga, tinggal ia yang menjalankan perannya dengan baik."Apa salah satu dari kalian ada yang mau jadi pacar Kakak?" gurau Zidan."Mau!!!" sahut ketiga gadis yang sedari tadi bersama Zidan.Zidan terkekeh karena mendapatkan reaksi sungguh di luar dugaan. Parasnya yang tampan seolah mampu menyihir para gadis. Namun, hal itu tidak begitu penting, yang paling penting adalah reaksi dari Kia.Benar saja, raut wajah gadis bermata cokelat itu terlihat sangat suram. Sudah jelas Kia memang tidak menyukai hal itu. Rasanya ia cemburu, tetap
Hujan semalam cukup berlangsung lama. Setelah selama tiga jam menunggu akhirnya pun reda. Keadaan Zidan pun sudah lebih baik dan demamnya pun sudah turun. Semalaman, Kia bahkan tidak bisa tidur karena merawat pria yang dicintainya itu.Waktu kini menunjukkan pukul lima pagi. Karena kondisinya sudah lebih fit, Zidan memutuskan untuk bangun. Namun, ia malah melihat Kia yang tertidur sambil duduk di samping ranjangnya. Gadis itu merebahkan kepalanya di ranjang dan terlihat sangat lelap."Kamu pasti lelah telah merawat aku semalaman," gumam Zidan. Ia perlahan mengangkat tubuh bagian atasnya dan berusaha duduk.Zidan menatap wajah Kia yang sedang tertidur sambil tersenyum. Tangannya tanpa sadar mengusap lembut pucuk kepala Kia hingga gadis itu terbangun.
Napas Kia seakan tercekat di tenggorokan saat melihat wajah Zidan yang begitu dekat. Namun, dengan tekad yang kuat, ia pun berhasil keluar dari dalam mobil.Zidan terlihat frustrasi dan akhirnya mengikuti Kia keluar. Ia sedikit berlari untuk mengejar Kia yang ingin sekali menghindarinya. Dengan cepat ia meraih pergelangan tangan gadis itu dan menariknya ke dalam dekapannya."Jangan seperti ini! Aku mohon!" pekik Zidan sambil memeluk Kia dengan erat.Kia yang masih dengan pendiriannya berusaha melepaskan diri dari pelukan Zidan. "Lepaskan aku! Kalau tidak, aku akan teriak!" ancamnya.Zidan hanya bisa pasrah dan melepaskan pelukannya. Seketika itu, Kia pun pergi meninggalkannya dan masuk ke ru
Kia memundurkan langkahnya karena masih merasa tidak percaya jika Zidan sedang berada di hadapannya. Namun, berulang kali ia mengerjapkan mata, tetap saja sosok Zidan masih berada tepat di depannya."Maaf! Saya adalah Vani." Kia yang tersadar mencoba mengelak dan menghindari Zidan. Seketika hatinya terasa nyeri karena melihat pria yang pernah mencampakkan dan berbuat kejam padanya tiga bulan silam."Iya ... kamu Vanilla Kiara, 'kan," ucap Zidan dengan suara yang begitu yakin. "Kamu bisa dipanggil Vani, Nilla, Kia atau Ara. Semuanya sama saja," imbuhnya kemudian.Kia tidak bisa menghindar lagi. Ia mencoba menenangkan rasa paniknya dan bersikap biasa saja.'Bagaimana bisa dia ada di sini?