Yasmen menghela setelah mencicipi kopi ketiga buatannya. Bibirnya mencebik, lalu berbalik menatap Sinar yang sedari tadi mengawasinya.“Nda, masih nggak enak,” keluh Yasmen lalu mengitari kitchen island untuk mendatangi Sinar yang duduk di stool bar. “Nggak sama, kayak kopi-kopi yang kadang aku minum di kafe.”“Ya, jelas beda, Yas, Yas.” Sinar meletakkan siku kirinya di meja kitchen island, lalu memangku wajah untuk menatap Yasmen yang berdiri di sebelahnya. Di satu sisi, sebenarnya Sinar menyukai pribadi Yasmen yang selalu ceria dan tidak datar seperti putrinya. Yasmen bisa diajak bercanda, dan tertawa lepas tanpa harus menjaga image seperti Mai yang terkadang membuat Sinar kesal. Namun, mau bagaimana lagi.Like father, like daughter.Meskipun begitu, Sinar tetap sangat bangga terhadap putrinya itu. Saking bangganya, kata pujian pun seolah habis hanya untuk seorang Mai.“Buruan bikin!” seru Sinar sambil menepuk lengan Yasmen. “Kamu bisa dihukum ayah, kalau ketahuan malas-malasan dan
Last Updated : 2023-01-14 Read more