Home / Romansa / Little Seducer / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Little Seducer: Chapter 101 - Chapter 110

182 Chapters

Woe

Ah... udara malam ini begitu dingin. Rosie menyesal tidak membawa jaket ketika Edward menawarkannya sesaat sebelum dia berangkat. Sekarang Rosie harus menggigil menahan udara dingin berhembus di atas kulitnya.Dia mengosok-gosok telapak tangan dengan lengan atasnya untuk meredakan dingin yang menusuk. Nampaknya usahanya gagal karena tubuhnya masih menggigil.Sudah lima belas menit Rosie berdiri di depan rumah Susan, teman satu angkatan yang hari ini berulang tahun. Dia menyesal tidak menerima ajakan David untuk diantar pulang karena merasa David pasti sudah kerepotan mengurus Claire. Si gadis cantik mabuk berat sampai berteriak histeris, David harus segera mengangkut tubuh kurus gadis itu sebelum dia berbuat yang aneh-aneh. Sudah begitu arah rumahnya dan apartemen Claire bertolak belakang, Rosie enggan menyusahkan David. Lagi pula jarak rumahnya dan rumah Susan hanya beberapa menit naik taksi, yang tak kunjung datang, jadi Ros
Read more

Sacrifice for Rosie

Plaak. Pipi Rosie perih akibat tamparan keras itu. Dia menatap pemuda biadab yang sedang mengangkanginya dengan kebencian luar biasa. Beribu sumpah serapah ingin dia lontarkan, tapi urung sebab dia tahu akan berdampak buruk untuk dirinya sendiri. "Dasar pelacur!" hinaan itu lebih perih terasa ketimbang tamparan barusan. Rosie masih setia melawan meski gaunnya telah koyak dan memperlihatkan sebagian besar tubuhnya. Dia makin panik ketika Griffin berhasil melucuti celana dalamnya. Rosie menendang-nendang dalam rangka membebaskan diri, Griffin hanya terkekeh geli. "JANGAN!" raungan Rosie adalah gambaran mentalnya sekarang. Putus asa juga murka. Karena Rosie terus melawan, Griffin mengunci kedua tangannya di atas kepala. Pemuda itu membuka ritsleting jeans-nya dengan satu tangan, membuka paksa paha Rosie dan memposisikan organ vitalnya di pintu masuk Rosie. Mata
Read more

Accept the accusation

"Rosie..." "Edward! A-apa yang kau lakukan? Ke-kenapa kau ada diberita?....Apa yang terjadi? Ken-kenapa-" "Tenang dulu, Rosie. Jangan panik," ucap pemuda Quin dengan tenang. Padahal seharusnya Edwardlah orang yang pantas panik, karena dia yang sedang meringkuk di sel tahanan. "Gimana aku tidak panik?! Kau-kenapa kau yang ditahan? Kenapa jadi kau yang membunuh-" "Griffin tidak mati. Dia hanya gegar otak, akan bangun dalam beberapa hari. Kau tidak perlu panik, Ros." 'Hanya' Edward bilang? Sepertinya bukan Griffin yang gegar otak, melainkan Edward. Dia tidak bisa membaca kekacauan apa yang sedang terjadi. Tidak tahu sebesar apa masalah yang melilitnya sekarang. "Tetap saja-" "Dan sudah kukatakan untuk menuruti semua perintahku, 'kan? Kau tidak pernah bertemu Griffin semalam. Jangannpernah membahas hal yang tidak pernah terjadi, Rosie." Edwar
Read more

Shrouded in disappointment

"Apa yang sebenarnya terjadi, Edward? Kenapa kau sampai memukulnya? Apa yang kau lakukan semalam di rumah pemuda itu? Aku bahkan tidak tahu kalian saling kenal? Kenapa kau bisa sampai melakukan itu? Hah? Tolong jawab aku?! Hiks hiks hiks..."Alice makin frustasi ketika pemuda Quin hanya memberikan senyum simpul penuh penyesalan. Tidak ada kata-kata apa lagi penjelasan. Pemuda itu diam seribu bahasa. Alice yakin ada sesuatu yang Edward sembunyikan. Tidak ada alasan untuk Edward berkelahi dengan seseorang yang hampir mustahil dia kenal sampai hampir merenggut nyawa pemuda itu. Edward Quin bukan orang yang suka melakukan kekerasan. Dia adalah orang yang paling anti dengan yang namanya kekerasan. Edward yang Alice kenal tidak akan melukai seseorang sampai orang tersebut koma.Alice yakin pasti bukan Edward yang melakukannya. Tapi kenapa pemuda Quin tidak membela diri dari semua tuduhan? Kenapa dia pasrah saja menerima semuanya?"Jangan
Read more

Hesitating

Akhirnya Rosie tertidur juga. Sudah hampir satu minggu kasus yang menjerat Edward berlangsung. Semua acara berita pasti selalu menyiapkan satu segmen penuh untuk membahas berita 'menarik' tersebut. Mulai dari fakta-fakta janggal, sampai spekulasi tanpa dasar yang hanya bertujuan menarik penonton.Bahkan jika pemberitaan yang mereka tayangkan berdampak buruk bagi si pemuda malang, mereka tak perduli, pada akhirnya hanya rating yang paling penting bagi industri media. Uang tepatnya.Claire memastikan Rosie tidak menonton semua berita sampah itu. Kondisi sang sahabat sudah teramat memprihatinkan, setiap malam Rosie gelisah, sulit tidur, menangis tiba-tiba. Kalau siang gadis itu hanya melamun, tatapannya kosong, dan lebih pendiam dari biasanya.Keadaan Rosie persis sama seperti dua tahun lalu. Dan, Claire benci karena dia tidak bisa berbuat apapun. Si gadis cantik menyugar rambut hitam sahabatnya. Dia mendesah lemah sembari menyeka sisa
Read more

Acting like the devil

"Tapi..bukan hanya Rosie yang aku maksud. Paman dan Bibi Quin lalu Alice, mereka semua juga ikut menderita karena keadaan ini, Claire. Apa kita tidak keterlaluan mengorbankan kebahagiaan mereka." Lalu, David pun terdiam. Dia sampai pada akhir kalimatnya ketika dia menyadari akhir dari kalimat itu.Mengorbankan Rosie. Sahabatnya. Gadis yang lebih dulu mengulurkan tangannya pada bocah tidak punya teman yang selalu jadi sasaran perundungan."Kenapa berhenti, David? Kau belum menyelesaikan kalimatmu!" Tantang Claire dengan nada mencela.David tertunduk lesu. Bungkam dalam rasa bersalah. Bukan hanya terhadap Rosie, melainkan terhadap semua orang. Ah. Sial. Kenapa semua jadi rumit begini?"Kau menjadi seorang sabahat yang baik dengan mengorbankan sahabatmu sendiri untuk meyelamatkan orang lain. Kau lebih suka Rosie yang menanggung malu di hadapan seluruh penjuru Indonesia, lebih memilih Rosie yang dipenjara atas tindakan
Read more

Revealed

"Bagus," puji Griffin sembari menepuk-nepuk pucuk kepala Edward layaknya dia memperlakukan anjing peliharaan. Well, bagi Griffin posisi Edward sama dengan anjing peliharaannya di rumah."Itu sebabnya kau tidak boleh main-main denganku, Edward Quin. Aku bisa menghancurkan hidupmu semudah menjentikkan jari." Griffin kembali duduk di sofa, menyilang kan kakinya sambil memikirkan permainan apa yang bisa dia mainkan dengan budak barunya."Omong-omong kalau kau ada di penjara seperti ini siapa yang akan melindungi Rosie? Tidak akan seru kalau aku kembali memperkosanya tanpa perlawanan, bukan?" si pemuda Griffin memiringkan wajahnya, menyeringai jahat pada Edward."Itu tidak akan terjadi..." desis Edward pelan namun berbahaya. Dia memang tengah berlutut di hadapan Griffin, namun tatapan tajamnya sudah mampu membuat Griffin bergidik ngeri."Hahaha...apa yang bisa kau lakukan, Edward Quin? Sekarang saja kau sedang jadi pesak
Read more

Dig into the past

"Aku sudah lama berhenti kerja." Komentar Rosie berusaha kembali tidur. "Aku tidak perduli. Pokoknya sekarang kau bangun dan gantikan aku. Titik." "Langkahi dulu mayatku," tantang Rosie masih bergelung di atas kasur. "Aduh!" Rosie membuka matanya. Berbalik menghadap Irene yang sedang duduk menahan sakit di kepala. Ekspresinya penuh kepalsuan sampai kucing tentangga juga tahu akubkalau perempuan cantik itu sedang akting. Akting yang buruk. "Kepalaku sakit. Aku harus bayar biaya berobatnya adikku dua hari lagi. Tapi uangnya masih kurang," keluhan itu langsung membuat Rosie melunak. Betapa tidak? Rosie tau bahwa adik Irene, Sista sedang sakit keras dan harus dirawat di rumah sakit. Biaya yang dibutuhkan tidak sedikit, itu juga alasan Irene, gadis paling cantik se-SMA harus melakukan 'pekerjaan' seperti ini. Pekerjaan yang dimaksud di sini ad
Read more

Find out

"Sudah kubilang Rosie tidak ada di sini," ujar Claire agak jengkel.  Dia dan David duduk di sofa ruang tamu, menunggu Edward selesai berkeliling. Mereka tahu percuma menghalangi pemuda itu, dia naru akan puas dan berhenti setelah yakin orang yang dicari benar tidak ada. "Di mana?" tanya Edward lagi setelah duduk di depan kedua remaja.  Claire dan David buang muka untuk menghindari tatapan tajam Edward yang mengintimidasi. Sepertinya Edward terlalu lama diinterogasi di kantor polisi, jadi sikap mengitimidasinya ikut tertular juga. "Claire, menurutmu kita bohong saja?" bisik David di telinga Claire sembari menutupi mulutnya, supaya Edward tidak tahu apa yang mereka diskusikan. "Kalau menurutku kita coba saja dulu. Siapa tahu dia bodoh dan percaya," balas Claire pun berbisik. "Aku dengar semuanya, bocah. Percuma kalian bohong, aku akan langsung tahu. M
Read more

Uninterrupted relationship

"Bahkan si bodoh itu diam saja ketika....dia keguguran anak Maxy." Edward merasakan adrenalinnya menanjak mengetaui kabar itu. Amarah di dada sukar dia bendung. Ingin rasanya Edward mencari si bajingan yang sudah menyakiti Rosie dan membunuhnya. Menghancurkannyabseperti dia telah menghancurkan masa depan Rosie. Namun Edward sadar bukan sekarang saat yang tepat. "Seperti yang sudah aku dan Claire duga, dia mencampakkan Rosie setelah bosan. Itu membuat Rosie jadi berantakan. Dia tidak mau menerima keputusan itu, bahkan beberapa kali Rosie datang ke rumah Maxy untuk minta kembali. Tentu saja si brengsek itu menghindar. Dia memutus semua kontak dengan Rosie supaya Rosie tidak bisa menghubunginya lagi. Rosie berhenti mencari Maxy setelah orang tua Maxy mengancam akan datang ke sekolah dan membuat Rosie di drop-out." Begitu rupanya. Itu yang menyebabkan Rosie berprilaku sinis seperti sekarang. Rosie langsung tersulut emosi ket
Read more
PREV
1
...
910111213
...
19
DMCA.com Protection Status