Semua Bab The Story Between Us: Bab 41 - Bab 50

70 Bab

Apa Rencana Arken?

Rayhan bergegas masuk ke dalam mobilnya, menghidupkan mesin, berjalan  meninggalkan rumah Siti. Panggilan dari Yuda, membuat dirinya buru-buru berpamitan dengan Siti. Soal permintaan Siti untuk tidak menemui gadis itu sementara waktu, dirinya tidak menjanjikan apa-apa. Lihat saja nanti, ujarnya pada Siti yang berujung dengan pukulan keras Siti yang mendarat sukses di pundaknya.  Mengingat raut wajah Siti yang merajuk karena dirinya tidak menjawab permintaan gadis itu, membuat Rayhan tersenyum-senyum sendiri. Ia jelas tidak mau mengabulkan permintaan Siti namun tidak juga menyetujuinya. Mobil hitamnya mulai memasuki basement. Berjalan cepat meninggalkan mobilnya, seakan ada tamu yang sangat penting sedang menanti di ruangannya. Rayhan berjalan keluar lift khusus untuknya, ketika sapaan pria yang baru saja memenuhi benaknya, terdengar jelas di telinganya.    "Ray!" Arken memanggil Rayhan yang terlihat olehnya ketika ia hendak keluar dari lif
Baca selengkapnya

Jika Kau Mau

Luka  di tangan dan kedua kaki Siti mulai berangsur membaik. Kini  gadis itu sudah bisa makan dan mandi sendiri tanpa bantuan orang lain. Berjalanpun sudah tidak lagi tertatih. Hanya saja ia tidak diperbolehkan untuk membawa barang-barang yang terlalu berat, takutya luka yang sudah mulai menutup dan mulai terbentuk lapisan kulit baru, akan terbuka lagi. Siti melangkah masuk ke dapur hendak menghampiri emak. "Mak, masih ada persediaan pisang mentah untuk di goreng atau dibuat kolak? Siti sedang ingin  makan kolak, Mak." "Coba lihat di luar dekat balai-balai tempat bapakmu tidur siang. Kelihatannya emak masih menyimpan dua tandan pisang raja," sahut emak yang sedang sibuk memotong sayuran untuk makan siang mereka bertiga nanti. Siti melangkah mengikuti arahan emak dan berhasil menemukan yang ia cari.  "Sudah, biar emak yang masak. Lu duduk aja di sana." Emak melarang Siti ikut repot di dapur. Ia tahu anak gadisnya ini  sedang dalam masa
Baca selengkapnya

Galaunya Arken

  "Bagaimana?" tanya seseorang di belakang Asih. Asih menggigit bibir bawahnya. Ia takut atasannya itu akan memarahinya begitu tahu jika permintaannya agar Siti kembali bekerja di gerai yang baru saja berpindah tangan ke pemilik baru, ditolak mentah-mentah.   "Anu, Pak,...mmm, it-tuu, Siti.... ti-dak mau," Asih terbata-bata menjawab pertanyaan pria itu.   Bambang, bagian personalia MCC seketika langsung membanting berkas yang ada di tangannya. Ia tidak tahu bagaimana nanti menyampaikan berita ini ke bos barunya.   "Apa alasannya?"   "Katanya, Siti sedang mempersiapkan toko roti miliknya sendiri.."    "Toko roti miliknya sendiri? Hahahaha... yang benar saja kamu. Modal darimana dia buka toko roti sendiri? Dia kira modal sejuta bisa menyaingi MCC? Terlalu banyak nonton sinetron anak itu," ucap Bambang dengan nada meremehkan.   Asih menghela na
Baca selengkapnya

Derita Rayhan

Rayhan menatap tajam Arken. Sebenarnya dia ini patah hati atau layu sebelum berkembang, tanya Rayhan dalam hatinya. Ia melihat Arken yang malas-malasan. "Ada apa sih? Kau buat aku penasaran tingkat dewa." Rayhan duduk di kursi tepat di depan Arken. Ia hanya mendengar Arken yang berulang kali menghela nafas, seakan dirinya sudah tidak punya alasan untuk hidup. Lama Rayhan menunggu Arken membuka mulutnya, dan ini adalah kesekian kalinya Rayhan melirik jam tangannya. Sepuluh menit menunggu adalah rekor bagi Rayhan menunggu jawaban seseorang, dan ia sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi. "Kau masih berniat untuk merenovasi gerai kuemu atau tidak? Jika tidak, aku masih ada urusan lain," ujar Rayhan beranjak berdiri dari duduknya. Ia tidak suka berbelit-belit. Iya ayo, tapi jika tidak katakan dengan cepat. Urusannya tidak hanya di sini saja. Biasanya, hal renovasi seperti ini bukan pekerjaannya, ia bisa saja mengutus karyawannya untuk melihat letak ruang gerai
Baca selengkapnya

Andai Siti Tahu

 Arken melihat ke arah yang ditunjukkan oleh Rayhan. Cctv. Arken mengangguk. "Akan kusuruh seseorang untuk memberikan rekamannya." "Tidak usah," tolak Rayhan cepat. "Biar Yuda saja yang akan memeriksa kamera itu. Tidak perlu merepotkan karyawanmu." Rayhan tidak ingin ada yang tahu jika dirinya sedang melakukan penyelidikan.  "Terserah kau saja," ucap Arken kembali berkonsentrasi pada lembaran-lembaran kertas di hadapannya.  Rayhan melangkah keluar menanti kedatangan Yuda. Ia berjalan ke gerai, menatap ke sekelilingnya. Sesaat dirinya terbawa suasana, membayangkan jika Siti sedang berdiri di belakang meja kasir, lalu dirinya masuk mencari beberapa roti isi untuk mengisi perutnya. Ia membayangkan saat pertama kali  masuk ke gerai ini. Waktu itu, ia tidak sadar jika gadis yang menyapanya adalah gadis yang sama, yang beberapa hari sebelumnya ia tarik  paksa ke dalam dekapannya dan  ia akui sebagai calon istrinya di hadapan rekan kerj
Baca selengkapnya

Karyawan Spesial

 "Halo."  Rayhan akhirnya menjawab panggilan di ponselnya, yang sudah berdering sejak tadi. *Sibuk?  Suara di ujung sana, membuat dirinya meletakkan semua berkas yang kala itu tengah mendapat perhatian penuh darinya. Ia merenggangkan ikatan dasi dan berjalan ke jendela yang berada tepat  di belakang kursi kebesarannya. Suara lembut yang selalu berhasil mengalihkan dunianya, sesibuk apa pun dirinya. "Ada apa?" jawab Rayhan dengan suara lembut dan mesra, yang hanya ia tujukan untuk satu wanita. *Saya kapan boleh kembali masuk kerja?   Rayhan terdiam. Pikirannya sesaat melanglang buana. Saat ini, ia sedang mengerjakan permintaan renovasi Arken. Memang bukan dia yang akan mengerjakan, tetapi untuk desain awal, Rayhanlah yang akan membuat sketsanya. Hal itu akan membuat intensitas pertemuan dan komunikasi antara dirinya dan Arken akan lebih sering terjadi, dan tidak menutup kemungkinan, suatu hari, Arken akan d
Baca selengkapnya

Apa Yang Kau Lakukan?

  "Selamat Pagi, Pak Yuda." "Ah, Selamat Pagi Siti! Akhirnya, kamu masuk juga." Yuda menghela nafas lega. Bekerja sendiri selama hampir satu bulan, benar-benar membuatnya tersiksa.  Siti tersenyum lebar melihat raut wajah atasannya yang tampak begitu bahagia dengan kehadiran dirinya. "Bapak kesepian ya?" tanya Siti setelah ia meletakkan tasnya di lemari bawah meja kerjanya.   "Sangat Siti. Apalagi kalau pas Pak Bos keluar,  saya merasa seperti satu-satunya manusia yang hidup di muka bumi ini," jawab Yuda sedikit hiperbola, membuat Siti terkekeh pelan. "Mari, Pak. Biar saya saja yang mengerjakan."   "Kamu sudah boleh melakukan pekerjaan seperti ini?" tanya Yuda memastikan dirinya tidak salah dengar. Siti mengangguk sambil tersenyum simpul, membuat Yuda sedikit kikuk. Aiish, pantas saja kalau atasannya itu begitu tergila-gila pada asisten juniornya ini. " Sudah, Pak. Asalkan tidak terlalu berat.
Baca selengkapnya

Kesalahan Siti

Rayhan berjingkat panik. Apa yang ada di benak gadis yang di hadapannya ini. Tidakkah tingkah lakunya itu sangat membahayakan dirinya. Bagaimana jika diriku khilaf, batin Rayhan gundah. Pandangan tajamnya mengarah tepat ke manik mata Siti, yang menjadi bingung sendiri melihat reaksi Rayhan. Apakah ia sudah melakukan kesalahan? gumamnya ketakutan, melihat reaksi Rayhan yang tidak pernah seperti ini sebelumnya. "Apakah aku sudah menyakitimu?" tanya Siti tanpa dosa.  Rayhan terkesima mendengar pertanyaan polos Siti. Oh, Lord. Help me, please. Bagaimana bisa gadis ini tidak tahu jika ia sudah mengumpankan dirinya sendiri ke mulut harimau yang sedang kelaparan, teriak Rayhan dalam hati. Kalau begini, aku tidak yakin bisa bertahan lebih lama berada di dekatnya tanpa melakukan sesuatu, keluh Rayhan gemas dengan sikap Siti, yang kini menunduk, bingung sendiri. "Ya! Kamu sudah melakukan kesalahan yang sangat fatal!" teriak Rayhan kesal. Kesal pada dirinya sendiri
Baca selengkapnya

Long Time No See

"Ray..."     Rayhan mengangkat wajahnya, dan seketika badannya menjadi dingin. Kehadiran pria yang  tidak ia harapkan untuk sekarang ini, membuat dirinya terkejut setengah mati. Tubuhnya yang sedang tidak sehat, membuat pusing kembali menyerang Rayhan. Siti tidak kalah terkejut dengan Rayhan. Tuan Arken?! Mengapa pria itu bisa ada di sini?  Arken sendiri sama terkejutnya dengan dua orang yang berada di depannya. Gadis yang selama ini sudah berhasil mengganggu pikiran dan mengusik hatinya, kini ada di hadapannya. Sizuka, gumamnya.  Ketiga orang itu tenggelam dalam dunia mereka sendiri. Masing-masing terkejut dan masih asyik berenang dalam kolam keheningan.    Suara dehaman Yuda memecah kebisuan di antara mereka bertiga.    "Bos! Ada Bos Arken." Lapor Yuda yang jelas sudah basi. Lawong bosnya sendiri sudah melihat si tamu yang sudah masuk ke dalam ruangannya tanpa permisi, dia baru datang
Baca selengkapnya

Tetap Di sisiku

  Siti membawa tumpukan map, yang kali ini berwarna biru, ke ruangan Rayhan. Dengan susah payah, gadis itu mengetuk pintu ruangan Rayhan. Tanpa menunggu jawaban dari dalam, Siti langsung saja masuk ke dalam ruangan Rayhan. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, tetapi  tidak melihat sosok Rayhan. Dengan perlahan diletakkannya, tumpukan map biru ke atas meja Rayhan. Merasa khawatir, Siti melangkah masuk ke ruang pribadi Rayhan. Ia melihat Rayhan tertidur masih dengan pakaian kerja lengkap tanpa jasnya. Siti kemudian mendekat. Tubuh Rayhan kembali panas. Siti menepuk keningnya. Ia tadi berencana memesankan bubur ayam untuk atasannya itu, akan tetapi, karena kedatangan Arken yang tiba-tiba, Siti lupa untuk menekan tombol order di aplikasi. Dengan cepat, gadis itu mengeluarkan ponselnya kemudian melanjutkan orderan bubur ayam yang sempat tertunda. Dikliknya angka dua untuk bubur ayam spesial.  Sembari menunggu datangnya bubur ayam, Siti ke
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status