Beranda / Romansa / Frozen in Love / Bab 261 - Bab 270

Semua Bab Frozen in Love: Bab 261 - Bab 270

313 Bab

Pesta [5]

Wynona sempat dikuasai kegugupan saat mengulurkan tangan kanan. Akan tetapi, sikap ramah Sofia langsung melunturkan kecemasannya. Gadis yang menurut David seusia dengan Wynona itu,  menyapa ramah. Sofia menolak uluran tanganku dan malah memajukan wajah untuk menempelkan pipinya ke pipi Wynona dengan akrab. Seakan-akan mereka sudah saling mengenal sejak lama.“Halo, aku Sofia.”“Hai Sofia, aku Wynona,” balas Wynona tak kalah hangat. Sofia mengangguk ramah.“Ternyata kamu yang sudah berhasil mencuri hati kakakku selama bertahun-tahun, ya?” tawanya terdengar renyah. “Aku sudah berkali-kali memintanya supaya memperkenalkanmu dengan kami semua. Tapi dia selalu saja punya alasan ini-itu.”David menyela untuk membela diri. “Itu karena aku sedang mencari waktu yang tepat. Lagi pula, selama ini kamu tinggal di Surabaya. Pulang pun sangat jarang. Makanya baru sekarang Wynona kuperkenalkan denganmu.”
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-15
Baca selengkapnya

Kamu dan Aku [1]

David entah sedang berada di mana, tak terlihat sama sekali. Tadi, dia meninggalkan Wynona sendiri yang terpaksa menghadapi Irene dan rentetan pertanyaan yang seolah tak ada habisnya. Belum lagi suara tak ramah yang malah terkesan mencurigai sesuatu, seakan Wynona memiliki niat jahat yang bisa mengancam stabilitas dunia.Wynona pamit pada Irene, beralasan dia ingin ke toilet. Nyatanya, dia langsung menuju pintu keluar gedung yang disewa sebagai tempat resepsi itu. Gadis itu bahkan tak mencari sang kekasih. Dia cuma ingin meninggalkan tempat resepsi itu. Hal pertama yang terpikirkan adalah mengontak Leon dan meminta lelaki itu menjemputnya. Entah mengapa, dia tak memilih pulang naik taksi online saja.Setelah bicara dengan Leon yang menyanggupi permintaan Wynona tanpa ragu, gadis itu bergegas keluar dari gedung resepsi. Di depan meja penerima tamu, gadis itu kembali bertemu Reno.“Kamu mau pulang sekarang, Wyn? David mana?” tanya Reno sambil
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-16
Baca selengkapnya

Kamu dan Aku [2]

Secepat cahaya, Leon mencari sumber suara dan akhirnya berdiri mematung sekitar dua meter di depan Wynona. Ekspresinya saat melihat gadis itu, menimbulkan gelombang kepakan kupu-kupu yang dahsyat di perut Wynona. Meski gadis itu tak benar-benar paham apakah itu perumpamaan yang tepat atau justru terlalu berlebihan. Yang pasti, Wynona merasa gentar untuk mengartikan makna tatapan lelaki itu.“Wyn, kamu kedinginan ya?” Leon berjalan ke arah Wynona. Pria jangkung itu segera bereaksi saat menyadari kedua tanganku yang bersilang di depan dada.Wynona menjawab sambil menyeringai, mencoba untuk bergurau. “Bahan gaun rekomendasimu ini ternyata nggak cukup membuat hangat saat Cipanas sedingin ini.”Leon mendekat seraya membuka jasnya dan maju ke arah Wynona dengan langkah cepat. Gadis itu membiarkan Leon menyampirkan jasnya di pundak, memberi kehangatan yang menenangkan. Aroma parfum khasnya yang kian dikenali oleh Wynona pun menguasai indera penc
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-16
Baca selengkapnya

Kamu dan Aku [3]

Wynona nyaris tak bicara saat Leon membukakan pintu mobil untuk gadis itu. Beberapa saat kemudian, mobil yang dikemudikan Leon sudah bergerak meninggalkan area parkir gedung serbaguna itu.“Aku lapar, Leon,” kata Wynona dengan suara nyaris tak terdengar. “Tolong, jangan berkomentar apa pun,” pintanya. Di sebelah Wynona, Leon menyetir dengan tenang. Jas lelaki itu masih melekat di tubuh gadis itu. Entah kenapa, Wynona enggan untuk melepasnya.“Mau makan apa?” tanyanya dengan suara lembut. Leon tak mengomentari permintaan Wynona tadi.Pria itu menatap Wynona sekilas dengan mata sayunya yang –anehnya- memberi efek menenangkan bagi gadis itu. Setelah melewati setengah jam terakhir dengan suasana yang tidak nyaman dan terasa mencekik, kehadiran Leon justru memberi dampak yang berbeda. Bibir Wynona terbuka, ingin memberi respons saat ponselnya berbunyi. Gadis itu sudah menebak siapa si penelepon. Kendati demikian, dia tetap me
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-16
Baca selengkapnya

Kamu dan Aku [4]

 Permintaan Leon itu tak membebaskan Wynona dari rasa bersalah. “Harusnya, aku memang pulang naik taksi saja. Toh, jaraknya nggak terlalu jauh dari rumahku.”“Aku justru senang karena kamu meneleponku,” ucap Leon meyakinkan Wynona sambil melirik gadis itu sekilas. “Jadi, aku sama sekali tak merasa direpotkan oleh kamu.”Keduanya bertukar tatap meski hanya sejenak. Namun pada saat itu Wynona bisa teryakinkan bahwa Leon tak berdusta. Bahwa pria itu memang tak keberatan untuk menjemputku meski baru pulang dari kantornya.Wynona membenahi jas Leon yang agak melorot dari bahunya. Jas itu sangat kedodoran di tubuh Wynona. Namun dia belum berniat untuk melepaskan benda itu. Wynona mendapatkan kehangatan yang dibutuhkan dari jas milik Leon tersebut.“Kamu tidak ingin tahu apa yang terjadi padaku hari ini?” Wynona akhirnya mengajukan pertanyaan itu. Mereka tak mungkin terus berpura-pura bahwa tak terjadi
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-16
Baca selengkapnya

Kamu dan Aku [5]

Leon menukas cepat. “Dia benar-benar tidak pernah memperkenalkanmu pada keluarganya? Setelah kalian pacaran selama kurang lebih sembilan tahun?”Wynona mengiyakan. Mereka kembali saling tatap selama satu detik. Sebelum lelaki itu kembali mengalihkan pandangan ke depan dan berkonsentrasi ke jalanan. “Aku kan sudah pernah memberitahumu soal itu,” Wynona mengingatkan.“Kukira, waktu itu kamu cuma bercanda,” aku Leon. “Aku sungguh-sungguh sulit untuk percaya kalau kondisinya seperti itu,” gumamnya dengan suara pelan. Selama beberapa saat kemudian, Leon tidak bicara apa-apa lagi. Mungkin di benaknya dia menyalahkan Wynona yang mau saja diperlakukan seperti itu. Atau malah menyudutkan David karena sikapnya. Entahlah, Wynona tak tahu pasti bagian mana opininya yang benar.“Aku selalu merasa hubungan asmara di usiaku ini bukan lagi saatnya untuk main-main. Meski aku juga belum berpikir untuk menikah. Dan kami cukup s
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-16
Baca selengkapnya

Momen Magis [1]

“Bagaimana rasanya? Apa sesuai dengan seleramu? Enak, tidak?” tanya Leon ingin tahu sembari melirik mangkuk milik Wynona yang sudah licin.Gadis itu buru-buru mengangguk. Sebenarnya, dia ingin mengajukan protes tapi mulutnya masih dipenuhi suapan terakhir soto mi yang lezat itu. Tentu saja makanan ini enak. Kalau tidak, mustahil Wynona menghabiskan soto mi itu dalam waktu singkat.Leon malah tertawa melihat gadis itu. Tangan kirinya terangkat untuk memberi isyarat yang sama sekali tak dipahami oleh Wynona.“Ada apa?” tanya Wynona tak mengerti. Dia sudah bisa bicara dengan leluasa sekarang. “Rasanya sangat enak. Kalau nggak, mustahil aku menghabiskan satu mangkuk soto mi dalam waktu singkat. Pertanyaanmu itu aneh,” komentarnya.Leon mengabaikan kata-kata gadis itu. “Ada sesuatu di dagumu,” ucap Leon seraya membuat gerakan memutar di depan wajahnya.Wynona buru-buru menyeka bibir dan dagunya dengan pung
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-17
Baca selengkapnya

Momen Magis [2]

“Kamu melamun. Apa yang mengganggumu? Masih memikirkan acara resepsi tadi?” tanya Leon, memecah monolog di kepala Wynona.“Nggak,” sahutnya pendek.“Kalau masih ingin ke suatu tempat, jangan ragu untuk memberitahuku,” ulang Leon.Sesungguhnya, saat itu ada yang terlintas di kepala Wynona. Dia ingin melihat bintang lagi bersama Leon. Akan tetapi, kondisinya tidak memungkinkan. Selain gaunnya yang tidak praktis, bekas hujan seharian pasti meninggalkan sisa-sisa air di atap. Belum lagi hal yang paling serius, ketiadaan bintang malam ini. Dan yang tak kalah penting, kondisi area dada Wynona yang mengalami perubahan mendadak, tidak memungkinkan kedekatan fisik dengan Leon kurang dari satu meter. Karena itulah, gadis tidak berani mengucapkan hasratnya itu. Dia memilih menutup mulut dan mengatupkan rahang.“Tadinya aku pengin buru-buru pulang, tapi aku berubah pikiran,” kata Wynona. Gadis itu tak bisa memahami diri
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-17
Baca selengkapnya

Momen Magis [3]

“Wow, nanti dulu! Aku kan tadi cuma bertanya karena nggak menyangka kamu mau ikut ke Cianjur. Oke, kita langsung ke kantorku saja. Jangan mimpi aku akan mengantarmu pulang sekarang, Wynona,” tukas Leon dengan penuh semangat. “Kita tidak akan lama, kok! Aku janji. Karena cuma menandatangi dokumen saja. Padahal sebenarnya bisa saja kutandatangani hari Senin. Tapi atasanku yang perfeksionis itu tak mau menunda-nunda meski imbasnya membuat karyawannya harus kembali ke kantor.”“Oke,” sahut Wynona, tak tahu harus mengucapkan kalimat apa.“Tidak apa-apa, kan? Kamu sungguh-sungguh nggak merasa keberatan, Wyn?”Yang ditanya pun menggeleng, “Nggak. Kan aku yang pengin ikut ke kantormu. Jadi, jangan bolak-balik bertanya apakah aku merasa keberatan atau tidak. Kalau sekali lagi kamu tanya, aku akan lompat dari mobilmu,” seloroh Wynona.Leon tak sanggup meredam gelaknya. “Oke,” sahutnya setelah t
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-17
Baca selengkapnya

Momen Magis [4]

Saat mereka keluar dari lift di lantai empat, barulah Leon menurunkan tangannya. Mereka berdua berjalan bersisian melintasi deretan kubikel yang memenuhi ruangan. Wynona terkenang pada kantornya dulu. Suasananya tak jauh berbeda dengan tempat ini.“Ruang rapatnya di ujung sana,” Leon menunjuk ke satu arah. Wynona hanya mengangguk sebagai respon.s “Kalau ruanganku yang pintunya tertutup itu,” Leon kembali mengarahkan telunjuknya ke arah lainnya.Wynona segera melihat ruangan yang dimaksudnya. Entah seperti apa isi ruang kerja lelaki ini. Pintunya memang tertutup dan tidak ada lampu yang menyala di sana. Mendadak, kepala Wynona dipenuhi oleh pertanyaan aneh. Kira-kira seperti apa kondisi kantor David? Tak sekalipun kekasihnya pernah mengajak Wynona ke kantornya. Namun jika diingat lagi, itu adalah hal yang wajar.“Kamu tidak tertarik untuk kembali bekerja kantoran? Pernah merindukan masa-masa saat masih di Bogor?” tanya Leon tib
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-17
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2526272829
...
32
DMCA.com Protection Status