Home / Romansa / Unexpected Life / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Unexpected Life: Chapter 71 - Chapter 80

92 Chapters

71 | Happy Unhappy

Kebisingan itu asalnya dari dia. Dentuman suara kaki Hunter mengisi lorong temaram minim pencahayaan. Ia begitu berani pergi sendirian bahkan tanpa menghidupkan fitur flash yang ada di ponsel pintarnya. Aura yang dipancarkan dingin juga tegang. Fokusnya telah hilang sejak menerima panggilan pagi tadi. Nasihat itu selalu dalam ingatannya, Nathan yang berkata ‘Bekerjalah dengan benar, jangan kau coreng muka saya dengan sikap tidak profesional!’ pun terbukti ampuh mengembalikan fokusnya.Ttok…Tangan pria ini mengepal kuat hingga suara ketukan terdengar mengerikan. Ia tak menunggu karena si pemilik kosan langsung membukakan pintu, “Silahkan masuk tuan,” suruh si tuan rumah.Hunter membawa kaki bagai memasuki dimensi berbeda. Lokasi kosan tidaklah relevan dengan bentukan dalamnya yang begi
last updateLast Updated : 2021-12-10
Read more

72 | Gelisah tak berujung

Satu lagi pagi yang harus dikuasai Hunter!Sleep was a good healing to the all the problems. Hunter getting better now. Ya tidak sepenuhnya juga, mendingan cocok tersemat untuknya. Ia beberes saat subuh berkumandang. Taking a shower, dressing and a cup of coffee.Rahang pria ini mengeras begitu melihat pantulan dirinya di cermin yang menggantung di dinding. Matanya yang seperti diamond hitam itu membulat tegang. Ia sudah siap menghabisi musuh hingga ke kulit mereka sekalipun. Hunter menyematkan si kecil mungil berharga berdampingan dengan kunci mobil kebanggaan.“Halo tuan?”“Cepat ke mansion!”“Baik tuan, saya dalam perjalanan sekarang.” Kemudian pria kuat itu memburu mesin mobil agar mele
last updateLast Updated : 2021-12-15
Read more

73 | Ke-pending

Hunter melangkah lebar keluar dari lobby kantor pusat. Ia menitipkan kantor pada general manager, memberitahu kalau ia harus bertemu direktur dari kantor cabang. Begitu mobilnya sampai dari valet parking, Hunter memburu kursi kemudi sampai duduk tergesa—gesa. Mobil keluar begitu kencang hingga membelah jalanan sesak oleh pejalan kaki.‘Kira—kira dia mau pergi kemana ya?’Serena mengendap—endap bagai siput mengikuti mangsanya. Perasaan janggal tidak terelakkan, bahkan tugas yang seharusnya diserahkan ke Hunter tiba—tiba general manager yang menjemput ke meja kerjanya. Ia belum melihat Steven pagi ini, sampai ia menanyakan hal sederhana tersebut pada pekerja dapur.“Sudah lama kami tidak membuatkan minuman untuk tuan Steven. Ada hal lain lagi yang harus kami jawab nona?”
last updateLast Updated : 2021-12-19
Read more

74 | Fakta terduga

Aluna berbisik dibalik telepon genggam, ia sengaja mengambil sudut panggung acara agar tidak terdengar oleh siapapun. Namun ada satu orang telah mengikuti langkahnya yang menyerupai pencuri tersebut, Jeffry, pria yang punya rasa padanya mengetahui gelagat perempuan ini. Ada yang lain darinya. ‘Siapakah orang itu, sampai membuat Aluna seperti ini, tersenyum layaknya menggenggam berlian mahal?!’ Acara penutupan akhir tahun terselenggara dengan meriah. Anak—anak juga wali murid menikmati suguhan berkonsep keakraban itu. Semua larut, tapi Jeffry seorang yang tenggelam dalam perasaannya sendiri. Memikirkan Aluna, tempo hari ia sendiri memberikan jeda bagi perempuan yang dicintai itu, supaya bisa menyelami kedekatan mereka selama ini. “Aluna, bisa bicara sebentar?” Jeffry memanggil sang gadis pujaan.
last updateLast Updated : 2021-12-26
Read more

75 | Kuasai aku

Aluna tengah memikirkan pertemuannya dengan Jeffry barusan. Hatinya masih berisi penuh dengan rasa bersalah, yang kini menjelma bagai jurang yang semakin dalam. Mereka berpisah seperti tempo hari, pulang dari restoran menggunakan kendaraan sendiri—sendiri.Kepala Aluna semakin berat, semua berkecamuk dalam otaknya. Kesuksesan acara yang diemban. Bersamaan, penolakan pada ajakan sang kekasih. Tak berniat lupa, ia telah mematahkan hati dari seorang pria yang baik pula.‘Semoga Jeffry baik—baik saja. Sorry banget Jeff, hati saya cuma milik Steven. Terlambat ataupun tidak kamu bilangnya, tapi dari awal, kamu tidak bisa menyentuh hati saya.’Aluna memejamkan matanya sesaat, kilauan lampu jalan yang dilewati begitu menyilaukan. Tak bisa matanya menetralisir, agar tenang dilihat. Rasa dihati masih b
last updateLast Updated : 2021-12-26
Read more

76 | Morfin*

Dua insan itu menikmati cumbuan mesra mereka, kini mereka masih nyaman bergelung dalam selimut tipis itu. Lengan kokoh perkasa milik lelaki ini, dijadikan bantalan lembut yang memberi rasa tentram bagi Aluna. Perempuan ini tengah menindih prianya, Aluna mengukir remang—remang roti sobek Steven yang menggodai sedari tadi. “Apa kamu tersiksa? Aku begini, kita masih seperti ini?” hobi baru Aluna mencibir sang kekasih, yang belum mau menyentuhnya. Bahkan Aluna sudah memberi izin, sebagai bukti keseriusan dirinya dalam mencintai lelaki berstatus duda ini. “Arrgghh… mau sampai kapan kamu mencemooh begitu Aluna?” lenguhan Steven terdengar berat. “Hemm… entahlah, aku pun tak tau rentang waktunya. Kenapa, apa dia sangat menyakitimu?” ejek Aluna, sorot matanya melihat benda yang berpapasan dengan mesra di bawah sana. Dia m
last updateLast Updated : 2021-12-29
Read more

77 | Secret Seeker

Serena meremas—remas kemudi mobil dengan gemas. Bibirnya melipit berbuku—buku, sesekali mengetat, lalu mengutuk Boy. Lelaki yang ia pekerjakan demi melancarkan aksinya.Pertemuan tempo hari, sungguh membekas di pikirannya. Serena mampu membaca gelagat Boy, yang sedang menyembunyikan sesuatu. Mereka sudah lama berteman, sangat dekat, bahkan sampai Boy menyimpan rasa padanya. Serena tidak menggubris, berpura-pura tidak tahu. Dia tak mau menjadikan Boy yang notabene—nya teman menjadi dedemenan.“Heh…. Apa sih yang disembunyikan Boy dari gue?” picingan matanya menajam, bagai laser yang siap menghunus kornea.Pagi ini, Serena sengaja mengemudikan mobil kesayangan menuju mansion yang dihuni Steven. Ia mengirim mail pertanda sakit ke bagian HRD. Ia tidak mau nguli terus—terusan, t
last updateLast Updated : 2021-12-29
Read more

78 | Surprise and Spy

Amićo keluar dari mansion. Steven mengendarai jagoan arena itu bersama putranya, yang juga menggilai mobil sport tersebut. Steven menggelontorkan sejumlah uang membawanya kembali dari Italia, kampung halamannya.Perjalanan mereka dibuntuti mobil bodyguard seperti biasanya, sesekali Steven mengawasi duduk Kenzie yang ada disebelahnya. Wajah cerah dan senyum berbinar, kini tersematkan pada wajah kecil Kenzie. Putra kecil Steven sudah tak sabar untuk pergi jalan—jalan.Mobil berhenti di area yang tidak asing bagi Kenzie. Matanya membola, mulutnya sedikit terbuka, dengan kepala yang mengarah ke samping tempat duduknya, “Dad……” serunya menahan gembira.“Yes? I know… it’s real! Miss Aluna akan ikut jalan—jalan bareng kita, are you happy?” tandas Steven menyung
last updateLast Updated : 2022-01-17
Read more

79 | The real rival

Serena mendekati Aluna yang sedang mengantri di konter es krim, dia sendirian. Steven dan Kenzie sedang menikmati wahana permainan. Serena memanfaatkan keadaan tersebut. Ia ikut mengantri di deretan es krim. Sesekali mata Aluna tertuju pada dua laki—laki beda generasi itu. Senyumnya makin mengembang. Aluna tak menyangka, jika libur akhir tahunnya kali ini terasa berbeda. Dia yang biasanya sendirian, sekarang ada dua laki—laki kesayangan yang terus membuntutinya. Bahkan mereka melimpahkan kasih sayang yang begitu menghangatkan lubuk hati yang terkadang kesepian. ‘Tuhan, bahagia sekali berkatMu tahun ini. Terimakasih, sudah mengirim mereka ke dalam hidupku!’ Sanking senangnya, Aluna sampai tak menyadari, ada sepasang mata yang terus menatap tajam padanya. Mengutuknya dalam hati, berbagai ocehan penuh kemurkaan tela
last updateLast Updated : 2022-01-17
Read more

80 | Gigitan Si Jinak

Angin malam bertiup kencang. Menggoyang daun bunga aglaonema yang tertata rapi di balkon kamar milik Serena. Tangan kanannya mencengkram ponsel, sedangkan tangan kirinya dipenuhi gelas kristal yang terisi wine segar, hingga memuat setengah badan benda bening tersebut. Serena tak mengikat dress pajamas. Ia lepas, terurai bebas, bagian tali pengikat di pinggang. Begitu pula keadaan rambut ash gray, yang sudah memanjang, melewati bahu. Oglek… “Kenapa rasa wine ini tidak enak? Apa dia tahu, kalau hati gue pun hambar, hancur, sama seperti rasanya yang tak enak sama sekali!” Setetes bulir bening mengaliri wajah Serena yang memucat. Ia tidak memoles kulitnya, bahkan skincare sekalipun. Ia benar—benar malas, semangat hidupnya terurai. Melebur lenyap disertai rasa kecewa di hati. “Gue harus melakukan sesuatu. Gue sama sekali gak rela, kalau Steven sampai dimiliki perempuan itu. Susah payah gue sampai ke titik ini, gue belum kalah. Gue gak boleh kalah!” Keteguhan Serena membulat. Gelas win
last updateLast Updated : 2022-05-04
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status