Share

Kemana Sizuka?

Penulis: Lavender My Name
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Arken hari ini terpaksa harus menghadiri rapat pemegang saham di kantor pusat perusahaan, menggantikan sang papa yang masih berada di luar negeri. Dirinya sudah menelpon Arya berkali-kali agar mau menggantikan dirinya namun Arya tidak juga mengangkat telponnya. 

Seperti biasanya, Arken akan mampir membeli beberapa roti untuknya sarapan pagi. Mobil sport putihnya ia parkir persis di depan pintu masuk MCC. Ia melangkah masuk, mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang sudah beberapa hari ini tidak bertemu dengannya. Ia berjalan mengitari semua rak makanan yang ada di outlet itu, namun sosok yang ia cari tidak juga ia temukan. Ketika ia sampai di rak puding, tempat terakhir yang biasanya ia tuju ketika tidak juga menemukan gadis yang ia cari, ia hanya menemukan sosok gadis lain.

"Selamat Pagi, Tuan.. Ada yang bisa saya bantu?" tanya gadis itu, mengucapkan sapaan khas di outlet itu.

"Ehm, shift paginya ada pergantian petugas ya?" tanya Arken, jauh dari

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Story Between Us   Rasa Penasaran Arken

    Arken melangkah keluar dari ruangannya. Dirinya masih terngiang-ngiang dengan yang dikatakan Arya di ruang rapat tadi. Sizuka sekarang bekerja di kantor Rayhan? Setengah tidak percaya, Arken menyimak cerita Arya siang itu hingga tuntas. Melirik jam tangan yang melekat erat di tangan kanannya, Arken meninggalkan ruangannya. Ia masih ada janji untuk bertemu klien di tempat lain. Keinginannya untuk makan siang dengan Rayhan, terpaksa ia tunda dulu. Meeting kali ini memiliki arti penting untuknya. Mobilnya berhenti tepat di depan sebuah cafe. Ia keluar dari mobilnya dan melangkah masuk cafe tersebut. Seorang pramusaji menyambut kedatangannya dan mempersilahkan dirinya untuk masuk ke ruang yang ia maksud. Arken duduk di kursi yang terletak tepat di pojok ruangan itu. Sambil menunggu kliennya, Arken mencoba menghubungi nomor Rayhan. "Halo," suara Rayhan terdengar diantara suara beberapa orang di belakangnya. "Kau sedang sibuk

  • The Story Between Us   Apa Lagi Yang Ia Cari?

    Arken berjalan ke luar dari kantor Rayhan. Harapannya bertemu dengan sosok yang dipanggil istri oleh Rayhan, sirna sudah. Rayhan seakan dapat membaca maksud kedatangannya, sehingga pria itu membawa Arken ke ruang rapat, bukan ruang kerjanya seperti yang selama ini ia lakukan. Arken merasa curiga. Ada yang disembunyikan Rayhan darinya. Apakah sosok sitri Rayhan itu adalah sosok yang ia kenal? Arken terus saja memikirikan hal itu, hingga tanpa terasa dirinya sudah sampai di parkiran tempat ia memarkirkan mobilnya. Ia membawa pergi mobilnya meninggalkan perkantoran elit itu, kembali ke rumah orang tuanya, membawa rasa penasaran yang besar terhadap sosok istri Rayhan, dan pertanyaan mengapa dirinya tidak diundang Rayhan jika memang lelaki itu sudah menikah. -0- Rayhan berjalan kembali menuju ruang kerjanya, setelah bayangan Arken menghilang ke dalam lift. Dirinya merasa curiga dengan kedatangan Arken kali ini. Karena tidak mau kecolongan seperti kemarin, Rayhan mem

  • The Story Between Us   Siapa Kau?

    Pagi itu Siti, sudah berjalan keluar dari rumahnya, dan mulai menunggu taksi online yang sudah ia pesan sebelumnya. Kali ini ia berangkat dengan hati riang. Semalam Mama Ray begitu memanjakannya. Mereka langsung pulang setelah kedatangan perempuan anggun itu ke kantor Rayhan. Dengan seenaknya, Mama Ray menyuruh Ray untuk mengakhiri lembur malam itu. Ia mengajak Siti berjalan-jalan sebentar dengan Rayhan sebagai sopirnya. Pria itu diam tak berkutik. Sama sekali tidak mampu melawan perintah sang mama. Dengan pasrah ia membawakan seluruh kantung belanja milik mamanya dan Siti. Siti hanya bisa tertawa dalam hati dan sesekali memandang kasihan kepada pria itu. Tanpa sepengatahuan Siti, ada seseorang yang tengah mengawasinya. Orang itu berdiri tidak jauh dari tempatnya berdiri. Dengan sesekali melempar pandangan ke sekelilingnya. Lelaki itu berjalan perlahan mendekati Siti, dan dengan sekali gerakan, lelaki itu menempelkan saputangan ke hidung Siti. Siti yang terkejut langsu

  • The Story Between Us   Tolooong!

    Siti mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia berusaha menyesuaikan penglihatannya yang sebelumnya tertutup sehelai kain hitam dengan pencahayaan ruangan itu. Aroma alkohol membuatnya merasa mual. Ia memandang sosok yang tengah berjongkok di hadapannya dengan wajah tertutup topeng kain berwarna hitam. "Siapa kau?" Siti memandang tajam sosok di depannya dengan rasa takut. Ia merasa hawa jahat sedang menyelimuti laki-laki di depannya. Laki-laki itu justru menyeringai di balik topengnya. Ia menikmati setiap perubahan yang terjadi di wajah Siti. Ia lantas tertawa, yang membuat Siti semakin merasa terancam. Setiap suara yang terdengar dari laki-laki itu, membuat bulu kuduk Siti berdiri. Seluruh tubuhnya terasa lemas tak bertulang. Gadis itu tidak berani membayangkan dirinya akan menjadi mangsa lelaki gila ini. "Tidakkah kau hafal dengan suaraku, Cantik?" Siti meneguk air liurnya sendiri, berusaha mengingat pemilik suara. Lelaki itu kemudian menghela na

  • The Story Between Us   Salah Memilih Korban

    "Kauuuu!" seru Rayhan dengan suara penuh emosi dan bercampur amarah yang kembali meluap. Kakinya kembali menendang tubuh yang sudah tidak lagi bergerak. Yuda buru-buru menarik tubuh Rayhan dari sana. Jangan sampai atasannya itu kalap dan berubah menjadi pembunuh. "Bos, cukup. Sekarang lihatlah Nona," ujar Yuda menyadarkan Rayhan. Mendengar perkataan Yuda, Rayhan segera menghampiri Siti yang kini tubuhnya sudah ditutupi dengan jas milik Yuda. Rayhan mengganti jas Yuda dengan jas miliknya yang tentu saja ukurannya lebih besar sehingga lebih bisa menutupi semua bagian tubuh Siti yang sempat terekpos. Siti memejamkan matanya, merasa malu karena kondisinya yang begitu mengenaskan. Ia tidak berani menatap Rayhan. Tangisan lirihnya membuat Rayhan merasa tersayat hatinya. Berulang kali ia memaki-maki pria itu. Ingin rasanya ia kembali menghajar pria itu hingga tidak lagi bernyawa. Tanpa pikir panjang Rayhan menggendong Siti, membawa gadis itu menuju mobilnya. Yuda justru sed

  • The Story Between Us   Menikahlah Denganku

    Rayhan segera menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Apa yang ia dengar dari mamanya tentang Sizuka baru saja, membuatnya merasa cemas. Trauma. Tampaknya gadis itu trauma untuk disentuh oleh orang lain. Tidak sampai dua puluh menit, mobilnya sudah masuk kembali terparkir dalam garasi luas rumah orang tuanya. Ia keluar dengan langkah lebar dan cepat, seakan berburu dengan waktu, hanya demi bisa melihat dan mengetahui keadaan Siti sesegera mungkin. Langkahnya kian mendekati kamarnya, ketika terdengar lagi tangisan histeris Siti. Rayhan membuka pintu kamarnya dengan segera, namun ia tidak mendapati seseorangpun disana melainkan isakan tangis yang berasal dari kamar mandinya. Tanpa pikir panjang, Ia membuka pintu kamar mandi itu yang ternyata tidak terkunci dan mendapati Siti dan sang mama di dalamnya. Siti jatuh terduduk di depan cermin toilet kamar mandi mewah itu. Dirinya mengosokkan kedua tangannya ke tubuhnya yang terdapat luka bekas gigitan yang kini mulai membiru,

  • The Story Between Us   Keinginan Rayhan

    "Menikahlah denganku," ucap Rayhan mengulangi permintaannya, sambil menatap Siti lembut. Siti membisu. Lidahnya kembali kelu dan tidak mampu mengucap sepatah kata pun. Ia terpaku pada suara Rayhan yang begitu lembut menyapa telinganya. Ingin ia memberi jawaban saat ini juga, akan tetapi rasa malu lebih menguasai dirinya. Ia hanya mampu menundukkan kepala, tidak mampu berkata apa pun. Rayhan tersenyum tipis. Melihat rona merah di wajah Siti, dirinya maklum, mungkin ia juga terlalu dini mengungkapkan keinginan yang sudah begitu lama ia tahan. Kejadian hari ini, juga menjadi salah satu alasan mengapa dirinya begitu ingin segera menikahi Siti. Ponselnya berdering, dari Yuda. "Halo." *Bos, Saya sekarang dalam perjalanan menjemput orang tua Nona. "Oke. Hati-hati. Laporanmu aku tunggu di ruang kerjaku nanti." *Siap, Bos. Rayhan kembali mengantongi ponselnya, dan kini hendak beranjak keluar dari kamarnya.

  • The Story Between Us   Apa Alasannya

    Siti mulai mengemasi semua pakaiannya ke dalam travel bag miliknya. Sudah satu minggu ini dirinya menginap di rumah keluarga Ardan dan selama seminggu itu juga Rayhan tidur dan beristirahat di ruang yang sama dengan Siti. Rayhan menjadi pria siaga yang selalu membantu Siti selama masa penyembuhan luka di tangan dan kakinya. Mama Ray sendiri sebenarnya ingin agar Siti tetap menginap sampai lukanya benar-benar sembuh, namun Siti yang merasa sungkan karena sudah begitu banyak merepotkan keluarga calon suaminya itu bersikeras untuk pulang ke rumah orangtuanya. Rayhan tidak berani memaksakan kehendaknya yang tidak jauh berbeda dengan sang mama. Dirinya yang sudah mendapat lampu hijau dari kedua orangtua Siti, saat ini sedang berusaha mengambil hati Siti, agar gadis itu bersedia untuk segera meresmikan hubungan mereka. "Sudah selesai berkemasnya?" tanya Rayhan berjalan masuk ke dalam kamarnya yang tidak dikunci. Ia melihat Siti sedang duduk di pinggir kasurnya. Pria

Bab terbaru

  • The Story Between Us   Keputusan Rayhan 2, Jawaban Siti

    Siti semakin panik, mendapat tatapan tak percaya dari Arken. "Maksudnya? Saya tidak tahu apa-apa," jawabnya semakin bingung. Sebenarnya pria menyebalkan itu punya rencana apa? Arken menghela nafasnya. "Oh. Ya, sudahlah. Aku rasa, aku tidak punya hak untuk memberitahumu. Mungkin ia akan menelponmu dan membicarakan hal ini padamu. Sekarang, kita konsentrasi cari rumah makan dulu. Aku belum sarapan sama sekali." Arken merasa tidak enak. Ia merasa tidak pantas membicarakan hal itu lebih jauh. "Apa Rayhan tidak ada di sini? Maksud saya, ehm, apakah dia sedang ada perjalanan bisnis ke suatu tempat atau kota?" Siti penasaran sekali. "Mungkin, sebentar lagi pria itu akan menelponmu dan kamu akan memiliki waktu pribadi untuk membicarakan urusan kalian." Arken mengatakan itu semua dengan susah payah. Setelah mengisi perut, sepuluh menit kemudian, mobil itu sudah terparkir di

  • The Story Between Us   Keputusan Rayhan

    Yuda berjalan tergesa sambil menenteng pesanan Siti. Ia mengetuk tiga kali pintu ruang atasannya lalu segera melangkah masuk tanpa menunggu jawaban dari dalam. Saat seperti ini, Rayhan tidak peduli dengan aturan yang ia buat ketika seseorang hendak masuk ke dalam ruangannya. Baginya, kesehatan Siti adalah segala-galanya. "Ini, Bos. Semua pesanan ada di dalam." Yuda meletakkan paperbag hitam itu ke meja kerja Rayhan yang saat itu sedang duduk termenung, sedangkan Siti sudah kembali ke dalam ruang privat Rayhan. "Menurutmu siapa yang layak aku jadikan asisten Arken dan Arya? Dirimu atau Sizuka?" Pertanyaan Rayhan ia ajukan tanpa melihat ke arah Yuda. Yuda terkejut. Asisten Arken dan Arya? Maksudnya? Yuda bertanya-tanya dalam hati. "Saya tidak berani menjawab, Bos. Semua terserah Bos. Baik saya mau pun Sizuka hanya bawahan, yang akan menuruti apa pun perintah atasannya."

  • The Story Between Us   Usulan Arya

    Rayhan menatap tajam Siti. Ia segera menghampiri gadis itu dan memegang tangan kiri Siti yang belum sempat menarik lepas jarum infus dari tangan kanannya. "Mengapa dirimu ini susah sekali diberi tahu? Apakah semudah itu kau menyakiti dirimu setiap kali kemauan atau perkataanmu tidak diturutin? Jangan seperti anak kecil begini!" Rayhan menyentil kening Siti, ia mencoba menenangkan Siti agar tidak terlalu memikirkan ucapan emak. "Jika kau tidak ingin pulang bersamaku, kau bisa mengatakannya kan? Tidak perlu marah-marah seperti ini." Rayhan kembali menatap Siti dengan tatapan mata berkabut. Siti hanya bisa menunduk malu mendengar semua ucapan pria tampan di depannya. Sebelumnya, ia merasa jika Rayhan hanya ingin memanfaatkan keadaannya saja, akan tetapi setelah melihat perubahan wajah Rayhan yang menjadi gelap, ia jelas merasakan bahwa dia telah salah sangka.

  • The Story Between Us   Ancaman Sizuka

    Rayhan terlonjak kaget dari tempatnya. Dirinya tidak menyangka dokter muda itu berani membentaknya, CEO perusahaan tempat dokter itu bertugas. "Apa-apaan kau berteriak-teriak padaku? Apa kau lupa siapa aku?" Rayhan menatap dokter muda itu dengan nyalang. Ingin rasanya ia menelan pria muda itu hidup-hidup. Kesal sekali rasanya. "M-Ma-aaf, Tuan. M-maafkan saya. Tapi, jika Tuan terus berbicara dan terus mengancam saya, bagaimana saya bisa memulai pemeriksaan pada nona ini? Tuan lihat saja, wajah nona ini semakin pucat. Saya khawatir kita tidak punya banyak waktu untuk menyelamatkannya." Ucapan dokter muda itu membuat Rayhan panik. "Apa maksudmu berkata demikian? Sudah sana, cepat kau periksa!" Rayhan berdiri tepat di samping dokter itu, mengawasi setiap tindakan yang dilakukan pria berkacamata yang kini tengah sibuk memeriksa pupil mata Siti. Setelah mengecek semuanya, dokte

  • The Story Between Us   Ada Apa Denganmu?

    Arken menyerahkan kunci mobilnya kepada Yuda dan duduk di samping pria itu, sednagkan Siti duduk sendiri di kursi penumpang. Sirna sudah rencananya untuk bercengkerama dengan Siti. Maksud hati ingin berbagi cerita, sekedar mendengar suara Siti dari dekat, justru kini ia harus puas duduk di depan terpisah dengan Siti yang duduk di belakang. Kehadiran Yuda di tengah-tengah mereka membuat Arken merasa kikuk untuk memulai percakapan . Ia khawatir, pria yang saat ini sedang berkonsentrasi di belakang kemudi akan melaporkan semua yang ia bicarakan dengan Siti. “Apakah Pak Arya juga sudah tahu kita akan mengecek lokasi kantor untuk proyek baru?” Yuda melirik ke arah Arken yang sedang sibuk dengan pikirannya sendiri. “Apa? Kau tanya apa barusan?” Arken menoleh ke arah Yuda yang kembali menatap jalanan di depannya. “Pak Arya. Apakah akan menyusul kita?” “Oh, tidak. Dia baru akan m

  • The Story Between Us   Proyek Baru

    "Kau akan kembali kemari setelah berada satu minggu di sana. Sepulang mu dari kantor di kota X, kau transfer lagi pekerjaan di kota X ke Siti. Minggu berikutnya, Siti yang akan bekerja di kota X dan kau kembali bekerja di sini, seperti semula." Siti yang mendengar percakapan dua pria itu, merasa pening sendiri. Sebenarnya, pekerjaan apa yang menjadi tanggung jawabnya? Mengapa perasaannya tidak enak? "Apa kau sudah paham yang kumaksud?" Rayhan memperhatikan Yuda lalu melihat ke arah Siti yang sedang menatap ke arahnya. "Kau boleh ke luar sekarang. Jangan lupa untuk menghubungi Arken. Katakan padanya besok kau akan datang ke sana." Yuda segera meninggalkan ruangan Rayhan. Kini, tinggallah Siti di ruang besar itu. Rayhan menghampiri Siti yang masih terus menatap dirinya. "Ada apa?" Rayhan menarik Siti duduk b

  • The Story Between Us   Keputusan Berat Rayhan

    "Apa yang sebenarnya ada dalam otak kalian ketika kalian sampai di gedung ini?" Suara Rayhan langsung menggema ke seluruh penjuru ruang. Semua tertunduk dalam diam. Apes mereka hari ini. Pimpinan mereka sedang dalam suasana kalut. Secara tidak terduga, progres proposal yang dulu pernah mereka ajukan, tidak menunjukkan perkembangan yang baik. Mereka tidak pernah tahu atau pura-pura tidak tahu, jika bos mereka benar-benar mengawasi pekerjaan mereka. "Beberapa waktu yang lalu, tiga atau empat divisi mengajukan proposal secara bersamaan, tetapi dari keempat-empatnya, tidak ada satu pun yang mampu membuat saya dengan cepat menggoreskan tinta mahal saya di atasnya. Tahu mengapa?" Hening. Tidak ada yang bersuara. Bahkan bernafas pun mereka lakukan dengan sembunyi-sembunyi. "Karena proposal kalian zonk. NOL BESAR. Tidak berisi. Bahkan ada proposal yang ju

  • The Story Between Us   Rapat Dadakan

    Rayhan dan Arken berteriak secara bersamaan. Rayhan tidak terima dengan keputusan sepihak papanya. "Tidak bisa, Pa! Sizuka itu sekretaris pribadi Ray, jadi tidak bisa Papa main tunjuk sesuka hati Papa. Atasan Sizuka itu Ray. Itu artinya harus ada persetujuan dari Ray untuk mengikutsertakan Sizuka dalam suatu proyek." Senyum yang semula mengembang di wajah Arya, langsung sirna, mendengar keberatan Rayhan. Arken pun diam membisu. Rayhan memang benar. Tanpa ijin darinya, Sizuka tidak bisa diikutsertakan dalam proyek mana pun. Ardan menghela nafasnya. "Kalau begitu, carilah seserorang yang bisa menjadi sekretaris untuk Arya atau mungkin kau sendiri saja yang memegang proyek itu." Rayhan mendengus kesal. Ujung-ujungnya dia lagi yang harus turun tangan sendiri. "Bagaimana dengan Arken? Arken juga tidak kalah he

  • The Story Between Us   Pelaksana Proyek

    "Hai, Arken!" sapa Rayhan dengan sikapnya yang biasa. Ia tidak akan memperlihatkan seberapa cemburu dirinya, ketika ia, dengan mata kepalanya sendiri, mendapati sorot mata Arken kepada Siti, yang tidak biasa. "Ray..." Arken memaksakan dirinya tersenyum. Ia mengalihkan tatapannya ke arah Rayhan, lalu kembali menatap Siti dan menyapa ringan gadis itu. "Sizuka... Apakabar?" Arken mengajak Siti berjabat tangan. Yang langsung disambut Siti sebentar dan melepaskannya segera. Rayhan sebenarnya ingin menghalau tangan Arken, namun melihat Siti yang dengan cepat menyambut tangan Arken, menjabat tangan itu sebentar, dan segera melepaskannya, membuat amarahnya tidak bertahan lama. Perasaan Siti, sejujurnya, jungkir balik tidak karuan. Bukan karena menerima tawaran jabat tangan Arken, seorang pengusaha muda yang cukup sukses dengan kariernya, dan keluarganya. Tapi, lebih karena ia tengah b

DMCA.com Protection Status