Home / Romansa / Imperfect Love / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Imperfect Love: Chapter 81 - Chapter 90

126 Chapters

Jangan Ngeluh Lagi

“Hati-hati.” Yasmen melambai dengan wajah cemberut pada Sila, yang hendak memeriksakan kandungannya sore itu. Tidak hanya pada Sila, tapi Yasmen juga menampilkan wajah tertekuknya itu pada Sinar yang berdiri di sebelahnya. “Endaaa!”“Apa?” Bila Yasmen sudah merengek seperti ini, pasti gadis itu akan meminta sesuatu padanya. “Mau minta apa?”Yasmen menunjuk Sila yang baru saja memasuki mobil. “Sila periksa hamil pake jalur VVIP, kenapa aku nggak dibolehin?”“Siapa yang nggak ngebolehin?” Sinar meraih bahu Yasmen dan membalik tubuhnya. Ia membawa gadis itu kembali masuk ke dalam rumah, dan menunggu Byakta di dalam.“Papi. Tapi, pasti ada ayah juga di belakangnya, kan?” tebak Yasmen dengan seluruh keyakinannya. “Aku sekarang itu kayak anak tiri. Nggak disayang sama sekali.”Sinar tersenyum dan menahan tawanya sekaligus. “Kalau nggak disayang, nggak mungkin mamimu ngingatkan buat konsul? Nggak mungkin sampai didaftarin ke dokter kandungan.”“Tapi, kan, bisa pake jalur dalam, Ndaaa!” Yasme
last updateLast Updated : 2023-02-04
Read more

Satu Minggu

Begitu keluar dari ruang praktek dokter, Yasmen langsung bergidik. Ia meraih tangan Byakta, lalu segera mengajak sang suami untuk menebus resep di apotek rumah sakit.“Aku nggak mau lagi di USG kayak tadi,” ujar Yasmen bukan bermaksud mengeluh. Sejak Byakta mengancam akan tidur di kamar tamu, Yasmen lebih berhati-hati ketika mengeluarkan kata-kata, apalagi saat keduanya antre menunggu giliran periksa. Suka tidak suka, Yasmen harus menunggu giliran dan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan. “Kalau yang di perut nggak papa, tapi kalau yang dimasukin tadi itu, rasanya nggak enak banget. Aku nggak mau lagi.”“Dokternya sudah nyuruh relaks, tapi kamunya malah tegang.” Byakta mengajak Yasmen berbelok, lalu menghampiri kursi tunggu di depan apotek yang tampak ramai.Hasil pemeriksaan Yasmen beberapa saat yang lalu, baik-baik saja dan tidak ada masalah sama sekali. Mereka hanya tinggal berusaha, dan menyerahkan hasilnya pada keputusan Tuhan. Lagi pula, mereka juga baru menikah, jadi tidak
last updateLast Updated : 2023-02-06
Read more

Khilaf

“Kenapa?”Byakta baru saja keluar dari walk in closet, dan melihat Yasmen duduk ujung tempat tidur sambil bersedekap. Kedua kaki jenjang yang memakai celana pendek itu menyilang, dan terlihat begitu seksi di mata Byakta. Namun, jika dipikir lagi Yasmen memang selalu memakai pakaian kurang bahan seperti itu ketika di rumah. Tidak pernah, tidak.Yasmen akan selalu memamerkan seluruh lekuk tubuhnya, dan untungnya hal tersebut hanya dilakukan sang istri ketika berada di rumah mereka. Yasmen bisa berpakaian sedikit sopan, ketika berada di rumah orangtua Byakta, ataupun di rumah Bira. “Jadi tidur di kamar tamu, kan?” Yasmen mengerling manja, lalu menunjuk ke arah pintu dengan dagunya. “Tolong tutup pintunya kalau keluar.” Byakta yang masih tampak segar karena baru saja selesai mandi segera menghampiri sang istri. Ia duduk di sebelah Yasmen, dan terdiam sebentar menatap suguhan yang tidak pernah bosan untuk di santap, yakni tubuh istrinya. “Katanya mau punya bayi seperti Rara, tapi kenapa
last updateLast Updated : 2023-02-07
Read more

Kita Berdua

“Berhenti!” Yasmen menahan dada Byakta yang mengikutinya sejak tadi. Mendorongnya sekuat tenaga, agar pria itu menjauh dari dirinya. “Jangan diikutin, aku mau masak!”“Justru itu.” Byakta kembali menipiskan jarak. “Aku mau lihat kamu masak. Jaga-jaga, siapa tahu kamu curang, dan minta bu Susi yang bikin capcai.”Akhirnya, setelah seminggu bekerja dengan tegang bersama Pras, Yasmen bisa menikmati hari libur pertamanya. Sungguh hal sangat menyenangkan, melebih hari libur yang didapatnya ketika masih bekerja di Casteel High.“Nggak!” sanggah Yasmen yang memang sudah berniat memasak untuk Byakta. Sesuai ucapannya tempo hari, Yasmen akan membuat capcai untuk sang suami. Tidak hanya itu, Yasmen juga akan mencoba membuat ayam goreng, serta mi goreng seperti permintaan Byakta. “Aku yang masak sendiri. Bu Susi cuma bantu.”Bahu Byakta terangkat sebentar. Ia tetap tenang, dan tidak mengacuhkan ucapan Yasmen sama sekali. Byakta justru meraih pinggul sang istri lalu membaling tubuhnya. Detik beri
last updateLast Updated : 2023-02-09
Read more

Makan Kamu

“Aak,” kata Yasmen sambil menyodorkan satu sendok kecil kuah capcai di depan bibir Byakta. Ternyata, bagi Yasmen memasak itu susah-susah gampang. Namun, ia akui hal baru tersebut cukup menyenangkan, apalagi saat Byakta mengatakan hasil masakan Yasmen lumayan enak.Byakta membuka mulutnya, lalu merasakan kuah kental itu dengan seksama. Terbiasa melihat dan terkadang membantu sang mama memasak di dapur, membuat Byakta tahu beberapa urutan dalam memasak capcai dan mi goreng.Untuk ayam goreng, sebelumnya Susi sudah memberi instruksi bagaimana cara memasaknya pada Yasmen, bahkan menuliskannya sebelum pulang. Jadi, semua sudah dilakukan sesuai petunjuk, dan hasilnya pun tidak terlalu buruk.“Sudah, pas!” kata Byakta yang bertugas menggoreng ayam, karena Yasmen jera setelah terkena cipratan minyak panas.“Serius sudah pas?” Padahal, Yasmen sendiri merasa aneh dengan capcai buatannya. Semua sudah sesuai instruksi Byakta, tapi menurut Yasmen masih ada yang kurang. “Kok, nggak seenak buatan ma
last updateLast Updated : 2023-02-11
Read more

Ya Sudah

“Beneran nggak mau keluar?” tawar Byakta sekali lagi, karena melihat Yasmen hanya menggonta-ganti channel televisi tanpa ada yang ditonton sama sekali. Gadis yang sejak tadi berbaring di paha Byakta, benar-benar tampak bosan dengan aktivitasnya tersebut. “Ini malam minggu, Hun. Yakin nggak mau jalan-jalan?”“Capek!” seru Yasmen dengan malas, lalu menguap sebentar tanpa menutup mulutnya. “Seharian sudah ngurusin Mas Bee, jadi aku mau di rumah aja.”Byakta tertawa sambil mengacak rambut Yasmen. “Ngurusin aku lagi, malam ini mau?”“Di mana kameranya?” tanya Yasmen sambil melambaikan tangan yang memegang remote teve. “Lihat nggak, sih? Tanganku lagi melambai-lambai gini. Apa harus ditambahin bendera putih sekalian?”Tawa Byakta semakin keras, sambil merampas remote teve dari tangan Yasmen lalu melemparnya di ujung kaki sang istri. Byakta tidak akan meminta lebih, karena seharian ini Yasmen benar-benar menuruti semua permintaannya. Ia sadar, Yasmen juga butuh mengistirahatkan tubuhnya agar
last updateLast Updated : 2023-02-13
Read more

Nggak Usah Dibantah

“Hun, ini sudah dua mangkok bakso jumbo.” Byakta mencegah sang istri untuk memesan satu porsi bakso jumbo lagi, karena khawatir Yasmen akan sakit perut nantinya. “Kita bungkus aja, terus bawa pulang.”Yasmen menggeleng untuk menolak. “Kurang sip kalau di bawa pulang. Makan di sini, aja, ya? satuuu mangkuk lagi.”“Kalau sakit perut, aku—”“Nggak sakit, nggak,” sela Yasmen lalu segera berdiri dan meninggalkan Byakta untuk memesan satu porsi bakso jumbo lagi. Setelah selesai, Yasmen segera berbalik ke tempat duduknya sambil menyematkan senyum lebar pada sang suami.“Janji! Satu mangkuk lagi! Soalnya baksonya enak, kapan-kapan kita mampir lagi, ya.”“Hun, aku makan satu aja sudah kenyang.” Byakta menyentuh perut Yasmen lalu mengusapnya dengan gerakan melingkar. “Kamu cacingan barang kali.”“Jangan ngarang!” Yasmen segera menjauhkan tangan Byakta dari perutnya, karena tidak enak jika dilihat beberapa pengunjung lainnya. Walau status mereka sudah suami istri, tetap saja hal seperti itu rasa
last updateLast Updated : 2023-02-14
Read more

Semoga

“Jangan keseringan jajan di luar.” Sinar berdecak ketika melihat Yasmen membawa bungkusan plastik menuju dapur. Sudah beberapa waktu belakangan ini, Yasmen kerap memesan makanan secara online. Entah itu makanan berat untuk makan siang, ataupun camilan yang akan dimakan sambil bekerja. Terkadang, gadis itu masih sempat-sempatnya membeli makanan setelah jam kerja usai, dan memakannya sembari menunggu kedatangan Byakta. “Kamu lagi promil, harusnya makan makanan yang bergizi. Minta dibuatkan makanan, atau cemilan sama bu Susi, kan, bisa.”Yang membuat Sinar semakin geregetan, Yasmen tidak membayar semua makanan yang dibeli dengan uangnya sendiri. Gadis itu meminta Mai, atau Sila yang membayar melalui pembayaran elektronik. Jika ditegur, Yasmen beralasan dirinya saat ini sedang kerja rodi dan sama sekali tidak digaji dengan wajah memelas.“Aku ini beli salad, Nda.” Untung saja Yasmen bukan memesan makanan cepat saji, atau makanan olahan lainnya. Jika tidak, ceramah Sinar pasti akan bertamb
last updateLast Updated : 2023-02-16
Read more

Tanda-tanda

“Mau saya perpanjang masa kerjamu di sini satu bulan lagi?” Pras berjalan melewati meja Yasmen tanpa menoleh. Saat baru masuk ke ruang kerjanya, Pras melihat Yasmen tengah merebahkan separuh tubuhnya di atas meja. Kedua mata sayunya menatap layar laptop, dan tangan kanannya memegang mouse dengan malas-malasan. “Yang penting, kan, kerjaanku— kerjaan saya selesai,” jawab Yasmen seraya bangkit dan menegakkan tubuhnya. Yasmen menguap sambil menatap Pras tanpa menutup mulutnya. Terkadang, Yasmen bisa sangat membenci Pras karena sikap arogannya. Namun, rasa benci itu tidak pernah bertahan lama, karena ada sesuatu dalam diri Pras yang membuat Yasmen sangat menyayangi pria itu setelah Bira. “Lagian besok hari terakhir, masa’ Pak Pras nggak ngasih dispensasi sama sekali. Saya itu full kerja satu bulan di sini, nggak pake telat, nggak pake sakit, nggak pake izin ini itu.” “Reschedule pertemuan saya dengan Kasih,” titah Pras tanpa memedulikan rentetan kalimat Yasmen barusan. “Jadi satu minggu
last updateLast Updated : 2023-02-19
Read more

Bersyukur

“Selamat—” “Kantung!” Bira dengan cepat menyela sang dokter yang baru saja hendak berbicara. Telunjuknya mengarah pada layar monitor dengan antusias, dan binar bahagia yang menghiasi wajah tua itu. “Itu kantung bayi, kan, Dok?” “Kantung janin,” ralat sang istri. “Sama aja, Mi,” sahut Bira heboh sudah sendiri karena tidak pernah menduga, Yasmen akan cepat mendapatkan keturunan. Tidak seperti dirinya dan sang istri dahulu kala. Yang harus menunggu hingga hitungan tahun untuk mendapatkan Yasmen. “Itu kantung tempat Yasmen dulu.” Kala itu, Bira merutuk dirinya sendiri karena telah menghabiskan masa mudanya dalam pergaulan bebas. Mungkin, Tuhan sedang menghukumnya dan tidak akan memberinya keturunan sama sekali. Sampai akhirnya Bira pasrah, dan sang istri dinyatakan hamil beberapa minggu kemudian. “Dulu Yasmen persis begini waktu pertama periksa,” lanjut Bira masih bercerita tentang kehamilan Yasmen dahulu kala. Sebuah momen yang ditunggu-tunggu, sehingga Bira tidak bisa melupakan set
last updateLast Updated : 2023-02-22
Read more
PREV
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status