Kami berdiri sejajar di depan pintu menunggu ibu Ali keluar dari kamar setelah menyampaikan pesan pada Ali. Aku harap-harap cemas, takut jika dia menolak kunjungan kami. Pasti tidak mudah bagi Ali untuk bertemu seseorang yang sudah membuatnya masuk rumah sakit. Ibu Ali keluar dari kamar. Aku menatapnya penuh harap. “Bagaimana bu?” Wanita paruh baya yang mengenakan switer hitam itu menggeleng pelan. Putranya menolak untuk bertemu kami. Aku menoleh menatap Mino dan Rey yang masing-masing berdiri di sampingku. Mino juga tampak kecewa karena ini, sementara Rey tampak membuang muka seolah tak peduli. Hei! Seharusnya dialah yang paling kecewa mendapatkan penolakan ini. Aku menyikut lengan Rey. Menyuruhnya untuk mengatakan sesuatu. Rey balas manatapk. Dia melotot padaku. Ouh astaga, dia sama sekali tak membantu. “Maaf bu, bisa kau sampaikan sekali lagi kalau hanya aku yang ingin bertemu dengannya. Jianada. Ya. Tolong sampaikan kalau
Read more