Home / Romansa / Cinta di Bawah Langit NYC / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Cinta di Bawah Langit NYC: Chapter 51 - Chapter 60

100 Chapters

Bab 51: Bertemu Teman

***Sahabat adalah bagian terpenting dalam kehidupan seseorang. Aristoteles  mengatakan bahwa sahabat ibarat satu tubuh, ketika salah satu bagian tubuh sakit maka bagian lainnya pun merasakan sakitnya. Kata-kata bijak itu mungkin ada benarnya. Beberapa minggu tak bertemu dengan Travis. Paris merasa ada yang berbeda dalam hidupnya. Untungnya Travis menelepon Paris agar mereka  bertemu. Pria itu seakan tahu kalau Paris sedang dalam masalah dengan Jessica. Seakan mereka merupakan satu tubuh.Paris sepakat dengan ajakan nongkrong dari Travis. Jadi dia segera bersiap-siap. Ketika jam menunjukkan pukul sembilan pagi. Paris sudah berada di ruang makan ketika alarm di ponselnya menyala, menandakan sebentar lagi waktunya  Travis tiba. "Oh, sarapan sekarang sudah berubah menjadi jam sepuluh pagi." Inggrid memulai percakapan pagi."Semua orang punya jam sarapan berbeda-beda," sahut Paris. Sejak pagi Paris memang tidak sar
Read more

Bab 52: Chloe

*** "Kau mulai tampak seperti seorang pengusaha kaya macam Ankara," canda Travis saat dia dan sahabatnya bisa saling bicara di kafe.  Paris memang memakai pommade tapi dia tidak menyisir rambut seperti gaya rambut seorang pengusaha. Paris malah membiarkan rambutnya acak-acakan seperti model rambut Marlon Teixtera.  "Pengusaha kaya apa? Aku bahkan tidak cocok memakai jas hitam."  Paris menampilkan senyum kambing. Dia adalah salah satu orang yang kurang nyaman memakai jas, Paris merasa tidak pantas menjadi seorang CEO seperti karakter pria yang disukai dalam sebuah cerita romantis. Paris memesan cokelat panas kepada pelayan kemudian duduk di kursi. Cokelat panas terasa lebih nikmat untuk membuat suasana hati terasa lebih baik.  "Ester mulai bekerja kemarin. Aku sangat mengagumi betapa dia bisa mengatasi segala sesuatu. Dia adalah pekerja keras." Ester merupakan pacar Travis dan Paris merasa laki-laki itu perlu tahu se
Read more

Bab 53: Mengingat Masa itu

***Utang adalah beban hidup bagi semua orang. Tidak ada manusia yang mau terlilit pinjaman selama bertahun-tahun. Begitu pun dengan Jessica. Dia tidak pernah berpikir kalau masa dewasa-nya justru membuat dia mesti melunasi uang pinjaman orang tuanya. Sampai membuat dia terjun ke dalam dunia kotor dan terjerat mafia. Jessica sama seperti gadis pada umumnya. Ingin berkuliah dengan tenang tanpa utang yang ditinggalkan orang tuanya. Namun, ia bisa apa. Takdir menuliskan dirinya jatuh ke tangan seorang seorang mafia. Dia jatuh ke tangan orang yang salah."Kau sudah lama menghindariku, Jessica. Apa yang kau pikirkan sebetulnya? Kau merasa bahwa kau bisa terbebas dari-ku dengan mudah?" Seorang lelaki menarik rambut Jessica begitu keras. Rasanya begitu perih seakan rambut itu sebentar lagi lepas dari kepala wanita itu. "Tidak akan aku biarkan kamu bebas dengan mudah sebelum utang orang tuamu lunas. Apa kau lupa berapa jumlah utang mereka?
Read more

Bab 54: Paris

***"Boleh aku duduk?" tanya Iggy. Jessica sudah bertemu Iggy sebanyak tiga kali namun mereka belum sempat berbicara. Sekarang mereka punya waktu mengobrol."Silakan."Iggy duduk dan memperhatikan Jessica begitu intens. Dia penasaran seperti apa kaitan di antara Jessica dan Ankara."Apa hubunganmu dengan Pak Ankara. Kalian seperti--, maaf, sepasang kekasih?"Iggy takut membuat Jessica tersinggung. "Kami dulu mantan kekasih. Kami tidak punya hubungan apa-apa sekarang. Bahkan aku tengah dekat dengan kembaran Ankara. Kau kenal Paris, bukan?"Iggy mengangguk. Dia sering mengatasi kekacauan yang di akibatkan oleh Paris. Bagaimana bisa dia melupakan hal itu."Ngomong-ngomong siapa namamu. Aku Jessica Flowers.""Iggy." Iggy menelan ludah kemudian menambahkan, "Cinta yang rumit. Maksudku aku belum sepenuhnya paham seperti apa hu
Read more

Bab 55: Makan Bersama

***Waktu ibarat sebuah laju angin. Pergerakan mereka begitu cepat dan kita tidak pernah membayangkan secepat apa periode membawa kita menuju hari berikutnya. Jessica berpikir bahwa sebuah masa tidak pernah serius menciptakan jalur kehidupannya. Mengapa tidak ada lubang dalam jalan takdirnya? Mengapa ibunya mesti hadir kembali di saat Jessica sudah tidak mau mengingat wanita itu.Jessica sudah berada di New York. Seperti biasa banyak orang di mana-mana. Mereka berjalan dengan sangat cepat dan siapa pun akan tertabrak jika tak berjalan cepat juga. Pemandangan kota itu nyaris biasa saja. Sudah terlalu sering Jessica menyaksikan keramaian kota New York. Paris menyambut kedatangan Jessica dengan senyum hangat. Pria itu berdiri di depan mobil Toyota miliknya. Paris memakai kemeja kotak-kotak tanpa mengancingkan pakaian itu. Ada kaos oblong di dalam baju itu. "Aku akan bawa kopermu," ujar Paris. Dia mengambil kop
Read more

Bab 56: Rencana

***Ankara memberikan gaun Louis Vuitton yang sempat ia beli di butik Prancis kepada istrinya. Grace sangat bersemangat mendapatkan hadiah istimewa itu. Dia semringah memandangi mata indah suaminya seraya berujar, "Kau memang suami terbaik. Aku bangga memiliki dirimu." Perubahan Ankara betul-betul nyata. Kini definisi cinta yang membingungkan perlahan-lahan dipahami oleh Grace. Dia tidak perlu mendengar Ankara mengatakan cinta sebab tindakan lelaki itu lebih dari sekadar yang dia kira. "Jangan kaget, karena aku masih punya kejutan buat dirimu. Kau akan semakin terpesona kalau aku memberikan hadiah itu sekarang." Grace penasaran apa yang akan suaminya berikan. Dia tak bisa berkedip memandangi suaminya hanya untuk mendengarkan apa kejutan dari Ankara. "Apa? Katakan padaku. Aku tidak sabar mengetahuinya." Grace memegang lembut tangan suaminya."Tunggu sebentar." Ankara melepaskan genggaman di tangan Grace. Dia datang memb
Read more

Bab 57: Peresmian Galeri

***Paris membuka galerinya secara resmi hari ini. Semua keluarga datang. Hermawan Mahendra serta sang istri Inggrid Mahendra mampir ke galeri itu untuk sekadar mendukung putra mereka. Inggrid belum bisa menyambut Jessica sebagai calon menantunya. Dia tidak mau bersikap ramah kepada perempuan itu. Inggrid selalu sinis. "Aku sangat tidak menyukai pakaianmu. Apakah kau sangat suka pakai baju terbuka begitu?" Inggrid berkomentar saat melihat pakaian Jessica. "Bella Hadid memakai gaun seperti ini. Aku suka mengikuti tren. Ngomong-ngomong terima kasih pujiannya?" Jessica menanggapi santai atas ejekan Inggrid. Dia harus terbiasa atas perlakuan kasar wanita itu, calon mertuanya. "Aku jelas tidak memuji. Aku hendak mengatakan kalau kau terlihat seperti wanita jalang yang sedang menjajakan tubuh di sebuah pesta."Inggrid tergelak, mencemooh Jessica. Tidak mau bikin masalah, Jessica meninggalkan Inggrid. Dia mendekati Paris yang tengah sib
Read more

Bab 58: Yvone Flowers

***Jessica belum bisa memaafkan ibunya. Namun, ia pun tidak memiliki pilihan ketika ibunya datang kembali tepat di hari pembukaan galeri baru Paris. Bolehkah Jessica menyebut ibunya sebagai wanita tak tahu diri? Jessica sudah bekerja keras membayar utang ayahnya selama ini. Setelah semuanya sudah lunas. Yvone Flowers, yang merupakan ibu kandung Jessica muncul. Dia tahu betul bahwa masalah yang ia tinggalkan dahulu sudah teratasi. "Kau tidak mau bicara padanya?" tanya Paris saat dirinya dan Jessica berada di apartemen. Yvone tinggal dengan mereka. Wanita itu tidur di kamar tamu. Jessica tidak bisa menolak saat Paris membujuknya. Menurut penuturan Yvone, wanita itu kini sudah menjadi gelandangan. Meskipun Jessica marah pada ibunya. Dia masih memiliki belas kasihan saat mengetahui fakta ibunya yang mengejutkan tersebut. Hubungan darah tidak pernah mengkhianati."Aku tidak akan pernah bicara padanya," tegas
Read more

Bab 59: Hamburger

***Jessica Flowers membuatkan ibunya hamburger untuk makan malam. Dia tidak akan membiarkan ibunya meminta uang kepada Paris tanpa rasa malu. Jika Yvone terbiasa meminta uang, ia akan memoroti uang Paris nantinya. "Jessie." Suara Yvone terdengar menggema. Dia memasuki dapur. Wanita itu ingin mengatakan sesuatu kepada putrinya. Berharap Jessica mau meluangkan waktu untuk bicara empat mata dengannya. Atau setidaknya mendengarkan ucapannya. "Jangan memanggil aku Jessie! Aku tidak menyukainya."Nama Jessie mengingatkan Jessica akan kisah cintanya yang tragis. Kisah cinta antara dirinya dan Ankara dahulu kala saat keduanya masih remaja. Sekarang Jessica sudah memaafkan Ankara. Namun, peristiwa dahulu itu masih jelas di kepalanya. Seandainya Jessica membuat lagu dari kisah cintanya yang tragis bersama Ankara, mungkin ia akan terkenal seperti penyanyi muda bernama Olivia Rodrigo, yang mendeskripsikan perasaan s
Read more

Bab 59: Hamburger

Bab berulang. Bisakah babnya dihapus? *** Jessica Flowers membuatkan ibunya hamburger untuk makan malam. Dia tidak akan membiarkan ibunya meminta uang kepada Paris tanpa rasa malu. Jika Yvone terbiasa meminta uang, ia akan memoroti uang Paris nantinya.  "Jessie."  Suara Yvone terdengar menggema. Dia memasuki dapur. Wanita itu ingin mengatakan sesuatu kepada putrinya. Berharap Jessica mau meluangkan waktu untuk bicara empat mata dengannya. Atau setidaknya mendengarkan ucapannya.  "Jangan memanggil aku Jessie! Aku tidak menyukainya." Nama Jessie mengingatkan Jessica akan kisah cintanya yang tragis. Kisah cinta antara dirinya dan Ankara dahulu kala saat keduanya masih remaja. Sekarang Jessica sudah memaafkan Ankara.  Namun, peristiwa dahulu itu masih jelas di kepalanya.  Seandainya Jessica membuat lagu dari kisah cintanya yang tragis bersama Ankara, mungkin ia akan terkenal seperti penyanyi muda be
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status