“Saya mau menikahi Rania, Yah.” Satu kalimat besar, Alvin sama sekali tak ragu mengucapkannya di depan kedua orang tua gadis yang menjadi kekasihnya. Tentu, tanpa kehadiran gadis itu di rumahnya. “Lalu?” Hanya itu. Hanya itu tanggapan seorang pria paruh baya yang merupakan ayah si gadis. Alvin mendongak, menatap tepat pada kedua mata yang sudah dipenuhi keriput. “Saya mencintai Rania sejak di bangku sekolah dasar, kami sudah berteman cukup lama sejak itu. Saya dan Rania sempat pisah sekolah sewaktu SMA dan di perguruan tinggi kemarin, namun rasa cinta saya sama sekali tidak berkurang untuk puteri Ayah.” Wanita paruh baya itu menahan nafasnya terkejut. Sejak sekolah dasar katanya? Hal gila apa ini? “Ka-kamu, emm... Alvin, tapi menurut Ibu, waktu itu nggak bisa menjamin seseorang suka sama orang lainnya.
Baca selengkapnya