Home / Romansa / TURUN RANJANG / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of TURUN RANJANG: Chapter 121 - Chapter 130

137 Chapters

Serangan Bertubi-tubi [3]

Sesampainya Ardhi di apartemen, Sera sudah menunggu. Wajah Sera menunjukkan ketegangan, yang tentu saja bisa langsung ditebak Ardhi bahwa Sera telah membaca pesannya. Selain ketegangan yang membayang di wajah Sera, Ardhi juga mendapati raut lelah yang tak bisa disamarkan. Seperti tadi pagi. “Kamu tadi jadi periksa ke dokter?” Ardhi ingin menyentuh kening Sera, namun ia urung lakukan karena sadar bahwa ia seharian ini berada di luar, sudah bau keringat, dan banyak debu menempel di tubuhnya. “Aku tadi pas keluar sama Ibu sehat kok. Cuma tadi pas sampe apartemen aku muntah-muntah lagi, ditambah baca chat dari kamu soal Arunika, makin nggak karuan perut sama kepalaku.” Ardhi membelalakkan mata sesaat setelah mendengar pernyataan Sera. “Jam segini ke dokter udah nggak mungkin, aku panggil dokter pribadi aja, ya?” Sera menggeleng dan langsung mendapat protesan melalui tatapan tajam Ardhi. Namun, Sera tetap bersikukuh. “Soal dokter bisa kita bahas na
Read more

Serangan Bertubi-tubi [4]

Karena Sera tiba-tiba kesal hingga membuat Ardhi kaget, yang kemudian Ardhi lakukan adalah mencari cara agar Sera tidak meledak marah.“Iya, Sera. Udah, sekarang tenang dulu. Aku nggak ada maksud meremehkan perasaan kamu. Your jealousy is valid. Nggak usah dilanjut lagi, oke?” Ardhi berucap dalam suara pelan. “Aku nggak mau kita malah berantem cuma karena ini. Aku juga nggak mau kamu bawa-bawa nama Edo.”“Kan kamu duluan yang mulai nyinggung-nyinggung soal cemburu. Aku cuma mau kamu sadar aja kalau cemburu itu nggak enak,” balas Sera dengan nada yang masih sarat kekesalan."I also know that very well.” Ardhi sama sekali tak punya pembelaan karena apa yang katakan Sera memang benar. Cemburu itu sangat tidak menyenangkan.“Nah, iya, itu kamu tahu. Jadi, jangan paksa aku buat ngilangin rasa cemburu semudah itu,” sergah Sera lagi.Ardhi kalah telak. Menghadapi Sera yang mulai kesal
Read more

Serangan Bertubi-tubi [5]

Setelah memperkenalkan Sera kepada Dokter Arman, Ardhi pamit untuk mandi sebentar. Maka, tinggallah Sera yang kini duduk di atas ranjang dengan kaki diselonjorkan yang tertutup selimut hingga sebatas pinggang dan Dokter Arman−yang ternyata masih cukup muda, berusia lima tahun lebih tua dari Ardhi−yang duduk di kursi di sisi kiri Sera.  Dokter Arman melakukan prosedur pemeriksaan dari mulai mengecek denyut jantung menggunakan steteskop, mengecek tekanan darah, dan menanyai Sera dengan beberapa pertanyaan umum soal kondisi tubuh dan apa yang dirasakannya selama beberapa hari belakangan. Setelah selesai melakukan pemeriksaan, menjelaskan tentang apa yang menjadi penyebab Sera mual hingga muntah di pagi hari, pusing-pusing hingga peningkatan nafsu makan, tanpa meresepkan obat maupun vitamin untuk Sera, Dokter Arman pamit keluar dari kamar yang Sera tempati untuk bicara dengan Ardhi yang sedang menyeduh teh di dapur. “Sera baik-baik saja, kan, Dok?” tanya Ard
Read more

Sebuah Pengertian

Sera tersentak kaget melihat luapan emosi Ardhi yang disalurkan lewat pukulan keras di meja itu. Ia gentar karena Ardhi terlihat sangat marah dan lepas kontrol. Ini pertama kalinya Ardhi dan Sera bertengkar hingga saling menaikkan suara bahkan saling bertatapan sengit setelah pindah ke apartemen mereka yang baru. Saat Ardhi bergerak mundur dengan kedua tangan terkepal, Sera bisa melihat titik-titik darah pada buku-buku jari Ardhi. Membuat jantung Sera teremas sakit. “Apa memang segitu rendahnya aku di mata kamu, Sera, sampai-sampai kamu punya pemikiran mengerikan itu tentang aku? Kenapa kamu egois banget, Sera? Apa dengan mengata-ngatai aku membuat kamu puas? Kamu berharap aku mengerti perasaan kamu dan menghargai kamu, tapi kenapa kamu nggak melakukan yang sebaliknya? Apa aku terlihat main-main waktu bilang aku sayang sama kamu? Semua penjelasanku masih nggak cukup juga?” cecar Ardhi bertubi-tubi. Ia bergerak mundur, masih dengan kedua tangannya yang terkep
Read more

Babak Baru

Setelah kehilangan Sarah, Ardhi sama sekali tidak pernah lagi berharap, bahkan sama sekali tak terbersit di benaknya untuk memiliki anak. Lebih tepatnya karena ia memang tak memiliki gairah hidup selain memfokuskan hidupnya akan urusan perusahaan. Pencapaian yang ia pikirkan selama beberapa tahun belakangan hanya soal perusahaan. Saat mulai mengenal Sera, gairah hidupnya hadir kembali. Ia perlahan diterpa badai perasaan yang bergumul di dada. Banyak hal yang mengganggu pikirannya dan masalah terbesar adalah tentang rasa takut akan kembali kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya. Ketakutan itu baru benar-benar ia rasakan saat kabar kehamilan Sera ia dengar dari mulut Dokter Arman. Ardhi semakin sadar bahwa rasa trauma yang ia rasakan memang bukan hal sepele. Namun, setelah drama keributannya dengan Sera semalam, Ardhi berusaha untuk yakin dan percaya bahwa dirinya bisa melalui fase ini. Di mana ia harus bisa melawan traumanya akan rasa takut kehilangan. Keyaki
Read more

Obrolan Antar Lelaki

Selepas mengantar ibu dan istrinya pulang ke rumah, Ardhi langsung melajukan mobilnya ke suatu tempat. Ardhi memang pamitnya kepada Sera tadi langsung mau ke kantor, tetapi laki-laki itu justru membelokkan mobil ke arah yang berlawanan dari kantor.Dalam perjalanan ke tempat tujuan, Ardhi sambil melakukan panggilan telepon ke asisten pribadinya. Menanyakan terkait pekerjaan yang tadi ia tinggalkan.“Nggak ada masalah di kantor, kan, Di?” tanya Ardhi tanpa basa-basi.“Semua aman terkendali, Pak,” jawab Adi dari seberang telepon.Ardhi mengangguk meski Adi tak bisa melihatnya. Kemudian ia menanyakan soal jadwal meeting-nya siang nanti. Setelah Adi menyebutkan soal lokasi meeting, Ardhi menyahut bahwa ia akan langsung ke sana.“Memangnya Bapak sekarang ada di mana?” tanya Adi.“Saya ada urusan penting.”“Saya perlu tahu lokasi Bapak karena meeting siang nanti cukup p
Read more

Obrolan Antar Lelaki [2]

David benar-benar sudah keterlaluan. Kalimat yang diucapkan olehn tidak panjang, tetapi dengan mudahnya memantik amarah dan melukai Ardhi. Membuat kepalanya mendadak pening dan suhu tubuhnya meningkat, panas dalam darahnya yang seperti tengah mendidih terasa membakar hingga siap ditumpahkan laharnya. Namun, nyatanya Ardhi tetap bertahan di tempat meski tangannya sudah gatal ingin memukul wajah sepupunya yang sudah berlaku kurang ajar terhadapnya. Untungnya di sana juga tak ada perabotan yang bisa dilempar. Karena bukan lagi David yang mengamuk, melainkan Ardhi yang sudah nyaris meledak. “Lo sialan! Kakek sialan! Arunika juga sialan! Kalian semua pembawa sial!” sembur David lagi sebelum Ardhi sempat membalas ucapan David yang sangat melukainya dan menyulut amarahnya. “Watch your mouth!” balas Ardhi dengan nada tinggi dalam suaranya. “Kamu nggak mikir gimana perasaan kakek kalau mendengar dan melihat kalau kamu ternyata sebenci ini sama dia?!” “Gue ngg
Read more

Tentang Hukum Karma

“Kamu sama David ngobrol soal apa aja tadi?” tanya Sera saat Ardhi menyusul wanita itu ke dapur selepas mandi. Ardhi baru sampai di apartemen selepas Maghrib tadi karena harus mampir dulu ke rumah orang tuanya untuk membahas soal rapat direksi, yang akan diselenggarakan bulan depan, dengan sang ayah. “Dari baunya kelihatannya enak. Aku nggak sabar pengen makan. Bentar lagi mateng, kan?” komentar Ardhi sambil mengelus perutnya. Mengabaikan pertanyaan Sera yang sedang menyiapkan makan malam. Menumis cumi bumbu asam manis yang aromanya wangi, begitu menggugah selera. Ardhi berdiri tak terlalu jauh dari Sera. Memandang Sera dari belakang dan baru menyadari kalau lekuk tubuh istrinya terlihat lebih padat dan berisi. Kalau tidak ingat soal anjuran dokter kandungan untuk mengurangi aktivitas ranjang selama trimester pertama, Ardhi sudah akan menarik istrinya ke dalam kamar. Menghabiskan malam dengan saling memuaskan hasrat satu sama lain hingga sama-sama lemas karena kelela
Read more

Before The Day

Entah apa yang akhirnya David katakan kepada Arunika. Wanita itu tak lagi menemui Ardhi. Tak juga mengirimkan pesan ‘aneh’ yang memicu kesalahpahaman. David juga tidak merecoki Ardhi dengan segala tuduhan dan umpatannya yang memuakkan. Ya, sebenarnya beberapa hari yang lalu, Ardhi-lah yang sengaja meminta dengan baik-baik kepada David melalui telepon agar laki-laki itu menahan diri dulu untuk tidak membuat masalah baru dan berhenti menemui wanita yang sempat dikencaninya hanya demi menutupi rasa sakit hatinya karena Arunika. Untungnya, David mau mendengarkannya meski tak benar-benar memberikan respons yang baik. Dan kabar terakhir yang Ardhi dengar dari sepupu-sepupunya yang lain, David sedang ada urusan pekerjaan di Bali dan Arunika ikut serta. Ardhi cukup bersyukur akan hal itu karena ia bisa berfokus pada acara pernikahannya dengan Sera yang tinggal menghitung jam. Saat ini sudah tengah malam. Ia dan Sera ada di kamar Ardhi di rumah orang tuanya. Mereka dipaksa me
Read more

The Day

Sera pernah bermimpi memiliki pernikahan megah dengan pasangan tampan bak pangeran dalam negeri dongeng yang ceritanya pernah ia baca dan ia tonton kala masih SD. Seiring Sera tumbuh dewasa, khayalan itu perlahan mengabur. Ia mulai bisa berpikir realistis bahwa pangeran tampan berkuda putih yang akan jatuh cinta pada pandangan pertama kepadanya itu tidak akan pernah hadir dalam hidupnya. Sampai ia bertemu dengan Ardhi dan terlibat dalam jerat kehidupan pelik yang banyak tangis dan kesedihan, ia pun segera sadar bahwa hidup memang tidak seindah yang diceritakan dalam dongeng. Namun, tidak lantas hidup ini buruk.Sera sudah belajar banyak tentang kehidupan selama hampir satu tahun mengenal Ardhi. Bahagia itu ada dan hadir menjelma cinta dan kasih sayang yang ia dan Ardhi rasakan terhadap satu sama lain. Saling memahami dan saling mengerti satu sama lain adalah bentuk dari usaha mereka mencapai bahagia itu. Hari ini, bisa dibilang merupakan salah satu hari membahagiakan bagi Ser
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status