Angin malam bertiup kencang. Menggoyang daun bunga aglaonema yang tertata rapi di balkon kamar milik Serena. Tangan kanannya mencengkram ponsel, sedangkan tangan kirinya dipenuhi gelas kristal yang terisi wine segar, hingga memuat setengah badan benda bening tersebut. Serena tak mengikat dress pajamas. Ia lepas, terurai bebas, bagian tali pengikat di pinggang. Begitu pula keadaan rambut ash gray, yang sudah memanjang, melewati bahu. Oglek… “Kenapa rasa wine ini tidak enak? Apa dia tahu, kalau hati gue pun hambar, hancur, sama seperti rasanya yang tak enak sama sekali!” Setetes bulir bening mengaliri wajah Serena yang memucat. Ia tidak memoles kulitnya, bahkan skincare sekalipun. Ia benar—benar malas, semangat hidupnya terurai. Melebur lenyap disertai rasa kecewa di hati. “Gue harus melakukan sesuatu. Gue sama sekali gak rela, kalau Steven sampai dimiliki perempuan itu. Susah payah gue sampai ke titik ini, gue belum kalah. Gue gak boleh kalah!” Keteguhan Serena membulat. Gelas win
Last Updated : 2022-05-04 Read more