Beranda / Romansa / Little Seducer / Uninterrupted relationship

Share

Uninterrupted relationship

Penulis: willia ds
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Bahkan si bodoh itu diam saja ketika....dia keguguran anak Maxy."

Edward merasakan adrenalinnya menanjak mengetaui kabar itu. Amarah di dada sukar dia bendung. Ingin rasanya Edward mencari si bajingan yang sudah menyakiti Rosie dan membunuhnya. Menghancurkannyabseperti dia telah menghancurkan masa depan Rosie. Namun Edward sadar bukan sekarang saat yang tepat.

"Seperti yang sudah aku dan Claire duga, dia mencampakkan Rosie setelah bosan. Itu membuat Rosie jadi berantakan. Dia tidak mau menerima keputusan itu, bahkan beberapa kali Rosie datang ke rumah Maxy untuk minta kembali. Tentu saja si brengsek itu menghindar. Dia memutus semua kontak dengan Rosie supaya Rosie tidak bisa menghubunginya lagi. Rosie berhenti mencari Maxy setelah orang tua Maxy mengancam akan datang ke sekolah dan membuat Rosie di drop-out."

Begitu rupanya. Itu yang menyebabkan Rosie berprilaku sinis seperti sekarang. Rosie langsung tersulut emosi ket

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Little Seducer   Selfless expression

    Mereka duduk di bangku taman tak jauh dari panggung tempat pertujukan musik sebentar lagi akan dimulai. Bangku taman yang mereka tempati letaknya sempurna untuk menyaksikan pertunjukkan tapi juga cukup jauh dari pengunjung lain."Kak Edward...""Em..""Kenapa ke sini?""Untuk mencarimu, tentu saja.""Kenapa?""Apa maksudmu kenapa?" Edward menoleh pada Rosie, menemukan si gadis remaja tengah menunduk."Kau tahu? Aku bersembunyi di sini karena malu padamu." Edward mengerutkan kening. Heran dengan perkataan Rosie."Karena aku kau harus menghadapi banyak masalah. Orang tua kita juga sangat menderita. Semua karena...aku...""Rosie sayang, lihat aku..." Edward membawa satu tangannya ke wajah Rosie lantas mengangkat wajah gadis itu untuk berhadapan dengannya."Kejadian kemarin bukan salahmu. Lagi pula semua sudah ber

  • Little Seducer   Abort

    "Rosie, tunggu. Kenapa lari?" Edward menahan Rosie ketika mereka sampai di jalan setapak tadi. Dia mengamati raut wajah muram Rosie dan dibuat makin keheranan. Apa yang salah?"Jangan seperti ini.""Apa maksudmu?" kerutan di kening Edward kian dalam. Orang bilang para gadis memang sulit dimengerti, dia baru benar-benar merasakannya sekarang."Kau punya Alice."Itu. Tiga kata singkat itu sudah cukup menghempaskan Edward ke dasar jurang. Membuatnya kembali bangun dari angan-angan indah semu bersama Rosie.Betapa kejam, namun juga realistis.Edward terdiam sejenak. Segera membenahi pikirannya kembali. Merangkai segala rencana yang telah dia susun rapih sebelum dia memutuskan menyusul Rosie ke sini. Ini rencana gila. Bisa juga kalian menyebutnya egois, kejam, tidak berperasaan. Terserah. Edward tidak akan mengelak. Karena memang nyatanya begitu.Dia. Edward Carson Quin.

  • Little Seducer   Feelings that oscillate

    "Aku akan bicara pada mereka tentang kita. Aku akan meyakinkan mereka supaya merestui hubungan kita. Meskipun mereka tidak menyetujuinya, aku tetap akan mengajukan pembatalan atas adopsiku di keluarga Quin. Jadi tidak ada lagi penghalang antara kita, Ros."Edward Quin tersenyum kecil, kedua alisnya terpaut penuh pengharapan Rosie mau menerimanya. Segala macam persoalan yang mengelilingi mereka telah dia pikirkan dengan seksama. Memang mudah mengatakan solusinya, tapi dia sadar sangat sulit menjalankannya. Tapi lebih sulit lagi bagi Edward merelakan Rosie. Lebih menyakitkan baginya melihat Rosie setiap hari tanpa bisa menjamahnya. Itu sebabnya Edward rela menempuh jalan penuh bara api asalkan Rosie menunggunya di ujung jalan.Tatapan mereka masih menyatu. Manik hazel Rosie sedikit bergetar dibawah sorot tajam penuh kesungguhan dari Edward. Senyum kecil mengandung rasa sakit tersungging di bibir merah sang adik."Edward... aku ini man

  • Little Seducer   Hidden overflow

    "Barusan Alice datang mencari Edward," ucap Eliza setelah dia duduk di sebelah sang suami.Tuan Quin mengalihkan perhatiannya kepada wajah kuatir Eliza. Wanita itu memberikan sorot gelisah yang sama setiap kali mereka membicarakan topik ini. Sudah beberapa kali Eliza mengutarakan kekuatirannya akan hubungan Edward dan Alice. Menurutnya, ada sesuatu yang janggal dalam hubungan Edward dan tunangannya.Seperti suatu masalah besar yang coba mereka tutupi dari para orang tua. Namun masalah itu meraksasa seiring berjalannya waktu.Eliza pun sudah beberapa kali menasehati Edward dan Alice supaya selalu menjaga komunikasi dalam menjalankan hubungan. Wanita paruh baya itu bahkan sampai bicara empat mata pada Alice, meyakinkannya agar menceritakan apapun masalah yang sedang dia hadapi.Eliza sungguh tidak keberatan memberikan saran sebagai orang tua agar hubungan Alice dan Edward tetap baik. Tapi, Alice selalu menyangka

  • Little Seducer   Argue

    Diraihnya ponsel dari sebelah gelas. Ditekannya kontak yang belakangan sering dia hubungi. Alice langsung mengelurarkan seluruh kemurkaannya pada seseorang di seberang sambungan ketika suara klik terdengar."Hey! Katakan di mana?! Di mana Edward?!" untuk ukuran orang yang mabuk berat suara Alice cukup jelas. Jelas pula kemurkaan dan penderitaan di sana. Namun itu nampaknya tidak menggoyahkan pendirian lawan bicara."Sudah kubilang aku tidak akan mengatakannya, Nona John. Kau harusnya menyerah saja, sudah tidak ada harapa-""Diam! Brengsek! Tahu apa kau?! Edward tidak akan meninggalkanku! Dia mencintaiku!" sekarang suara Alice sudah berupa teriakan frustasi yang mengundang rasa ingin tau dari semua orang di tempat itu. Alice masih tidak perduli.Sejak awal dia masuk ke bar langganannya baru beberapa bulan terakhir seluruh atensi telah dia terima dari semua orang. Betapa tidak? Rambut panjang kusut juga air mata memba

  • Little Seducer   Get back together

    "Ro-Rosie..." suara Edward serak juga pelan.Pemuda Quin langsung bangkit ketika melihat Rosie. Kakinya terlihat ragu ingin mendekat, tapi dia urungkan niatnya menyadari gestur penolakan Rosie. Edward mencoba tersenyum hangat namun gagal total. Matanya merah, rambutnya tak karuan, bibirnya bergetar hingga harus dia gigit untuk menghentikan gemetarnya.Rosie tidak mampu memberikan jawaban maupun respon. Gadis itu ingin kembali ke kamar dan mengunci diri. Sekarang ini Edward lah orang yang paling dia hindari. Tapi tubuhnya mengkhianatinya, jangankan berbalik, menggerakkan satu otot jari pun Rosie kesulitan.Irene yang menyadari ketegangan di antara Rosie dan Edward langsung ambil inisiatif. Dia memberi kode pada Ginny dan Emily dengan matanya. Tiga gadis itu mengangguk kecil tanda mereka menerima pesan tersirat."Kami harus pergi." Irene melangkah ke pintu depan di susul dua gadis lain."Anjingk

  • Little Seducer   Something to talk about

    "Tapi aku mulai memikirkan semuanya kembali. Waktu kau pergi dari taman begitu saja, pundakmu tertunduk lesu, aku lihat kau sangat terluka karena reaksiku. Lalu aku sadar, aku sudah jadi orang brengsek. Setiap hari aku selalu bilang mencintaimu. Aku ingin melindungimu. Tapi aku lupa kalau cinta itu harusnya menerima apa adanya. Seburuk apapun orang yang kita cinta, kita harus ikhlas menerimanya kalau kita sudah memutuskan mencintainya. Menerima apa adanya... memang itu mudah diucap, tapi sulit dilakukan. Dan jujur saja... aku belum bisa menerima hal itu sepenuhnya. Tapi aku 'kan juga manusia yang tidak sempurna. Hatiku tidak sebesar itu langsung bisa menerima semuanya sekarang juga. Aku juga tidak sempurna, Rosie. Aku butuh waktu untuk menerima semua dengan ikhlas. Aku pun punya banyak kekurangan seperti kau. Makanya... tolong terima kekuranganku ini, Rosie. Aku janji akan belajar menerima kau apa adanya asal kau juga mau belajar menerimaku apa adanya."Sekara

  • Little Seducer   Proof of love

    "Rosie.. banguuun..." suara sang ibu dari balik pintu mau tak mau menghentikan cumbuan yang sedang berada di puncak.Rosie melompat bangun dari pangukan Edward tepat sedetik sebelum Nyonya Quin membuka pintu dan masuk ke kamarnya."Lho, Edward?" Nyonya Quin memiringkan kepalanya. Alisnya mengkerut tanda wanita itu keheranan."Aku baru saja mau bangunin Rosie, Bu." Edward menjelaskan dengan agak gugup. Dia dan Rosie berharap sang Ibu tidak menyadari bibir mereka yang memerah dan basah juga selimut yang menutupi setengah tubuh keduanya.Terasa seperti seabad bagi Rosie dan Edward sebelum mendengar Nyonya Quin bicara, "Yasudah. Kalian cepat turun. Sarapan hampir siap." Perempuan paruh baya berbalik lantas menutup pintu.Ketegangan hampir saja membunuh mereka akhirnya reda setelah sang ibu pergi. Rosie berani sumpah dia mau pingsan karena lemas tidak bisa menjawab pertanyaan penuh kecurigaan barusan. Ka

Bab terbaru

  • Little Seducer   The End

    "Wah, tidak jauh dari rumah. Kapan-kapan main ya ke rumah." Lidya terkekeh di akhir kalimatnya. Angel meringis dan Damian tersenyum kecil."Iya, Tante.""Siapa tahu, bisa menjadi menantu. Belum punya pacar, 'kan?"Angel sontak menatap Lidya dengan wajah terkejut namun setelah itu kembali melunak, terkekeh lalu menunduk. Kedua tangannya terkepal hingga jari kukunya kian memutih.***"Ella."Ella menoleh saat Samuel sudah berada di hadapannya dengan sekotak susu pisang."Ini, untukmu." Samuel menyodorkannya dan Ella dengan ragu mengambilnya."Terima kasih." cicit Ella pelan.Samuel tidak menjawab, anak itu langsung mengambil posisi di samping Ella seraya melanjutkan meminum susu pisangnya. Kini, sudah lima belas menit berlalu sejak bel istirahat berbunyi. Ella dan Samuel sedang duduk di santai di bangku taman seray

  • Little Seducer   Come true

    "Angel, kau apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu. Ada waktu luang? Bisa kita bicara sebentar?"Angel yang tidak tahu ingin berkata apa hanya mampu tersenyum kecil dan pasrah ketika tangannya di tarik begitu saja oleh Ibu Damian. Diam-diam, Damian merasakan tatapan tajam Angel yang siap membunuhnya.***Ella menghela napas lelah selepas turun dari mobil Rere. Padahal, niatnya hari ini dia tidak ingin masuk sekolah mengingat hal mengerikan lain yang mungkin saja bisa terjadi. Kemarin, seperti biasa dia selalu mendapat perlakuan yang menjengkelkan."Ella, tidak boleh cemberut begitu. Anak cantik harus tersenyum." Rere berujar dari balik kaca mobil.Ella hanya meliriknya sekilas lalu mengangguk. "I go to school, Aunty."Rere mengangguk, "I wiil pick you up later."Setelah Ella mengangguk barulah mobil Rere melesat menuju jalan ibu kota yang padat

  • Little Seducer   Unusual day

    "Aku berangkat dulu, ya." pamit Edward pada Rosie. Mengecup kening sang istri lalu beralih ke perut buncitnya."Sayang, jaga Ibu baik-baik, ya. Jangan nakal." Setelah itu, Edward juga meninggalkan kecupan untuk si jabang bayinya."Ayo, Ayah!" Rosie kembali terkekeh menyaksikan wajah lelah Edward."Aku sudah di tunggu Kak Eros di sekolah!" Samuel kembali bersuara, kali ini dengan menunjukkan jam tangan yang memiliki fungsi seperti ponsel, hadiah dari kakeknya."Iya, sebentar sayang.""Ya sudah, kamu berangkat. Hati-hati di jalan."Edward mengangguk, melemparkan senyum. "Baiklah."Lima menit kemudian, mobil yang di kendarai Edward melaju pergi, tersisa Samuel yang melambaikan tangannya pada Rosie sampai sang ibu hilang dari pandangannya.***David melirik ke arah jarum jam yang melingkar di pergelangan tangannya, sudah setenga

  • Little Seducer   Agreement

    "Kak Damian? Angel? Kalian saling kenal?" Rosie menatap sepasang pria dan wanita yang dia kenal di hadapannya. Edward sepertinya juga menatap heran keduanya dari pandangan mata.Damian yang semula berada berapa langkah di belakang Angel kini mulai berjalan hingga keduanya bersisihan."Ya, kami saling kenal. Kami pernah berpacaran semasa aku kuliah dulu." ungkap Damian secara gamblang dengan mudahnya. Sontak saja, itu memancing tiga pasang mata yang ada di sana menatap Damiam terkejut. Terlebih lagi Angel, rasanya bola mata gadis itu sebentar lagi akan melompat keluar jika tak sedetik kemudian Angel berkedip."Wah, kalian ternyata pernah berpacaran? Astaga, dunia ini benar-benar sempit." Edward berseru kalut, ikut mewakili Rosie yang juga terkejut mendengarnya.Damian hanya melemparkan tatapan tak berdosanya pada Angel seraya menampilkan senyuman terbaiknya. Sedan

  • Little Seducer   Believe in destiny

    "Kau masih menyukainya?"Angel membuang wajahnya tanpa sadar yang malah membuat Damian semakin yakin dengan persepsinya."Kau ada waktu sebentar di taman? Kebetulan, aku membawa makanan." Damian menunjukkan tentengan yang dia bawa, arah mata Angel mengikuti pergerakan tangan Damian.***"Kau sudah lama menjadi Dokter di sini?" Damian memulai pertanyaan seraya membuka bungkus roti yang dia bawa. Kebetulan, dia belum sarapan. Niatnya, dia ingin menjenguk Rosie dan Samuel, tapi saat dia ingin menjenguknya, dia malah menemukan sosok mantan kekasih yang sudah lama sekali tidak muncul di hadapannya. Sebuah kebetulan sekali.Ya, Damian dan Angel memang pernah memadu kasih bahkan Damian sudah mengenalkan Angel pada ayah dan ibunya. Kalian ingat saat hubungan Damian dan Rosie di tentang keras oleh kedua orang tua Damian? Bukan semata-mata hanya karena Rosie tidak memiliki Ayah dan latar bel

  • Little Seducer   Surprise home

    Pada awalnya, Rosie akan menduga bahwa Edward tidak bisa menerima Samuel sebagai anak pertamanya, tapi dugaannya salah ketika melihat senyuman Edward yang begitu tulus ketika kali pertamanya dia melihat Samuel. Hati Rosie juga ikut mencelos kala itu, merasa terharu dengan apa yang dia lihat.Edward yang merasa terusik dengan elusan di kepalanya kini perlahan mulai membuka matanya, dan langsung membeliak kaget ketika melihat wajah sang istri yang sudah kembali berseri."Kau sudah sadar? Bagaimana? Apa perutmu merasa sakit lagi?" Edward langsung mengecek keadaan Rosie, memutar tubuh sang istri, dia ingin memastikannya sendiri.Rosie tertawa geli menyadari sikap protektif Edward terhadapnya, "Aku tidak apa-apa, Edward. Aku baik-baik saja."Edward menaikkan satu alisnya, "Apa kau yakin?" Rosie tersenyum lalu mengangguk.Edward menghela napas lega, "Syukurlah

  • Little Seducer   Stifling witness

    Rere berdehem dengan salah satu telunjuknya menyentuh dagu, terlihat berpikir. "Menurut Aunty, Si Bully ini seperti racun yang semakin lama akan semakin menggerogoti tubuh kita. Jadi, kita harus menghilangkan racun-racun itu. Jika, Ella merasa di rugikan maka Ella harus menjauh, Ella tidak boleh diam saja itu akan semakin membuat Ella meras lemah. Ella menjauh saja, tidak usah pedulikan apa yang dia bicarakan. Toh, mereka semakin lama akan bosan dan tidak akan mengganggu Ella lagi."Rupanya, ucapan Rere tadi belum berhasil mengundang senyuman di wajah Ella. "Tapi, aku tidak memiliki teman. Aku ingin memiliki teman seperti yang lain, Aunty."Rere mengelus punggung belakang Ella, "Ella tahu, 'kan? Kalau Ella belum lama ada di sini? Jadi, Ella memang harus beradaptasi dengan lingkungan Ella yang sekarang. Lingkungan Ella yang sekarang ini jauh berbeda dengan lingkungan Ella yang di Sydney. Aunty juga yakin pasti suatu saat Ella ak

  • Little Seducer   Familiar

    "Kau sedang melihat apa?" tanya David yang setelah itu menegak minumannya."Aku sedang melihat anak-anak, Samuel dab Eros terlihat nampak dekat. Bahkan, Samuel sudah seperti adiknya sendiri. Apa kau tahu? Eros tidak seperti itu pada Zea dan Zelo, hanya pada Samuel dia seperti itu."David mengangkat kedua bahunya lalu bersandar pada senderan kursi di belakangnya seraya melebarkan kakinya, "Kurasa, Eros benar-benar sangat menyukai Samuel, dan Samuel juga sebaliknya. Dulu, Eros selalu bilang padaku, katanya seperti ini, aku juga ingin menjaga adikku tapi Zea sudah bersama dengan Zelo, selalu. Padahal, dia juga ingin seperti Zelo. Sedangkan, Zelo sepertinya juga bisa tanpanya. Mungkin, itulah yang menyababkan Eros sangat menyayangi Samuel."Alice mengangguk seraya tersenyum, "Kurasa begitu. Setidaknya, aku lega karena permasalahan harus berakhir seperti ini. Untung saja, takdir memang sudah di gariskan da

  • Little Seducer   Confusing

    "Edward, kakiku lemas. Aku tidak bisa berjalan." lirih Rosie pelan tapi masih bisa di dengar oleh semua pasang telinga."Ibu! Ibu kenapa?" Samuel langsung menyeru ketika melihat wajah sang ibu yang pucat tapi masih bisa memaksakan senyum.Edward dengan siaga langsung menggendong tubuh Rosie, "Alice sebentar ya, tolong jaga anak-anak aku akan membawa Rosie ke ruangannya dan memanggil Dokter." Setelah itu, langkah Edward menghilang di balik pintu."Aku kasihan melihatnya." ujar Alice lirih. Sungguh, dia tidak bisa membayangkan bagaimana dia berada di posisi Rosie. Kandungannya yang mengalami flek dan anaknya yang habis terjatuh dari mainan bola dunia, benar-benar membuat Alice prustasi melihatnya."Tak apa, Rosie adalah gadis yang kuat." Alice mengangguk."Bibi Alice, Paman David. Ibu kenapa? Kenapa wajahnya sangat pucat sekali?" Samuel berkata dengan nada khawa

DMCA.com Protection Status