Home / Romansa / Partner In Crime / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Partner In Crime: Chapter 11 - Chapter 20

131 Chapters

Pendanaan Terlarang

***Violet, ia datang melihatku bangun tanpa sehelai benang apa pun yang menempel. Wanita maniak pria atletis itu pasti sangat berhasrat ketika melihat tubuhku yang ia dambakan sejak lama.“Aku … biasa tidur dengan bertelanjang,” ucapku.“Oh apa itu kebiasaan atau memang suhu di ruangan ini cukup panas?” tanya Violet.Aku bangkit dari atas kasur dan memakai celana dalam dan celana pendek untuk menutupi daerah privasiku. Violet masih menunggu di ruang tengah dengan kedua lirikan mata yang masih memandang ke arah tonjolan di antara selangkanganku.“Apa kamu mau aku membantumu?” tanya Violet, dengan wajah malu-malu menunjuk kearah selangkanganku.“Tidak perlu. Apa ada urusan penting sampai kamu datang kemari?” tanyaku.“Oh iya, Aku datang ingin membawakanmu dokumen terkait identitas dari Budi. Ada beberapa hal yang mungkin bisa kamu lihat di dalamnya,” ucap Violet sambil
Read more

Berkas

***“Apa hubunganmu dengan mereka?” tanya pria tersebut, dengan wajah yang cukup memar karena beberapa kali kupukul dengan keras.“Kurasa kau tidak perlu tahu urusanku dengan mereka. Kau hanya perlu menjawab apa kau berada di balik pendanaan ilegal ini?”Aku tidak perlu bertanya lebih jauh lagi, ototku lebih banyak bereaksi dibandingkan otakku. Jika ia masih enggan menjawab, aku bisa saja menghantam wajah pria busuk itu dengan kepalan tanganku.“Aku tidak perlu memberitahumu tentang itu, lagi pula kalian tidak akan bisa pulang ketika menginjakan kaki di rumah ini.” Pria itu mengancam dengan wajah yang menegang, kedua matanya melotot tajam kearahku mencoba mengintimidasi hati nuraniku untuk mengampuninya.“Tuan Revan, ini percuma.”Violet datang setelah mendengar keriuhan di balik pintu ruang kerja Budi. Wanita itu menduga kalau orang di tempat ini mulai curiga karena Budi yang tak lekas datang
Read more

Penjaga Para Tetua

***Mereka membawaku masuk ke sebuah gang sempit, di dekat pertokoan besar yang tersambung dengan rute jalan utama Ibukota. Mereka berjalan dibelakang dengan beraturan, tak ada satu orang pun yang kukenali dari mereka semua.“Siapa kalian?” tanyaku berkali-kali. Namun, mereka masih diam membisu seolah-olah mengacuhkanku.Beberapa langkah dari gerbang awal gang tersebut, mataku berjumpa dengan sebuah rumah kecil, sempit dan kumuh tepat di belakang pertokoan megah Jakarta. Rumah itu tampak kosong dan sunyi, seperti tak ada tanda kehidupan di dalamya.“Tunggu di sini.”Dua dari lima orang di belakangku mulai masuk ke rumah tersebut, mereka menyalakan senter dan mulai mencari sesuatu yang tak kuketahui.Datang setelah 5 menit berlalu, mereka membawa sepucuk surat yang tampak berdebu. Surat tanpa tujuan pengirim, hanya ada prangko kuno yang terpasang dan diduga berasal dari tahun 90-an.“Ia menitipkan ini pada
Read more

Teman dan sahabat

***Tiara datang ke kontrakanku tepat pukul 7 malam, ia masih mengenakan seragam detektifnya dan terlihat keringat mulai mengalir dari ujung kepalanya. Entah kenapa, aku sangat suka melihatnya bermandikan keringat seperti itu.“Apa kamu berlari untuk datang ke sini?” tanyaku sembari menjulurkan handuk kering padanya.“Entahlah, rasanya tubuhku ini sangat gerah sejak tadi siang.”“Mungkin kamu jarang berolahraga belakangan ini,” ledekku, ia mencubit pelan pinggangku dan berjalan dengan anggun masuk ke kamar.Kuraih beberapa sayuran dan daging dari plastik belanjaan, aku sempat membelinya di swalayan terdekat sepulangnya aku dari restoran Jepang. Kubeli kol, sawi, bawang, cabe, dan sayuran lainnya, sengaja kubeli banyak variasi karena kupikir Tiara sangat menyukai sayur-sayuran.“Mandilah, aku akan mempersiapkan makan malam,” ucapku.Tiara mengiyakan dari balik pintu kamar, terdengar suara
Read more

Sutan dan Penggerebekan

***Nathan ikut bersama kami untuk bertemu dengan Sutan. Selama di perjalanan, Violet tak hentinya terus menggoda pria tampan tersebut, hingga Nathan berkeluh kesah padaku tentang sikap wanita yang duduk di sampingnya.“Dia wanita paling cerdas dan licik di Cincin Hitam, anggap saja sebagai salam perkenalan darinya.”Nathan melongo sambil terus mencoba menjauh dari Violet, entah kenapa aku merasa kasian padanya, ia tipe pria yang sama sekali tidak suka ketika dirinya digoda, tapi ia juga tipe pria yang tak bisa kasar pada wanita. Sungguh momen dilematis yang sangat membingungkan.“Violet, di mana posisi Sutan sebenarnya?” tanyaku, wanita itu segera teralihkan dan mulai membuka peta di ponselnya.Ia mengirimkan kepadaku sebuah peta yang menunjukan koordinat dari pesan enkripsi yang sudah Violet buka, terlihat pesan singkat yang berisi “Bertemu, bayar, lupakan”. Aku yakin, pesan ini pasti ditujukan kepada pelanggan
Read more

Aliansi Baru

*** Cukup lama kami berlindung di balik batu dan pohon, menghindari peluru-peluru panas yang keluar dari senapan mereka. Sungguh sambutan yang tak terduga kami dapatkan malam itu. “Apa kita akan terus bersembunyi di sini? Atau kita akan pergi melawan?” tanya Nathan, ia mengeluarkan revolver dari saku celananya, begitu juga dengan dua buah granat peledak yang tengah ia pegang. “Tunggu! Kita jangan menyerang mereka, mereka justru tengah memancing kita, apakah kita bersenjata atau tidak,” ucapku dengan banyak memikirkan segala kemungkinan dari kejadian yang telah terjadi. Nathan mengangguk, ia menurunkan kembali revolvernya dan menyimpan dua buah peledak itu ke dalam saku jasnya kembali. Ia tengah berlindung tepat di depan kananku, bersama Violet yang berada di dalam genggamannya, sedangkan Reno terpisah dengan kami, ia berlindung seorang diri di balik pepohonan dengan wajah tegangnya. “Sial! Kami akan kehabisan waktu jika terus bersembunyi seper
Read more

Berpencar untuk bersatu

***Aku pergi ke kediaman Violet untuk sementara waktu, bersama Nathan dan Reno untuk mencari tahu identitas dari pembunuh di dalam daftar yang Sutan berikan. Hal ini tentu sangat mendadak membuat Tiara begitu marah ketika mendengarnya, ia mengatakan kalau dirinya sudah mempersiapkan makan malam untukku.“Aku minta maaf, lain kali aku akan membalas semuanya, tenang saja,” ucapku dengan lembut,  via telepon ketika Tiara menghubungiku malam itu.“Terserah kamu saja, aku tidak peduli!” erang Tiara, tak lama wanita itu langsung menutup panggilan teleponnya.“Ah, aku mencium bau-bau pertengkaran di sini,” ledek Nathan.“Bisakah kamu diam?”“Tentu, aku tidak ingin pertengkaran barusan merembet hingga ke tempat ini,” kelakar Nathan, Violet yang berada di sampingnya tak kuasa menahan tawa.“Sudahlah, lama-kelamaan juga ia akan kembali membaik. Mungkin malam ini moodnya yan
Read more

Cari dan temukan

Kuikuti sumber suara tersebut, tak terduga ternyata suara dan kalimat tersebut berasal dari Reno yang berada di tepi kolam renang. Posisi pria itu tengah membelakangiku tanpa tahu keberadaanku saat itu.Tapi untuk menghindari kecurigaan Reno, kusimpan dugaan ini dalam-dalam dan menyapa pria itu dengan hangat.“Apa yang sedang kamu lakukan di sini?” tanyaku, kujulurkan kopi hangat yang berada di genggamanku padanya.“Tuan Revan, ada anggotaku yang perlu tahu tentang rencana yang kita buat tadi,” balas Reno, ia meraih gelas tersebut dan meminumnya bersamaan denganku.“Begitukah? Anggota tentunya perlu tahu tentang rencana yang akan kita laksanakan, bukan?”“Tentu, Tuan. Ini demi menyukseskan rencana kita, semua unsur perlu tahu tentangnya,” balas Reno sembari tersenyum.Aku menduganya, Reno adalah orang yang pandai merangkai kata, jika ia tidak menjadi ajudanku, mungkin saja ia sudah menjadi seor
Read more

Ancaman untuk Cincin Hitam

*** Mereka membawa kami mengunjungi sebuah tempat yang cukup jauh dari Ibukota, aku tidak tahu apa yang mereka rencanakan, tapi jika situasi memburuk, aku bisa mengirim sinyal kepada anggota yang ikut bersamaku. Kini, posisiku dengan Gisele tidak menguntungkan. Aku dengannya di pisahkan antara dua mobil sedan hitam, dengan tegas kukatakan pada mereka untuk menjamin keselamatan wanita tersebut. Mereka mengangguk setuju. “Pimpinan kami ingin mengatakan sesuatu padamu,” ucap seorang pria yang duduk di kursi depan, ia masih menatap jalanan meski tengah berbicara denganku. “Pimpinan? Terdengar begitu resmi, aku tidak bisa menduga siapa kalian ini sebenarnya,” balasku dengan angkuh. Benar, aku harus bersikap kuat saat ini jika tidak ingin mereka meremehkanku. “Kamu akan mengetahuinya sebentar lagi.” Pria itu berbalik dan memerintahkan kedua anak buahnya untuk menutup wajahku menggunakan kain hitam yang begitu pekat. Aku tidak bisa melihat ap
Read more

Konfrontasi Orang Luar

Tak kusangka, seseorang yang justru kuakui sebagai salah satu petinggi yang mumpuni kini berencana untuk merebut Cincin Hitam dalam genggamanku. Benar, ia tumbuh dan berkembang di Indonesia sembari melihat aktivitas mafia yang kulakukan. “Kau! Aku tidak menyangka kau mengincar posisiku saat ini.” “Jangan naif, aku hanya ingin membentuk Cincin Hitam yang lebih baik dan lebih bermartabat dibanding saat kau memimpin,” ucap Soo, ia tersenyum menyeringai seolah-olah berkata dengan lantang “Akulah pemenangnya”. Tapi akan kupastikan ia tidak bisa mengambil Cincin Hitam dariku, jika kulakukan sesuai peraturan organisasi. Aku akan mengangkat beberapa orang lagi sebagai seorang eksekutif dan menjegalkan langkah Soo untuk mengambil alih. “Para eksekutif ini, kamu pasti hapal salah satu atau mungkin mereka semua. Dalam gelap, mereka terus saja menghambur-hamburkan uang, melecehkan para wanita dan memainkan uang di pasaran,” keluh Soo, aku tidak mengerti apa yang
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status