Share

Long Time No See

Penulis: Lavender My Name
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Ray..."    

Rayhan mengangkat wajahnya, dan seketika badannya menjadi dingin. Kehadiran pria yang  tidak ia harapkan untuk sekarang ini, membuat dirinya terkejut setengah mati. Tubuhnya yang sedang tidak sehat, membuat pusing kembali menyerang Rayhan.

Siti tidak kalah terkejut dengan Rayhan. Tuan Arken?! Mengapa pria itu bisa ada di sini? 

Arken sendiri sama terkejutnya dengan dua orang yang berada di depannya. Gadis yang selama ini sudah berhasil mengganggu pikiran dan mengusik hatinya, kini ada di hadapannya. Sizuka, gumamnya. 

Ketiga orang itu tenggelam dalam dunia mereka sendiri. Masing-masing terkejut dan masih asyik berenang dalam kolam keheningan.   

Suara dehaman Yuda memecah kebisuan di antara mereka bertiga.   

"Bos! Ada Bos Arken." Lapor Yuda yang jelas sudah basi. Lawong bosnya sendiri sudah melihat si tamu yang sudah masuk ke dalam ruangannya tanpa permisi, dia baru datang

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Story Between Us   Tetap Di sisiku

    Siti membawa tumpukan map, yang kali ini berwarna biru, ke ruangan Rayhan. Dengan susah payah, gadis itu mengetuk pintu ruangan Rayhan. Tanpa menunggu jawaban dari dalam, Siti langsung saja masuk ke dalam ruangan Rayhan. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, tetapi tidak melihat sosok Rayhan. Dengan perlahan diletakkannya, tumpukan map biru ke atas meja Rayhan. Merasa khawatir, Siti melangkah masuk ke ruang pribadi Rayhan. Ia melihat Rayhan tertidur masih dengan pakaian kerja lengkap tanpa jasnya. Siti kemudian mendekat. Tubuh Rayhan kembali panas. Siti menepuk keningnya. Ia tadi berencana memesankan bubur ayam untuk atasannya itu, akan tetapi, karena kedatangan Arken yang tiba-tiba, Siti lupa untuk menekan tombol order di aplikasi. Dengan cepat, gadis itu mengeluarkan ponselnya kemudian melanjutkan orderan bubur ayam yang sempat tertunda. Dikliknya angka dua untuk bubur ayam spesial. Sembari menunggu datangnya bubur ayam, Siti ke

  • The Story Between Us   Apa Kau Peduli Padanya?

    "Mengapa tidak bisa?" tanya Rayhan penuh rasa ingin tahu. Jika alasannya karena akan bertemu Arken, maka Rayhan tidak akan tinggal diam. Pantang baginya menyerah. Ia harus menyandera Siti. Jangan sampai gadis itu pergi bersama Arken, saingannya. "Karena saya ada urusan yang harus saya selesaikan sepulang dari kantor," jawab Siti tanpa beban. "Memangnya urusan apa? Emak minta dibelikan sesuatu? Atau kau ingin membeli sesuatu di supermarket? Biar aku dan Yuda yang mengantarkanmu berbelanja," tawar Rayhan tanpa pikir panjang. Ia lupa jika dirinya masih belum begitu fit. "Pak, Bapakkan masih sakit, belum sembuh. Jika Bapak mengantar saya berbelanja, terus yang ada Bapak pingsan di tengah jalan, bagaimana? Saya tidak kuat jika harus mengangkat Bapak," jawab Siti. "Aku tidak mengatakan jika aku akan menemanimu tetapi aku dan Yuda akan menemanimu. Jadi, kamu tidak perlu khawatir jika aku pingsan di tengah jalan, masih ada Yuda yang akan

  • The Story Between Us   Pertemuan Arken dan Siti

    "Lagipula apa?" Rayhan mendesak Siti meneruskan perkataannya.Siti menatap lurus Rayhan. Pria ini kenapa sih? Mengapa dirinya tidak boleh peduli pada orang lain? Apa salahnya jika ia membantu Pak Yuda, yang notabene asisten pribadinya juga. Bukankah semakin cepat berkas itu disusun sesuai dengan departemennya, semakin mudah bagi atasannya itu untuk memeriksa laporan per-departemen?"Lagipula, bukannya jika semua berkas sudah tertata rapi pekerjaan Bapak semakin ringkas?" jawab Siti, yang kini memberanikan diri untuk menatap manik tajam pria yang duduk di kursi kebesarannya itu.8Aiih, kenapa jika sedang begini, wajahnya tampan sekali. Siti terlena. Wajah serius Rayhan yang mendengarkan jawaban Siti terlihat begitu sempurna. "Aku tahu aku sangat tampan. Jadi, berhentilah menatapku seolah-olah aku ini semangkuk sup iga yang sangat ingin kau makan." Siti terkejut. "Darimana Bapak tahu kalau makanan f

  • The Story Between Us   Amarah Rayhan

    Siti melangkah masuk ke lift yang akan membawanya ke lantai tempat ruangan pimpinan Ardan Group berada. Ditekannya angka 7 dan tombol close ketika tiba-tiba sesosok pria melesat masuk, bergabung di lift yang sama dengannya, namun luput dari penglihatan Siti. "Apa kau tidak mendengar apa pun saat berjalan menuju gedung ini?" Suara yang sangat dikenalnya terdengar dari arah belakang. Siti terkejut. Sejak kapan ada orang lain selain dirinya di lift ini. "Loh?! Kapan datang? Mengapa tidak naik lift khusus saja? Apa ada urusan di lift yang lain?" Pa Yuda mana?" Siti mencecar Rayhan yang masih tersengal-sengal, dan masih berusaha mengatur pernafasannya kembali. "Aku sudah berteriak-teriak sejak di jalan depan kantor tadi, tapi sepertinya hatimu sedang sangat bahagia hingga tidak mendengar suara-suara di sekelilingmu," jawab Rayhan, sedikit menyindir Siti. Mengapa aku t

  • The Story Between Us   Kau Marah Padaku?

    Rayhan memijat kedua pelipisnya. Ia tidak mengerti mengapa hari ini dirinya begitu emosional. Perasaan diabaikan oleh Siti tadi pagi, yang sama sekali tidak mendengar dirinya yang sudah berteriak-teriak sejak turun dari mobil mewahnya, membuatnya menceramahi calon istrinya itu, dengan ceramah yang begitu panjang dan akan terus bersambung, jika saja Yuda tidak menyapa dirinya tepat di depan ruang asisten pribadinya itu. Rayhan meraih gagang telpon dan menekan angka 6, meminta OB untuk membelikan segelas Cappucino. Biasanya ia akan menyuruh Siti untuk membelikan Cappucino di kafe sebelah. Namun, khusus hari ini, Rayhan sedang enggan untuk meminta bantuan Siti. Apakah karena kemarin ia sempat melihat seseorang yang persis dengan Siti, sedang berjalan beriringan dengan Arken, memasuki sebuah mall. Maksud hati ingin menanyakan tentang kebenaran penglihatannya, tapi karena Siti yang tampak mengabaikan panggilan dirinya, membuat mood Rayhan mendadak berba

  • The Story Between Us   Kau Milikku

    Apakah kau marah padaku? ulang Siti dalam hati. Bukankah seharusnya dirinya yang mengajukan pertanyaan itu? Siti menatap bingung pria yang kini melepaskan dasi dari tempatnya dan membuka kancing di kerahnya. "Bukankah aku yang seharusnya bertanya padamu, apakah kau marah padaku?" Siti balik bertanya pada Rayhan yang kini sedang menyeruput teh hangat di hadapannya. "Aku tidak sedang marah padamu," jawabnya singkat tanpa menolehkan kepalanya menghadap Siti. "Lalu?" Siti menuntut jawaban. Ia terus terang bingung dengan polah Rayhan seharian ini. "Aku hanya sedang kesal padamu." Kesal? Padaku? Siti menunjuk dirinya sendiri, dan melihat Rayhan mengangguk santai. "Menolak tawaranku, mengantarkanmu mencari barang yang kau cari, tetapi justru berjalan-jalan di mall dengan seorang pria yang tidak lebih tampan dariku..." Siti merasa tenggorokannya tiba-tiba kering. Dia melihatku kemarin? Di mana? Mengapa

  • The Story Between Us   Selain Atasan dan Bawahan

    Siti membisu. Semburat merah jambu mulai memenuhi seluruh wajahnya. Sejujurnya, ia mulai merasa jengah bila terlalu dekat dengan Rayhan. Rasa panas yang tidak ia mengerti tiba-tiba datang menyergapnya, membuat Siti terkadang bingung mengutarakan maksudnya. Melihat bibir pria itu bergerak membuat penglihatannya seakan terbius ingin mendekat ke arahnya. Wangi aroma parfum Rayhan saat pria itu mendekapnya, membuat dirinya seakan terbang di antara wewangian kayu cendana bercampur segarnya air dan aroma jeruk lemon, mendatangkan perasaan hangat dan tenang. "Kau, tidak bisa menjawabnya?" Rayhan kembali menatap Siti dengan tatapan lembut. Ahh. Seberapa pun keras usahanya ingin memberi pelajaran, dan menumpahkan kekesalannya pada gadis di depannya, tetap saja hatinya menolak. Luapan amarah yang sebelumnya terasa menggebu-gebu ingin meledak, seakan hilang di telan angin, begitu melihat gadis itu diam, tak berkutik.

  • The Story Between Us   Haruskah?

    Sepanjang acara makan malam, kedua pasangan orang tua terlibat percakapan seru berbanding terbalik dengan anak-anak mereka. Baik Rayhan, Siti, Arken dan Arya, tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing. Siti yang duduk tepat di samping Rayhan, mendapat tatapan penuh selidik dari Arken. Sedangkan Arya, pria itu hanya diam membisu. Ia tidak heran, mengapa Siti duduk bersebelahan dengan Rayhan, dan juga dirinya sudah lebih dulu patah hati dibandingkan kakaknya, Arken. Arken terus berusaha mendekati Siti namun, Rayhan selalu saja ada di dekat Siti, bersikap seolah-olah seorang bodyguard, yang berusaha menjaga harta yang sangat berharga. Arya terkekeh melihat Arken yang terus berusaha mencari celah agar bisa berbicara dengan Siti. "Mengapa suara tawamu terdengar aneh?" Arken menatap Arya serius. "Tidak ada apa-apa. Hanya saja, usahamu tidak akan berhasil." Arken menatap tajam sang adik. "Maksudmu?"

Bab terbaru

  • The Story Between Us   Keputusan Rayhan 2, Jawaban Siti

    Siti semakin panik, mendapat tatapan tak percaya dari Arken. "Maksudnya? Saya tidak tahu apa-apa," jawabnya semakin bingung. Sebenarnya pria menyebalkan itu punya rencana apa? Arken menghela nafasnya. "Oh. Ya, sudahlah. Aku rasa, aku tidak punya hak untuk memberitahumu. Mungkin ia akan menelponmu dan membicarakan hal ini padamu. Sekarang, kita konsentrasi cari rumah makan dulu. Aku belum sarapan sama sekali." Arken merasa tidak enak. Ia merasa tidak pantas membicarakan hal itu lebih jauh. "Apa Rayhan tidak ada di sini? Maksud saya, ehm, apakah dia sedang ada perjalanan bisnis ke suatu tempat atau kota?" Siti penasaran sekali. "Mungkin, sebentar lagi pria itu akan menelponmu dan kamu akan memiliki waktu pribadi untuk membicarakan urusan kalian." Arken mengatakan itu semua dengan susah payah. Setelah mengisi perut, sepuluh menit kemudian, mobil itu sudah terparkir di

  • The Story Between Us   Keputusan Rayhan

    Yuda berjalan tergesa sambil menenteng pesanan Siti. Ia mengetuk tiga kali pintu ruang atasannya lalu segera melangkah masuk tanpa menunggu jawaban dari dalam. Saat seperti ini, Rayhan tidak peduli dengan aturan yang ia buat ketika seseorang hendak masuk ke dalam ruangannya. Baginya, kesehatan Siti adalah segala-galanya. "Ini, Bos. Semua pesanan ada di dalam." Yuda meletakkan paperbag hitam itu ke meja kerja Rayhan yang saat itu sedang duduk termenung, sedangkan Siti sudah kembali ke dalam ruang privat Rayhan. "Menurutmu siapa yang layak aku jadikan asisten Arken dan Arya? Dirimu atau Sizuka?" Pertanyaan Rayhan ia ajukan tanpa melihat ke arah Yuda. Yuda terkejut. Asisten Arken dan Arya? Maksudnya? Yuda bertanya-tanya dalam hati. "Saya tidak berani menjawab, Bos. Semua terserah Bos. Baik saya mau pun Sizuka hanya bawahan, yang akan menuruti apa pun perintah atasannya."

  • The Story Between Us   Usulan Arya

    Rayhan menatap tajam Siti. Ia segera menghampiri gadis itu dan memegang tangan kiri Siti yang belum sempat menarik lepas jarum infus dari tangan kanannya. "Mengapa dirimu ini susah sekali diberi tahu? Apakah semudah itu kau menyakiti dirimu setiap kali kemauan atau perkataanmu tidak diturutin? Jangan seperti anak kecil begini!" Rayhan menyentil kening Siti, ia mencoba menenangkan Siti agar tidak terlalu memikirkan ucapan emak. "Jika kau tidak ingin pulang bersamaku, kau bisa mengatakannya kan? Tidak perlu marah-marah seperti ini." Rayhan kembali menatap Siti dengan tatapan mata berkabut. Siti hanya bisa menunduk malu mendengar semua ucapan pria tampan di depannya. Sebelumnya, ia merasa jika Rayhan hanya ingin memanfaatkan keadaannya saja, akan tetapi setelah melihat perubahan wajah Rayhan yang menjadi gelap, ia jelas merasakan bahwa dia telah salah sangka.

  • The Story Between Us   Ancaman Sizuka

    Rayhan terlonjak kaget dari tempatnya. Dirinya tidak menyangka dokter muda itu berani membentaknya, CEO perusahaan tempat dokter itu bertugas. "Apa-apaan kau berteriak-teriak padaku? Apa kau lupa siapa aku?" Rayhan menatap dokter muda itu dengan nyalang. Ingin rasanya ia menelan pria muda itu hidup-hidup. Kesal sekali rasanya. "M-Ma-aaf, Tuan. M-maafkan saya. Tapi, jika Tuan terus berbicara dan terus mengancam saya, bagaimana saya bisa memulai pemeriksaan pada nona ini? Tuan lihat saja, wajah nona ini semakin pucat. Saya khawatir kita tidak punya banyak waktu untuk menyelamatkannya." Ucapan dokter muda itu membuat Rayhan panik. "Apa maksudmu berkata demikian? Sudah sana, cepat kau periksa!" Rayhan berdiri tepat di samping dokter itu, mengawasi setiap tindakan yang dilakukan pria berkacamata yang kini tengah sibuk memeriksa pupil mata Siti. Setelah mengecek semuanya, dokte

  • The Story Between Us   Ada Apa Denganmu?

    Arken menyerahkan kunci mobilnya kepada Yuda dan duduk di samping pria itu, sednagkan Siti duduk sendiri di kursi penumpang. Sirna sudah rencananya untuk bercengkerama dengan Siti. Maksud hati ingin berbagi cerita, sekedar mendengar suara Siti dari dekat, justru kini ia harus puas duduk di depan terpisah dengan Siti yang duduk di belakang. Kehadiran Yuda di tengah-tengah mereka membuat Arken merasa kikuk untuk memulai percakapan . Ia khawatir, pria yang saat ini sedang berkonsentrasi di belakang kemudi akan melaporkan semua yang ia bicarakan dengan Siti. “Apakah Pak Arya juga sudah tahu kita akan mengecek lokasi kantor untuk proyek baru?” Yuda melirik ke arah Arken yang sedang sibuk dengan pikirannya sendiri. “Apa? Kau tanya apa barusan?” Arken menoleh ke arah Yuda yang kembali menatap jalanan di depannya. “Pak Arya. Apakah akan menyusul kita?” “Oh, tidak. Dia baru akan m

  • The Story Between Us   Proyek Baru

    "Kau akan kembali kemari setelah berada satu minggu di sana. Sepulang mu dari kantor di kota X, kau transfer lagi pekerjaan di kota X ke Siti. Minggu berikutnya, Siti yang akan bekerja di kota X dan kau kembali bekerja di sini, seperti semula." Siti yang mendengar percakapan dua pria itu, merasa pening sendiri. Sebenarnya, pekerjaan apa yang menjadi tanggung jawabnya? Mengapa perasaannya tidak enak? "Apa kau sudah paham yang kumaksud?" Rayhan memperhatikan Yuda lalu melihat ke arah Siti yang sedang menatap ke arahnya. "Kau boleh ke luar sekarang. Jangan lupa untuk menghubungi Arken. Katakan padanya besok kau akan datang ke sana." Yuda segera meninggalkan ruangan Rayhan. Kini, tinggallah Siti di ruang besar itu. Rayhan menghampiri Siti yang masih terus menatap dirinya. "Ada apa?" Rayhan menarik Siti duduk b

  • The Story Between Us   Keputusan Berat Rayhan

    "Apa yang sebenarnya ada dalam otak kalian ketika kalian sampai di gedung ini?" Suara Rayhan langsung menggema ke seluruh penjuru ruang. Semua tertunduk dalam diam. Apes mereka hari ini. Pimpinan mereka sedang dalam suasana kalut. Secara tidak terduga, progres proposal yang dulu pernah mereka ajukan, tidak menunjukkan perkembangan yang baik. Mereka tidak pernah tahu atau pura-pura tidak tahu, jika bos mereka benar-benar mengawasi pekerjaan mereka. "Beberapa waktu yang lalu, tiga atau empat divisi mengajukan proposal secara bersamaan, tetapi dari keempat-empatnya, tidak ada satu pun yang mampu membuat saya dengan cepat menggoreskan tinta mahal saya di atasnya. Tahu mengapa?" Hening. Tidak ada yang bersuara. Bahkan bernafas pun mereka lakukan dengan sembunyi-sembunyi. "Karena proposal kalian zonk. NOL BESAR. Tidak berisi. Bahkan ada proposal yang ju

  • The Story Between Us   Rapat Dadakan

    Rayhan dan Arken berteriak secara bersamaan. Rayhan tidak terima dengan keputusan sepihak papanya. "Tidak bisa, Pa! Sizuka itu sekretaris pribadi Ray, jadi tidak bisa Papa main tunjuk sesuka hati Papa. Atasan Sizuka itu Ray. Itu artinya harus ada persetujuan dari Ray untuk mengikutsertakan Sizuka dalam suatu proyek." Senyum yang semula mengembang di wajah Arya, langsung sirna, mendengar keberatan Rayhan. Arken pun diam membisu. Rayhan memang benar. Tanpa ijin darinya, Sizuka tidak bisa diikutsertakan dalam proyek mana pun. Ardan menghela nafasnya. "Kalau begitu, carilah seserorang yang bisa menjadi sekretaris untuk Arya atau mungkin kau sendiri saja yang memegang proyek itu." Rayhan mendengus kesal. Ujung-ujungnya dia lagi yang harus turun tangan sendiri. "Bagaimana dengan Arken? Arken juga tidak kalah he

  • The Story Between Us   Pelaksana Proyek

    "Hai, Arken!" sapa Rayhan dengan sikapnya yang biasa. Ia tidak akan memperlihatkan seberapa cemburu dirinya, ketika ia, dengan mata kepalanya sendiri, mendapati sorot mata Arken kepada Siti, yang tidak biasa. "Ray..." Arken memaksakan dirinya tersenyum. Ia mengalihkan tatapannya ke arah Rayhan, lalu kembali menatap Siti dan menyapa ringan gadis itu. "Sizuka... Apakabar?" Arken mengajak Siti berjabat tangan. Yang langsung disambut Siti sebentar dan melepaskannya segera. Rayhan sebenarnya ingin menghalau tangan Arken, namun melihat Siti yang dengan cepat menyambut tangan Arken, menjabat tangan itu sebentar, dan segera melepaskannya, membuat amarahnya tidak bertahan lama. Perasaan Siti, sejujurnya, jungkir balik tidak karuan. Bukan karena menerima tawaran jabat tangan Arken, seorang pengusaha muda yang cukup sukses dengan kariernya, dan keluarganya. Tapi, lebih karena ia tengah b

DMCA.com Protection Status