Amara menemukan Bima. Dia sudah terkapar terkena efek jahat dari minuman beralkohol. Melihat Bima dalam keadaan mabuk, Amara hanya bisa mengelus dada. Ternyata benar, Bima kembali kepada kebiasaan lamanya. Rey hanya melihat Amara sambil cekikikan. Sejak awal mereka memang tidak terlalu akrab, Rey menilai Amara terlalu kaku dan Amara menilai Rey terlalu bebas.
“Bima pake apa ke sini?” Tanya Amara.
“Dia bawa mobilnya kok. Bawa aja.” Kata Rey.
“Ga dianterin kamu?” Tanya Amara.
“Dan gue harus ninggalin cewe yang gue boking? Ga deh. Kan ada lu. Anterin aja sana.” Kata Rey kemudian pergi.
Amara hanya bisa melongo melihat Rey pergi. Menyisakan Bima yang setengah sadar sambil tertawa cekikikan di sana. Amara sebetulnya kecewa. Dia tidak tahu sebetulnya sudah berapa lama Bima diam-diam pergi ke tempat semacam ini di belakangnya. Memuakan memang!
Akhirnya Amara membopong Bima keluar dari club malam terse
Selamat malam teman-teman aku minta maaf karena jarang banget update. aku mulai sibuk karena masalah pekerjaan. setelah lama nganggur sehabis kena pemberhentian kerja akhirnya aku dapat tempat kerja baru. kemaren-kemaren masih awal kerja, jadi banyak tugas numpuk. kedepannya aku bakal berusaha biar lebih sering update lagi ya~ sayang kalian semua para pembaca setia
Gita memperhatikan foto itu baik-baik. Tidak salah lagi dia Amara. Orang yang Gita telepon agar membuatnya jauh dari Bima. Orang yang pernah ada di hati Bima, bahkan mungkin hingga sekarang. Orang yang membuat Bima memiliki perjanjian dengan Gita.“Kenapa?” Tanya Gita.“Kenapa apanya de?” Tanya Satria tidak paham.“Kenapa dia?” tanya Gita.“Kenapa dia? Kamu kenal memang de?” Tanya Satria.“Engga.” Jawab Gita setengah jujur. Memang dia tidak pernah mengobrol langsung dengan Amara, namun bukan berarti sepenuhnya dia tidak mengenal Amara.“Kamu gasuka?” Tanya Satria.“Mending sama ka Diana aja. Aku ga suka sama dia!” Jawab Gita singkat kemudian keluar kamar.Satria hanya melihat adiknya yang keluar kamar dengan kesal. Baru kali ini Satria melihat Gita tidak setuju dengan wanita pilihannya. Apakah memang Amara tidak baik untuknya?***
Amara memasuki secangkir kopi. Langkahnya berat saat ini. Dia akan memberitahukan semuanya. Soal hubungannya dengan Bima, dan soal dia yang menembak Satria hanya untuk pelampiasan. Baginya semua salah Gita, jika wanita tersebut tidak ada maka semuanya tidak akan terjadi. Meskipun begitu Amara tahu jika Bima pun ikut andil. Namun kenapa? Kenapa sampai hari ini dia tidak bisa membenci lelaki sialan itu. “Ka Amara?” Bunga,rekansatukerjaSatriamenyapanya. “Hai!” Balas Amarad
“Benar ya?” Tanya Gita lagi.Hatinya senang sekali. Entah mengapa ada kepuasan tersendiri karena berhasil membuat Bima bersamanya. Namun dia sengaja mengatur mimik mukanya agar terlihat sedih.“Akubukanpenyebabkakakputuskan?” Tanya Gita.
“Amara?”PanggilDellalembut.Della kesal, Amara terus menerus bengong sedari tadi. Mereka berdua janjian mengunjungi perpustakaan kota hari ini. Sebagai mahasiswa semester akhir, bukan saatnya bagi mereka untuk main-main lagi. Mereka harus lulus tahun ini. Bagaimanapun lulus telat pasti dianggap memalukan bagi angkatan mereka.Namun sayangnya semua itu tidak berjalan dengan baik. Amara yang mengajak Della untuk mengunjungi perpustakaan, namun dia hanya bengong sedari tadi. Della
Gita keluar klinik dengan wajah yang pucat. Banyak yang terlintas dalam benaknya kini. Bagaimana dengan dirinya? Bagaimana dengan masa depannya? Bagaimana dengan Bima selaku ayah dari anak yang ada di dalam kandungannya. Dia ingin menangis namun tidak bisa. Akhirnya dia memilih untuk duduk di kursi depan klinik. Ada pikiran bahwa dia ingin mengakhiri hidupnya. Punya anak di usia sekarang? Mana sanggup. Pikirannya kacau, hati kecilnya merasa bahwa janin di dalam kandungannya harus dia besarkan. Namun pikiran jahatnya menginginkan bahwa janin ini harus dibuang berapapun harganya. Dia tidak sanggup pulang dalam keadaan malu. Dia takut untuk pulang ke rumah.
Amara mundur beberapa langkah. Dahulu mungkin Bima adalah orang yang paling ingin ditemuinya. Dahulu Bima adalah pusat kehidupannya. Namun kini? Ada rasa muak yang tergambar jelas dalam wajah Amara. Bisa-bisanya laki-laki yang mempermainkan hidupnya itu kini dengan wajah tanpa berdosa datang ke kosan Amara.“Mauapa?” Tanya Amarasinis.Bima tersenyum mengejek di depannya. Entah apa yang Bima pikirkan, yang jelas Amara ingin lelaki kurang ajar tersebut secepatnya pergi dari sana.
Seseorang menarik tangan Gita ketika mencoba untuk mengakhiri hidupnya. Nyawa Gita tertolong. Perasaan Gita campur aduk. Ada rasa kesal mengapa ada orang yang mencoba untuk menolongnya. Ada juga perasaan lega karena ada yang peduli kepadanya.Gita melihat ke belakang. Orang itu masih memegang tangannya. Ternyata orang yang menarik lengannya adalah Arya. Teman SMA sekaligus rekan pemotretannya. Mata mereka bertatapan. Arya hanya melihat Gita lekat-lekat.“Kamumauapa?”tanya
Peserta forum diam. Mereka semua memfokuskan pandangan kepada Satria. Faisal yang duduk di sebelahnya terlihat was-was. Dia khawatir apakah sahabatnya tersebut bisa menjawab pertanyaan tadi dengan bijak. Faisal sudah tahu sejak lama, bahwa Satria adalah anak dari pejabat tinggi. Dia pernah beberapa kali berkunjung ke rumahnya, ketika Satria belum hidup sendiri. Namun Satria adalah orang yang dikagumi oleh Faisal. Bahkan mungkin banyak orang di kampus. Dia benar-benar memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi. Dia pun benar-benar tulus membela rakyat. Satria tahu bahwa tidak mudah untuk melawan keluarganya sendiri. Namun dia memiliki keyakinan bahwa tidak sepatutnya membela hal yang salah. Itulah salah satu yang dikagumi dari dirinya.