Home / Romansa / The Story Between Us / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of The Story Between Us: Chapter 31 - Chapter 40

70 Chapters

Kemana Sizuka?

Arken hari ini terpaksa harus menghadiri rapat pemegang saham di kantor pusat perusahaan, menggantikan sang papa yang masih berada di luar negeri. Dirinya sudah menelpon Arya berkali-kali agar mau menggantikan dirinya namun Arya tidak juga mengangkat telponnya.  Seperti biasanya, Arken akan mampir membeli beberapa roti untuknya sarapan pagi. Mobil sport putihnya ia parkir persis di depan pintu masuk MCC. Ia melangkah masuk, mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang sudah beberapa hari ini tidak bertemu dengannya. Ia berjalan mengitari semua rak makanan yang ada di outlet itu, namun sosok yang ia cari tidak juga ia temukan. Ketika ia sampai di rak puding, tempat terakhir yang biasanya ia tuju ketika tidak juga menemukan gadis yang ia cari, ia hanya menemukan sosok gadis lain. "Selamat Pagi, Tuan.. Ada yang bisa saya bantu?" tanya gadis itu, mengucapkan sapaan khas di outlet itu. "Ehm, shift paginya ada pergantian petugas ya?" tanya Arken, jauh dari
Read more

Rasa Penasaran Arken

Arken melangkah keluar dari ruangannya. Dirinya masih terngiang-ngiang dengan yang dikatakan Arya di ruang rapat tadi. Sizuka sekarang bekerja di kantor Rayhan? Setengah tidak percaya, Arken menyimak cerita Arya siang itu hingga tuntas.  Melirik jam tangan yang melekat erat di tangan kanannya, Arken meninggalkan ruangannya. Ia masih ada janji untuk bertemu klien di tempat lain. Keinginannya untuk makan siang dengan Rayhan, terpaksa ia tunda dulu. Meeting kali ini memiliki arti penting untuknya.  Mobilnya berhenti tepat di depan sebuah cafe. Ia keluar dari mobilnya dan melangkah masuk cafe tersebut. Seorang pramusaji menyambut kedatangannya dan mempersilahkan dirinya untuk masuk ke ruang yang ia maksud.   Arken duduk di kursi yang terletak tepat di pojok ruangan itu. Sambil menunggu kliennya, Arken mencoba menghubungi nomor Rayhan. "Halo," suara Rayhan terdengar diantara suara beberapa orang di belakangnya. "Kau sedang sibuk
Read more

Apa Lagi Yang Ia Cari?

Arken berjalan ke luar dari kantor Rayhan. Harapannya bertemu dengan sosok yang dipanggil istri oleh Rayhan, sirna sudah. Rayhan seakan dapat membaca maksud kedatangannya, sehingga pria itu membawa Arken ke ruang rapat, bukan ruang kerjanya seperti yang selama ini ia lakukan. Arken merasa curiga. Ada yang disembunyikan Rayhan darinya. Apakah sosok sitri Rayhan itu adalah sosok yang ia kenal? Arken terus saja memikirikan hal itu, hingga tanpa terasa dirinya sudah sampai di parkiran tempat ia memarkirkan mobilnya. Ia membawa pergi mobilnya meninggalkan perkantoran elit itu, kembali ke rumah orang tuanya, membawa rasa penasaran yang besar terhadap sosok istri Rayhan, dan pertanyaan mengapa dirinya tidak diundang Rayhan jika memang lelaki itu sudah menikah. -0-  Rayhan berjalan kembali menuju ruang kerjanya, setelah bayangan Arken menghilang ke dalam lift. Dirinya merasa curiga dengan kedatangan Arken kali ini. Karena tidak mau kecolongan seperti kemarin, Rayhan mem
Read more

Siapa Kau?

Pagi itu Siti, sudah berjalan keluar dari rumahnya, dan mulai menunggu taksi online yang sudah ia pesan sebelumnya. Kali ini ia berangkat dengan hati riang. Semalam Mama Ray begitu memanjakannya. Mereka langsung pulang setelah kedatangan perempuan anggun itu ke kantor Rayhan. Dengan seenaknya, Mama Ray menyuruh Ray untuk mengakhiri lembur malam itu. Ia mengajak Siti berjalan-jalan sebentar dengan Rayhan sebagai sopirnya. Pria itu diam tak berkutik. Sama sekali tidak mampu melawan perintah sang mama. Dengan pasrah ia membawakan seluruh kantung belanja milik mamanya dan Siti. Siti hanya bisa tertawa dalam hati dan sesekali memandang kasihan kepada pria itu. Tanpa sepengatahuan Siti, ada seseorang yang tengah mengawasinya. Orang itu  berdiri tidak jauh dari tempatnya berdiri. Dengan sesekali melempar pandangan ke sekelilingnya. Lelaki itu berjalan perlahan mendekati Siti, dan dengan sekali gerakan, lelaki itu menempelkan saputangan ke hidung Siti. Siti yang terkejut langsu
Read more

Tolooong!

Siti mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia berusaha menyesuaikan penglihatannya yang sebelumnya tertutup sehelai kain hitam dengan pencahayaan ruangan itu. Aroma alkohol membuatnya merasa mual. Ia memandang sosok yang tengah berjongkok di hadapannya dengan wajah tertutup topeng kain berwarna hitam. "Siapa kau?" Siti memandang tajam sosok di depannya dengan rasa takut. Ia merasa hawa jahat sedang menyelimuti laki-laki di depannya. Laki-laki itu justru menyeringai di balik topengnya. Ia menikmati setiap perubahan yang terjadi di wajah Siti. Ia lantas tertawa, yang membuat Siti semakin merasa terancam. Setiap suara yang terdengar dari laki-laki itu, membuat bulu kuduk Siti berdiri. Seluruh tubuhnya terasa lemas tak bertulang. Gadis itu tidak berani membayangkan dirinya akan menjadi mangsa lelaki gila ini. "Tidakkah kau hafal dengan suaraku, Cantik?"   Siti meneguk air liurnya sendiri, berusaha mengingat pemilik suara. Lelaki itu kemudian menghela na
Read more

Salah Memilih Korban

"Kauuuu!" seru Rayhan dengan suara penuh emosi dan bercampur amarah yang kembali meluap. Kakinya kembali menendang tubuh yang sudah tidak lagi bergerak. Yuda buru-buru menarik tubuh Rayhan dari sana. Jangan sampai atasannya itu kalap dan berubah menjadi pembunuh. "Bos, cukup. Sekarang lihatlah Nona," ujar Yuda menyadarkan Rayhan. Mendengar perkataan Yuda, Rayhan segera menghampiri Siti yang kini tubuhnya sudah ditutupi dengan jas milik Yuda. Rayhan mengganti jas Yuda dengan jas miliknya yang tentu saja ukurannya lebih besar sehingga lebih bisa menutupi semua bagian tubuh Siti yang sempat terekpos. Siti memejamkan matanya, merasa malu karena kondisinya yang begitu mengenaskan. Ia tidak berani menatap Rayhan. Tangisan lirihnya membuat Rayhan merasa tersayat hatinya. Berulang kali ia memaki-maki pria itu. Ingin rasanya ia kembali menghajar pria itu hingga tidak lagi bernyawa. Tanpa pikir panjang Rayhan menggendong Siti, membawa gadis itu menuju mobilnya. Yuda justru sed
Read more

Menikahlah Denganku

Rayhan segera menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Apa yang ia dengar dari mamanya tentang Sizuka baru saja, membuatnya merasa cemas. Trauma. Tampaknya gadis itu trauma untuk disentuh oleh orang lain. Tidak sampai dua puluh menit, mobilnya sudah masuk kembali terparkir dalam garasi luas rumah orang tuanya. Ia keluar dengan langkah lebar dan cepat, seakan berburu dengan waktu, hanya demi bisa melihat dan mengetahui keadaan Siti sesegera mungkin. Langkahnya kian mendekati kamarnya, ketika terdengar lagi tangisan histeris Siti. Rayhan membuka pintu kamarnya dengan segera, namun ia tidak mendapati seseorangpun disana melainkan isakan tangis yang berasal dari kamar mandinya. Tanpa pikir panjang, Ia membuka pintu kamar mandi itu yang ternyata tidak terkunci dan mendapati Siti dan sang mama di dalamnya. Siti jatuh terduduk di depan cermin toilet kamar mandi mewah itu. Dirinya mengosokkan kedua tangannya ke tubuhnya yang terdapat luka bekas gigitan yang kini mulai membiru,
Read more

Keinginan Rayhan

 "Menikahlah denganku," ucap Rayhan mengulangi permintaannya, sambil menatap Siti lembut. Siti membisu. Lidahnya kembali kelu dan tidak mampu mengucap sepatah kata pun. Ia terpaku pada suara Rayhan yang begitu lembut menyapa telinganya. Ingin ia memberi jawaban saat ini juga, akan tetapi rasa malu lebih menguasai dirinya. Ia hanya mampu menundukkan kepala, tidak mampu berkata apa pun. Rayhan tersenyum tipis. Melihat rona merah di wajah Siti, dirinya maklum, mungkin ia juga terlalu dini mengungkapkan keinginan yang sudah begitu lama ia tahan. Kejadian hari ini, juga menjadi salah satu alasan mengapa dirinya begitu ingin segera menikahi Siti. Ponselnya berdering, dari Yuda. "Halo." *Bos, Saya sekarang dalam perjalanan menjemput orang tua Nona.   "Oke. Hati-hati. Laporanmu aku tunggu di ruang kerjaku nanti." *Siap, Bos.  Rayhan kembali mengantongi ponselnya, dan kini hendak beranjak keluar dari kamarnya.
Read more

Apa Alasannya

Siti mulai mengemasi semua pakaiannya ke dalam travel bag miliknya. Sudah satu minggu ini dirinya menginap di rumah keluarga Ardan dan selama seminggu itu juga Rayhan tidur dan beristirahat di ruang yang sama dengan Siti. Rayhan menjadi pria siaga yang selalu membantu Siti selama masa penyembuhan luka di tangan dan kakinya. Mama Ray sendiri sebenarnya ingin agar Siti tetap menginap sampai lukanya benar-benar sembuh, namun Siti yang merasa sungkan karena sudah begitu banyak merepotkan keluarga calon suaminya itu bersikeras untuk pulang ke rumah orangtuanya. Rayhan tidak berani memaksakan kehendaknya yang tidak jauh berbeda dengan sang mama. Dirinya yang sudah mendapat lampu hijau dari kedua orangtua Siti, saat ini sedang berusaha mengambil hati Siti, agar gadis itu bersedia untuk segera meresmikan hubungan mereka.  "Sudah selesai berkemasnya?" tanya Rayhan berjalan masuk ke dalam kamarnya yang tidak dikunci. Ia melihat Siti sedang duduk di pinggir kasurnya. Pria
Read more

Rasa Siti

Siti terdiam mendengar ucapan Rayhan. Pria ini memang benar-benar tidak mau menyerah. Tatapan Rayhan tidak juga beralih dari Siti. Ia dengan setia menanti jawaban Siti. Demi apapun. Rayhan tidak akan menyerah. Ia sudah mengantongi ijin dari kedua orangtua Siti. Yang harus ia taklukkan tinggal Siti.  Rayhan akhirnya membuang mukanya ke jalan di depannya, karena Siti tak kunjung menjawab pertanyaannya. Ia kemudian menjalankan kembali mobilnya. Pikirannya melayang pada sosok Arken dan bukan Arya. Ia jelas dapat melihat Siti sama sekali tidak memiliki perasaan apapun pada Arya. Tapi Arken, Rayhan sedikit menaruh curiga, jika gadis itu tidaklah bertepuk sebelah tangan. Bahwa Arken pun memiliki perasaan yang sama seperti yang Siti rasakan.  Cengkraman tangan Rayhan pada kemudi menguat dan itu tidak luput dari Siti. Siti sebenarnya bimbang, apakah benar dirinya belum bisa menerima Rayhan. Ia menerawang hingga benaknya kini terisi dengan sosok Arken. Arken yang sam
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status