Semua Bab Finding the Sun (Bahasa Indonesia): Bab 31 - Bab 40

101 Bab

31. Keluarga

Tepat saat Satria sudah pasrah. Mobil tersebut berhenti di depannya. Ternyata tuhan masih memberikannya waktu. Segera orang-orang bergerombol di sana untuk membantu Satria. Badannya sakit. Namun dia masih mencoba untuk berdiri. Rasa sakitnya tidak dirasa, karena menurutnya akan bertambah sakit saja.   Usahanya gagal. Badannya sulit digerakan.Perlahan banyak orang berkumpul di sana. Sampai akhirnya mobile ambulance datang dan cepat-cepat membawanya ke rumah sakit terdekat. Tidak lupa juga dicari identitasnya untuk menghubungi sanak saudaranya.Di kamar rumah sakit, seorang dokter berjalan ke arahnya. Dia sudah diperiksa. Dokter tersebut tersenyum ramah. Di belakangnya berdiri Nini dan Gita. Rupanya pihak rumah sakit berhasil menghubungi rumah. Setelah dokter mengatakan bahwa Satria bisa pulang besok ketika lebih baik mereka berdua bernafas lega.“Mana mama?” Tanya Satria kepada mereka berdua.Gita hanya terdiam dan tersenyum kecut. D
Baca selengkapnya

32. Kejujuran

Amara memasuki kamar tempat Satria menginap. Hari itu sudah jam delapan malam. Di samping tempat tidurnya ada Nini. Nini tersenyum kepada Amara kemudian berdiri untuk menyapa. Amara dengan peka memegang tangan Nini lalu mencium punggung tangannya. Awalnya Amara mengira dia adalah ibunya.“Siapa ini ya?” Tanya Nini ramah.“Saya Amara Ni, teman Satria.” Kata Amara.“Saya Nini, yang ngasuh Aden dari kecil. Mau nengok ya Neng. Tapi si Aden lagi tidur. Dibangunin aja kali yah?” Kata Nini.Amara cepat mencegah Nini membangunkan Satria.“Gausah Ni. Saya ga lama juga ko lagian ga enak bangunin Satria pas lagi sakit.” Kata Amara.Nini mengangguk. Kemudian dia melihat jam yang terletak di dinding kamar. Nini kemudian memegang tangah Amara.“Neng, Nini mau minta tolong sebentar ya.” Kata Nini.Amara kaget. Tapi dari sorot mata Nini, dia mengetahui bahwa Nini sangat membutuhkan ba
Baca selengkapnya

33. Kekhawatiran Seorang Ibu

 Keesokan harinya Satria sudah merasa baikan. Dia ingin pulang ke rumah. Namun Nini menahannya karena dokter bilang ada baiknya dirawat sampai lusa. Satria bilang dia tidak betah di rumah sakit dan ingin segera membuat kopi.“Masa aden abis kecelakaan langsung kerja lagi?” Tanya Nini sambil mengomel.Satria tertawa melihat tingkah Nini. Karena jarang pulang dia jarang mengobrol lama dengan nini lagi. Namun dia lega ada Nini yang menemaninya di rumah sakit. Sementara kedua orangtuanya batang hidungnya belum terlihat. Meskipun demikian Mega yang tidak lain adalah ibu dari Satria sempat menelponnya menanyakan kabar. Mega bilang setelah mengantarkan laporan dinas ke kampus tempatnya bekerja dia akan mengunjungi Satria di rumah sakit.“Kata dokter kan boleh pulang kalau ngerasa baikan Ni.” Kata Satria.“Terus aden tinggal di rumah kan?” Tanya Nini.“Di kosan lah.” Jawabnya.Nini menggelengkan k
Baca selengkapnya

34. Terciduk

Satria kemudian memegang tangan ibunya. Dicium punggung tangan ibunya. Kemudian dia tersenyum ke arah sang bunda.“Mah…!” Panggilnya lembut.Mega yang dipanggil demikian menjadi luluh. Namun dia memiliki gengsi yang lumayan tinggi. Jadi dia memilih diam saja tidak bicara apapun.“Satria ngelakuin ini semua bukan karena benci Papa apalagi Mama.” Kata Satria.Mega masih terdiam. Demikian pula dengan Nini.“Satria ngelakuin ini karena Satria sayang sama keluarga. Satria tahu udah dibiayain sejauh ini sama Papa sama Mama juga.” Kata Satria.Mega menahan tangisannya. Namun dia masih enggan untuk berbicara.“Satria hidup sendiri buat ngebuktiin ke Papa, kalau walaupun hidup susah tapi kita masih bisa berdiri. Satria berjuang buat penuhin kebutuhan Satria sendiri semuanya demi Papa.” Kata Satria lagi.Mega masih menahan tangisannya. Nini langsung memegang bahu Mega. Untuk menegark
Baca selengkapnya

35. Hampir Ketahuan

“Papa??!!!”Gita terlihat pucat pasi. Bukankah Papanya sedang ada rapat hari ini. kenapa bisa pulang cepat? Sementara dia melihat dirinya yang tanpa busana. Bagaimana cara dia menjelaskan ke papanya. Bagaimana jika Papanya membencinya? Kemudian membuangnya? Semua itu terlintas dalam benaknya.Bima yang melihat Gita panik, ikut panik juga pada akhirnya. Dia harus mencari tempat untuk bersembunyi atau nyawanya akan terancam. Ayah mana yang akan diam saja jika anaknya kepergok berduaan dengan laki-laki lain. Apalagi dia tidak menggunakan busana satu helai kain pun.Akhirnya Bima memberikan kode kepada Gita untuk memakai busana dengan cepat serta keluar pintu kamarnya. Gita yang mengerti akan kode dari Bima mengangguk dan dengan cepat melakukan semuanya.Tidak lama kemudian pintu kamar dibuka. Gita keluar dari kamar dan segera menutup pintu. Wajahnya terlihat gugup. Sementara sang ayah sedang berdiri tidak jauh dari pintu kamarnya.“A
Baca selengkapnya

36. Club Malam

“Dimakan buahnya jangan malu-malu!” Kata Mega sambil menyodorkan buah bingkisan Diana kepada Amara.Amara hanya tersenyum sambil menolak. Dia merasakan tatapan tidak enak dari Diana jika dia berani mengambil buah tersebut. Sejak awal kedatangannya Diana memperlihatkan wajah tidak senang. Amara sendiri kaget karena tidak menyangka Diana akan datang ke rumah sakit tempat Satria dirawat. Ada sedikit rasa khawatir dari diri Amara, apa jangan-jangan Diana selalu bertemu dengan Satria di sini?“Tante gatau kamu kenal sama anak tante sampe jauh-jauh jenguk kemari.” Kata Mega.“Iya tante, saya memang berniat menjenguk pulang makan siang. Namun ada sedikit kendala.” Kata Amara sambil menatap Diana.Diana yang tidak terima ditatap demikian, balas menatap Amara dengan tatapan sama angkuhnya. Bagi Diana seharusnya Amara tidak bertemu lagi dengan Satria jika memang dia tahu malu. Namun ternyata Amara tetap mendekati Satria, tentu sa
Baca selengkapnya

37. Menyebut Nama

Amara menemukan Bima. Dia sudah terkapar terkena efek jahat dari minuman beralkohol. Melihat Bima dalam keadaan mabuk, Amara hanya bisa mengelus dada. Ternyata benar, Bima kembali kepada kebiasaan lamanya. Rey hanya melihat Amara sambil cekikikan. Sejak awal mereka memang tidak terlalu akrab, Rey menilai Amara terlalu kaku dan Amara menilai Rey terlalu bebas.“Bima pake apa ke sini?” Tanya Amara.“Dia bawa mobilnya kok. Bawa aja.” Kata Rey.“Ga dianterin kamu?” Tanya Amara.“Dan gue harus ninggalin cewe yang gue boking? Ga deh. Kan ada lu. Anterin aja sana.” Kata Rey kemudian pergi.Amara hanya bisa melongo melihat Rey pergi. Menyisakan Bima yang setengah sadar sambil tertawa cekikikan di sana. Amara sebetulnya kecewa. Dia tidak tahu sebetulnya sudah berapa lama Bima diam-diam pergi ke tempat semacam ini di belakangnya. Memuakan memang!Akhirnya Amara membopong Bima keluar dari club malam terse
Baca selengkapnya

38. Pacar Satria

Gita memperhatikan foto itu baik-baik. Tidak salah lagi dia Amara. Orang yang Gita telepon agar membuatnya jauh dari Bima. Orang yang pernah ada di hati Bima, bahkan mungkin hingga sekarang. Orang yang membuat Bima memiliki perjanjian dengan Gita.“Kenapa?” Tanya Gita.“Kenapa apanya de?” Tanya Satria tidak paham.“Kenapa dia?” tanya Gita.“Kenapa dia? Kamu kenal memang de?” Tanya Satria.“Engga.” Jawab Gita setengah jujur. Memang dia tidak pernah mengobrol langsung dengan Amara, namun bukan berarti sepenuhnya dia tidak mengenal Amara.“Kamu gasuka?” Tanya Satria.“Mending sama ka Diana aja. Aku ga suka sama dia!” Jawab Gita singkat kemudian keluar kamar.Satria hanya melihat adiknya yang keluar kamar dengan kesal. Baru kali ini Satria melihat Gita tidak setuju dengan wanita pilihannya. Apakah memang Amara tidak baik untuknya?***
Baca selengkapnya

39. Sanggupkah?

Amara memasuki secangkir kopi. Langkahnya berat saat ini. Dia akan memberitahukan semuanya. Soal hubungannya dengan Bima, dan soal dia yang menembak Satria hanya untuk pelampiasan. Baginya semua salah Gita, jika wanita tersebut tidak ada maka semuanya tidak akan terjadi. Meskipun begitu Amara tahu jika Bima pun ikut andil. Namun kenapa? Kenapa sampai hari ini dia tidak bisa membenci lelaki sialan itu.  “Ka Amara?” Bunga, rekan satu kerja Satria menyapanya.  “Hai!” Balas Amara d
Baca selengkapnya

40. Ciuman Tak Terlupakan

“Benar ya?” Tanya Gita lagi. Hatinya senang sekali. Entah mengapa ada kepuasan tersendiri karena berhasil membuat Bima bersamanya. Namun dia sengaja mengatur mimik mukanya agar terlihat sedih. “Aku bukan penyebab kakak putus kan?” Tanya Gita. 
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status