Home / Romansa / Cinta di Bawah Langit NYC / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Cinta di Bawah Langit NYC: Chapter 61 - Chapter 70

100 Chapters

Bab 60: Giliran Paris

***Hari ini adalah hari baru untuk Paris. Dia berangkat ke galeri miliknya diikuti oleh Jessica. Bukan hanya menjadi pacar, Jessica juga menjadi sekretaris pribadi lelaki itu. Paris begitu takjub saat melihat Jessica memakai pakaian kantoran. Mereka bergandengan tangan masuk ke dalam galeri. Ester dan karyawan lainnya tersenyum melihat kedekatan Paris dan Jessica. "Pria tampan dan wanita cantik jika bersatu maka akan terlihat begitu serasi," komentar Ester sembari semringah. Wanita itu tampak bahagia hanya dengan melihat kemesraan Paris dan Jessica. "Pujian yang bagus, Ester. Perlukah aku menaikkan gajimu?" Paris bercanda. "Semua karyawan menyukai penambahan gaji, Sayang," bisik Jessica. Karyawan mana yang tidak menyukai kenaikan gaji? Semua karyawan tentu menyukai hal itu. Respon Paris membuat Ester tertawa. Candaan Paris benar-benar 'to the point', dan itu membuatnya terkejut sekaligus merasa lucu di saat ber
Read more

Bab 61: Wawancara

***Wawancara dengan media lokal membuat Paris bersemangat. Dia menjelaskan bisnisnya dengan sangat baik. Paris menjelaskan bagian positif dalam hidupnya. Mengenai betapa ia mengagumi kerja keras. Dia menceritakan usaha dirinya sendiri membangun bisnis. Paris berusaha menunjukkan sisi yang tak pernah orang lain ketahui.Namun wartawan malah menunjukkan sikap yang tidak disukai Paris. Di akhir penjelasan Paris, para wartawan mulai menanyakan hal-hal aneh. Misalnya Paris yang disebut seorang gay saat kuliah, diklaim merasa iri pada kesuksesan Ankara, dan juga hubungan percintaannya dengan Jessica. "Aku mendukung siapapun memilih jalan hidupnya. Dan mengenai aku yang disebut sebagai gay? Tidak. Aku memiliki pacar yang cantik," terang Paris. Karena wawancara dilaksanakan di ruangan Paris, Jessica tidak ada di sana. Wanita itu memilih untuk melakukan pekerjaannya sebagai sekretaris. Jessica meminta bantuan Ester mengajarinya tentang dunia bisnis.&n
Read more

Bab 62: Liam

***Setelah wartawan sebelumnya mewawancarai Paris sudah pergi, banyak sekali pembeli yang datang ke galeri baru Paris. Mereka semua orang penting. Ada beberapa lukisan lama Paris laku. Bukan lukisan dengan Jessica di dalamnya, karena Paris mengurungkan niat untuk menjual gambar Jessica. Lukisan yang ada di sana kebanyakan lukisan lama Paris yang dibuat saat pria itu masih tinggal di kota Perancis. Ada lukisan seseorang di atas perahu sungai Seine, orang-orang yang berseliweran di L'arc de Tromphe, dan beberapa lukisan yang berkaitan menara Eiffel dan daerah populer di Prancis.Lukisan itu laku dengan harga mahal, empat kali lipat dari harga yang Paris bayangkan. Paris sangat bersyukur karena banyak pebisnis menghargai seni dengan harga yang sepadan. "Usaha ini ternyata lebih sukses dari yang aku duga," ujar Paris saat ia selesai melakukan kerja sama dengan seorang pebisnis asal China. Perusahaan pria itu bersedia mem
Read more

Bab 63: Dunia bisnis

***"Papa mengenal Liam?" Pertanyaan itu sukses dikeluarkan dari bibir Paris ketika Liam sudah meninggalkan galeri miliknya. Pria itu pergi atas arahan Hermawan Mahendra, dan itu membuat Paris penasaran mengapa Liam begitu penurut dengan perkataan ayahnya. Ini terlihat aneh di mata Paris. "Papa tidak mau membahas itu dulu," kata Hermawan sembari melirik Jessica. Pria itu tidak mau membahas soal Liam di hadapan Jessica. "Tapi, Pa. Aku harus tahu apakah papa adalah teman atau bagian dari musuh? Liam jelas-jelas adalah musuhku. Papa bersikap ramah terhadap musuh putra kandung papa. Dan menurutku itu salah, Pa. Apa yang sebenarnya terjadi?" Paris menuntut jawaban. "Kita bicara di ruanganmu, Paris," ujar Hermawan Mahendra kepada putranya. Dia sempat melihat Ester, Chad, dan Jessica berdiri tak jauh dari mereka. Mungkin lebih baik membicarakan persoalan Liam empat mata saja. Masalah tentang Liam cukup serius. Tidak bi
Read more

Bab 64: Bohong demi cinta

***Keadaan Grace sudah lebih baik. Pengobatan yang ia lakukan tidak langsung membuat kakinya sembuh. Hanya saja, ia sudah bisa menggerakkannya sedikit demi sedikit. Kata dokter, itu kemajuan yang baik.Satu atau dua hari ke depan akan dilakukan pengetesan apakah kaki itu sudah bisa melangkah atau tidak. Grace juga sudah mendapatkan suntikan di kakinya, yang direkomendasikan dokter pribadinya."Aku sangat gugup," kata Grace ketika dokter sudah keluar dari kamar inapnya. "Tenang saja. Aku akan selalu ada untuk dirimu. Aku janji." Ankara menunjukkan tatapan tulus. Tampaknya kesempatan kedua yang Grace berikan padanya, dimanfaatkan dengan baik. Ankara menunjukkan keinginannya untuk berubah menjadi lebih baik. "Makasih ya, Ankara." "Jangan bicara seolah aku adalah orang lain. Aku suamimu. Sudah sepatutnya aku lakukan ini kepada dirimu." Ankara menunjukkan ekspresi gemas, dan itu terlihat lucu bagi Grace. 
Read more

Bab 65: Rencana

*** Grace belum tahu apakah ia sudah memaafkan suaminya atau belum. Hanya saja ia merasa bahwa ada yang janggal dari suaminya. Ada sesuatu yang tidak ia ketahui. Grace tidak mau disakiti dengan permasalahan yang sama kedua kali. Jadi, ia sengaja mengabaikan suaminya sejak tadi.  "Aku akan keluar sebentar."  Tak ada respon dari Grace. Jadi, Ankara keluar dari kamar mereka. Setelah melakukan pemeriksaan pada kaki Grace, Ankara memutuskan membawa pulang istrinya. Lebih baik jika ia segera kembali. Suasana hati Grace selalu ceria apabila bertemu dengan Earth, putra mereka.  Grace tidak tahu apa yang akan dilakukan suaminya. Namun, ia curiga Ankara menghubungi Jessica mengenai hubungan rahasia mereka yang terbongkar?  Entahlah, pikiran Grace selalu saja menuju ke hal-hal negatif sejak tadi. Dia cukup traumatis dengan kebohongan Ankara sebelumnya.  Dalam hitungan menit, Ankara kembali. Pria itu membawakan buket bunga
Read more

Bab 66: Janita Jeffre

***Pernikahan Paris mulai dibicarakan oleh keluarga Paris. Walaupun Jessica selaku calon menantu tidak terlalu disukai oleh Inggrid. Namun, tetap saja acara pernikahan mereka direncanakan menjadi acara pernikahan yang megah. Inggrid menelepon desainer pakaian ternama di New York. Mereka diminta datang ke rumahnya. Jessica cukup gugup dengan semua hal yang direncanakan Inggrid. Jessica tidak biasa bertemu dengan orang-orang kelas atas yang dikenalkan Inggrid. Jessica seperti gadis miskin yang akan dinikahi oleh seorang pangeran. Ini tidak sesuai yang diharapkan oleh Jessica. Pernikahan megah bukanlah sesuatu yang ia inginkan. Jessica mau pernikahan sederhana. Akan tetapi, ia juga tidak mau mengecewakan keluarga Paris yang mau mengurus banyak hal terkait pernikahan mereka. "Ini akan menjadi pernikahan termewah bulan ini," kata Inggrid kepada desainer yang tengah duduk di sampingnya. "Aku tahu. Keluarga kalian adalah salah sat
Read more

Bab 67: Damai dengan Mom

***"Apa yang kau pikirkan, Sayang?" Saat Jessica pulang ke apartemen miliknya, ia melamun beberapa saat. Dia tidak menyadari ibunya masuk bergabung ke ruang tengah. Yvone Flowers baru saja sampai di rumah. Jessica tidak tahu ke mana ibunya pergi. Dia juga tidak terlalu peduli sebenarnya. Dia tidak mau mengurusi kebebasan ibunya. Sebab dia sendiri tidak menginginkan ibunya ikut campur terhadap urusan pribadinya. "Walaupun aku katakan. Mungkin kamu tidak akan memahaminya," ujar Jessica sembari menopang dagunya menggunakan tangan halusnya. Dia enggan melihat ibunya. Matanya tetap fokus memperhatikan TV yang tidak menyala di ruang tengah. Jessica masih merasa tidak dalam suasana hatinya yang baik. Dia benar-benar dalam mood yang tidak baik setiap kali mengingat sikap Inggrid Mahendra kepadanya. Mengapa Jessica harus mendapatkan calon ibu mertua seperti Inggrid? Beruntunglah orang-orang yang memiliki ibu mertua yang
Read more

Bab 68: Versi Mama Inggrid

***Paris ingin menyelesaikan pertikaian antara ibunya dan Jessica. Jadi, ia memutuskan untuk menemui ibunya keesokan harinya. Inggrid terlihat senang melihat Paris. Ada sesuatu yang ingin ia bicarakan juga. Ketika Paris berusaha menyimaknya ternyata sang ibu pun mau mengeluhkan sikap Jessica tempo hari. Mereka akan membicarakan hal yang sama. "Mama menyerah dengan sikap calon istrimu itu," keluh Inggrid sebelum Paris berbicara. "Aku memang mau mengatakan itu juga," ungkap Paris.Lelaki itu memperhatikan ibunya yang langsung menyeringai. Paris menghela napas, berusaha menjadi penengah di antara ibu dan kekasihnya. Paris berusaha untuk tidak memihak Jessica maupun ibunya. Walaupun mungkin kedengarannya memang sulit dilakukan. "Jessica pasti sudah mengatakan hal buruk tentang mama, kan? Mama tidak heran jika wanita itu melakukan hal semacam itu." Inggrid sudah memasang wajah tidak suka. Dari awal ia sudah t
Read more

Bab 69: Bertemu Earth

***"Earth. Kau sangat lucu." Paris tidak bisa menahan diri ketika melihat keponakannya yang bernama Earth Orlando tertawa. Bayi itu benar-benar tampak bahagia. Wajahnya terlihat sangat cerah. Paris begitu gemas sampai tidak sadar mengusap pipi bayi itu. Benar-benar bayi tampan."Hei. Maaf, Grace. Aku tidak sadar menyentuh pipinya." Paris mengambil tisu basah khusus wajah bayi kemudian membersihkan bekas sentuhan tangannya di pipi bayi itu. Dia sadar bahwa bayi yang sensitif terhadap bakteri. Paris tidak mau keponakannya sakit hanya karena ia menyentuh pipi Earth sembarangan. "Kenapa harus minta maaf? Kamu bisa menyentuhnya kapan pun yang kamu mau. Ya ampun, Paris. Kau tidak harus membersihkan bekas tanganmu seperti itu." Ada senyuman setiap kali Grace berbicara. Tentu itu akan membuat siapapun merasa nyaman melihatnya. Jika diamati Grace memang wanita yang sangat cantik. Apalagi ia begitu murah senyum. Jarang sekali
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status