Home / Romansa / Ada apa dengan tunanganku? / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Ada apa dengan tunanganku?: Chapter 21 - Chapter 30

52 Chapters

Bab 20. Aku percaya padamu

Di saat kebohongan datang mengikis percaya, keraguan datang menguatkan dugaan. Haruskah aku bertahan? _I Trus You_ Restoran tampak sepi dari pengunjung ketika mataku menyapu seluruh ruangan. Aku dan Dewi memutuskan mampir ke tempat makan ini untuk memulai makan malam yang terlalu cepat dan makan siang yang terlambat serta sarapan yang sudah terlewat.   Dewi benar-benar keterlaluan. Ucapannya mengenai jatah sarapan plus makan siangku dia undur hingga hari mulai menjelang malam. Jangan ditanya lagi bagaimana kondisi perutku saat ini. Mengenaskan!   Aku memesan menu makanan yang cukup banyak. Anggap saja ini untuk ket
Read more

Bab 21. Aku tidak peduli

Aku pernah peduli, aku pernah merasa khawatir.Hingga kebenaran datang mematahkan, tak ada yang tersisa kecuali kekecewaan._Aku Tidak Peduli_    Sudah hampir tiga hari berlalu sejak hari di mana aku hampir salah mengenali wajah seseorang sebagai sosok tunanganku. Wajah seseorang itu benar-benar membekas dalam ingatanku. Tiga hari berlalu dengan pikiranku yang nyaris gila karena terus-terusan mendoktrin bahwa dia bukanlah Alvin. Seseorang itu bukanlah sosok laki-laki yang kurindukan.  Namun nyatanya perasaanku menolak keras pernyataan tersebut. Dia terus menentang jalan kerja otakku padahal tujuanku adalah melindunginya agar tidak merasa kecewa dan berakhir dengan terluka.  Sh*t, aku bisa gila jika terus seperti ini! Aku menggeleng beberapa kali. Tidak, tidak! Cukup sudah aku memikirkannya. Fokusku tidak boleh terpecah bel
Read more

Bab 22. Resign

Kau bertindak tanpa sepengetahuanku. Sementara kau harus tahu semua hal tentangku.Hidup bersamamu mengajarkanku ketidakadilan yang menjanjikan kenyamanan._Resign_Jarum jam menunjukkan pukul setengah tujuh pagi ketika aku keluar dari dalam kamar dan berjalan menuju ruang makan. Dengan tas yang tersampir di pundak, aku berbalik kembali menuju ruang tamu saat telingaku tak sengaja mendengar sayup-sayup percakapan antara Ayah dengan seseorang dari sana. Manusia jenis apa yang bertamu sepagi ini? Tidakkah dia berpikir jika hari masih terlalu pagi untuk datang berkunjung? Atau mungkin dia ingin ikut menumpang sarapan bersama kami? Bisa saja, kan? Mataku melotot tak percaya ketika mendapati seseorang yan
Read more

Bab 23. Pesta Kejutan

Mewah. Hanya satu kata yang terlintas di kepalaku ketika Aldo berhasil menyeretku masuk ke dalam ballroom Hotel. Semua orang mengenakan pakaian yang sangat terlihat mahalnya. Hanya ada jas serta gaun-gaun elegan sepanjang mataku memandang. Aku menunduk menatap sebuah gaun yang kupakai. Sebuah gaun hitam sederhana tanpa lengan dengan sebuah ikat pinggang kecil yang kupadukan dengan sebuah kalung yang kini terpasang di leherku. Seketika aku merasa begitu kecil di ruangan ini. Oh.. Bahkan setelan formal yang dipakai oleh Aldo saja terlihat begitu mahal. Mengapa aku baru menyadarinya? “Do, saya pulang aja, ya..” Bisikku padanya. Dia menoleh, alisnya terangkat satu. “Lho kok pulang sih, Ran?” Aku mengigit bibirku kecil. Apa aku harus mengatakannya, ya? “Ini.. pestanya mewah banget, ya..” 
Read more

Bab 24. Sakit hati

Di sini kuterluka.Meratapi malam tanpa bisa berkata.Menangis sendu mengingat bayangmu berada._Hurt_Nissa mengusap punggung Rania perlahan. Gadis itu masih setia memeluknya erat dengan tangis dan air matanya sejak satu jam yang lalu. Jam telah menunjukkan waktu tengah malam namun Rania masih bertahan dengan diam serta isak tangisnya tanpa penjelasan apapun. “Gimana?” Nissa mengendikan bahu menjawab pertanyaan dari suaminya. Bukan hanya dia yang termakan oleh rasa penasaran, dirinya pun juga merasa begitu. Nissa mengambil segelas air yang disodorkan Lukman kepadanya kemudian memberi
Read more

Bab 25. Jarak

Aku pernah menjauh, kau datang menarik kembali.Aku mendekat, kau mengulur jarak.Beginikah cara semesta bekerja?_How Far I Can Go_ Sinar matahari mulai beranjak naik meskipun jejak embun pagi masih ada di beberapa helai daun tanaman hias yang berjajar rapi di halaman Villa. Kicauan burung gereja membuatku tersenyum lebar. Ini adalah hari ketiga dimana aku bisa mendapatkan kedamaian dari hiruk pikuk perkotaan serta sebuah masalah yang cukup pelik menanti di depan mata. “Ini tehnya, Bu.” Aku tersenyum kecil kemudian mengangguk mempersilakan Bu Surti untuk meletakkan cangkir itu di atas meja di sampingku lalu mengucapkan terima kasih sebelum sosok wanita paruh baya itu menghilang di balik
Read more

Bab 26. Dia mengerikan

Rumit.Hanya satu kata yang bisa menggambarkanmu dari sudut pandangku._Him_  Tak ada satu patah kata pun yang keluar sejak kedatangannya dua jam yang lalu. Alvin yang diam membisu membuatku kelimpungan sendiri. Antara memulai pembicaraan atau tetap memilih diam mengikuti alur cerita yang dipilihnya. Kini aku dan dia tak lagi berada di halaman Villa melainkan di ruang keluarga dengan televisi yang menyala sebagai pemecah keheningan. Aku meliriknya dalam diam, wajah tampannya tengah sibuk menatap gambar kartun yang tengah kutonton tadi, padahal nyatanya Alvin bukanlah penyuka film kartun seperti diriku. Mungkin laki-laki itu melakukannya untuk menghilangkan jenuh juga kesal padaku. Aku tersenyum kecil. Alvin memang memiliki wajah yang tampan dan ditunjang dengan fisik yang sempurna. Wajar saja jika banyak dari kaum kami yang pasti akan meliriknya. Alvin adalah gambaran fisik
Read more

Bab 27. Sebuah Pesan

“Gimana rasanya keciduk?” Ejek Dewi yang memulai percakapan.   Aku terkekeh, memilih mengambil secangkir kopi yang di hidangkan si tuan rumah sebelum menjawab pertanyaannya.   “Luar biasa.” Tanganku meletakan kembali cangkir itu di atas meja lalu menatap satu persatu wajah sahabatku.   Nissa yang duduk di single sofa mendengus keras. “Lo tau, Wi, tempat gue dijadiin tempat mesum sama nih bocah! Gila, ya! Abis gue dimarahin sama Mas Lukman gara-gara lo, kutu!”   Kutu. Panggilan yang telah lama tiada itu muncul kembali ke permukaan. Nissa bilang, tubuhku yang kecil dan jauh di bawah rata-rata ini mirip hewan kecil penghisap darah itu. Padahal tubuhnya sebelas dua belas denganku. Dia lupa berkaca terlebih dulu ketika mengatakannya.   “Sembarangan aja lo! Gue anak alim, mana mungkin begitu, ya!” Bantahku.   “Bapak lo ganti nama, Ra?”   “Hah?”
Read more

Bab 28. Kamu

You are like a light, after the rain has passed.You come up in my heart, like this..You are, like a beautiful dream._U R_   Aku terus menatap jalanan yang diguyur hujan lebat. Beberapa orang yang melihatku duduk di emperan butik mencoba membujukku untuk pergi berlindung dari guyuran hujan, beberapa lagi mencibir ulah gilaku yang memilih membiarkan hujan mengguyur tubuh. Dan sisanya, mereka tidak peduli sama sekali denganku. Aku memeluk kedua lututku dengan erat, mencoba menghalau dingin yang datang menyergap tubuh. Daya baterai ponselku sudah habis sejak satu jam yang lalu, dompet serta tasku pun tertinggal hingga aku tidak bisa berbuat apa-apa di sini. Hari sudah mulai petang ketika Alvin sama sekali belum datang. Aku mencoba memikirkan kembali pesan dari Alvin siang tadi. Jelas-jelas laki-laki itu menyuruhku untuk menunggu kedatangannya di butik tempat kami akan memesan
Read more

Bab 29. Sebuah Akhir

I’m thinking you’ll love me right, but you never will. It’s too much to bear, so I swear.. That this time, this The End. _The End_ Seminggu sudah aku dirawat di Rumah Sakit. Dokter mengatakan jika aku terserang tifus dan radang lambung, hingga mengharuskanku menjalani perawatan di rumah sakit.   Hari ini adalah hari terakhir aku berada di ruangan serba putih, aku akan pulang ke rumah saat dokter menyatakan kondisiku nanti.   Aku melihat Ibu tengah merapikan beberapa bajuku di sofa yang sebelumnya dibawa ke sini Setelahnya, kami hanya tinggal menunggu dokter untuk memeriksa kondisiku sekali lagi sebelum aku diperbolehkan pulang bersama Ibu.
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status