PAID LOVE のすべてのチャプター: チャプター 61 - チャプター 70

Siang harinya, dengan keadaan gelisah Maria mondar mandir di ruang tamu. Raline yang baru keluar dari kamar mandi terheran-heran melihat Ibunya itu. " "Ada apa sih, Ma? kok gelisah kayak gitu?" tanya Raline penasaran. Sejak ia bangun tidur pagi Laura sudah bersikap aneh. "Mama khawatir aja, kenapa kamu pulang lebih awal malam tadi. Perasaan Mama gak enak," jawab Laura sambil menghampiri Raline. Ia memegangi rambut Raline yang masih setengah kering kemudian memeluknya. "Kan Raline nggak apa-apa, Ma? lihat sendiri kan? Udah ah, Raline mau makan dulu." Raline melepaskan pelukan Laura, lalu beranjak ke meja makan. "Mama temani, ya?" pinta Laura mengikuti langkah Raline. "Sekalian aja makan ba

Jamal habis-habisan mengancam salah satu bodyguard Mami Lisa yang ia culik. Bahkan beberapa kali hantaman keras tidak membuat salah satu pengikut germo kelas kakap, Mami Monalisa itu tidak bergeming. "Dasar pengawal bodoh, mau-maunya disuruh mengikuti germo itu sampai rela babak belur." Jamal geleng-geleng kepala melihat tubuh dan wajah cecunguk itu babak belur. Tetapi masih saja cecunguk bodoh itu merahasiakan tentang bisnis trafficking bos gembong perbudakan Monalisa. "Baiklah, kalau kamu ingin yang lebih lembut caranya. Maka aku akan bertindak lebih baik lagi," gertak Jamal dengan senyum sinisnya. "A-apa lagi yang k-kamu mau lakukan!" sambil terbata-bata cecunguk itu memperhatikan wajah Jamal yang berubah mengerikan. Jamal melepask

Perlahan Raline membuka mata setelah terkulai tidak sadarkan diri. Sambil memegangi kepalanya yang terasa berat, Raline memperhatikan sekitar. Sentak saja Raline langsung memeriksa tubuhnya. Masih berpakaian lengkap dan tertutup selimut tebal yang membuatnya hangat. Arah pandangan Raline berpencar memperhatikan seisi kamar hotel. “K-kamar hotel? Apa yang terjadi denganku? Ada apa ini sebenarnya!” Raline tergelak bingung. Lagi-lagi Raline memeriksa tubuhnya. Ia memperhatikan tempat tidur yang masih rapi di sisi sebelahnya.  Jantung Raline berdegup kencang. Ia mengingat sekali lagi kejadian terakhir di dalam mobil. Derek berkelahi dengan beberapa orang. Lelaki berkepala plontos dan anak buah Mami Lisa yang lain juga berhasil dilumpuhkan oleh orang-orang berpakaian rapi. Kata-kata bius yang ia dengar pun masih terngiang di telinga Rali

Namun tidak berselang lama Raline merebahkan tubuhnya, tiba-tiba ada sosok lelaki menaiki tempat tidur yang sama. Lebih tepatnya duduk di samping Raline yang ingin memejamkan mata. "Bukannya kamu mau kerja?" "Ini aku mau kerja?" “Jangan macam-macam ya, anda? jangan memanfaatkan situasi!” seru Raline menutup tubuhnya dengan selimut. “Gak liat aku pegang laptop? artinya aku mau kerja. Memangnya kamu menyuruh aku tidur diluar?” Blush! Wajah Raline memerah malu. “Kerjanya kenapa harus disini sih? Bisa di meja kan?” sanggah Raline nada tidak suka. “Kalau kamu tidak mau tidur disini, ya udah tidur diluar sana.

Raline keluar dari kamar mandi masih mengenakan bathrobe yang belum diganti. Memasang wajah kesal ia melangkah menghampiri Gavin.  "Kamu sengaja ya, ngejebak aku dengan barang-barang mahal ini?" cecar Raline melempar beberapa potong pakaian ke lantai tepat di depan Gavin.  Sekejap Raline tersadar. Lelaki itu sudah tertidur pulas. Wajahnya tampak lelah dengan posisi tidur yang asal. Merasa bersalah sudah memarahi Gavin yang tengah tidur, Raline menebus kesalahannya dengan menyelimuti tubuh si mesum.  "Kamu sudah selesai sarapannya?" gumam Gavin dengan mata yang masih tertutup rapat.  "Tidur apa ngelindur sih? masih sempat-sempatnya nanyain orang makan sudah apa belum?" omel Raline kembali memasang wajah kesal.