Semua Bab REVENGE (INDONESIA): Bab 41 - Bab 50

168 Bab

Membawa Pengaruh Buruk

    Rutinitas yang sekarang biasa Kiana lakukan adalah merawat tanaman, membersihkan rumah dan menyiapkan makan untuk Andrew pulang. Dia berusaha melupakan semua masalahnya di masa lalu dan pelan-pelan bangkit dengan identitas baru. Kiana yang tinggal berdua bersama Andrew, tidak mau menjadi beban untuk laki-laki itu. Dia sadar kalau dia sudah cukup menjadi beban bagi Andrew.    Tidak ada banyak hal yang bisa Kiana lakukan. Dia ingin ikut bekerja sebenarnya dan mengumpulkan uang bersama Andrew, namun Kiana takut pergi ke luar rumah. Apalagi ke pusat kota. Meski identitasnya sekarang bukan lagi Kiana, tapi jika dia terlibat masalah dengan polisi, maka tamatlah riwayatnya.    Rumah yang ditinggalinya pun cukup kecil dan berada di tempat terpencil, tapi bukan berarti itu adalah hal buruk baginya. Dia cukup senang dan ternyata di balik semua itu, masih ada hal yang menyenangkan. Sebuah halaman yang begitu luas karena jarangnya rumah-rumah di sekitar
Baca selengkapnya

Detakan yang Aneh

    "Tadi, Kak Arkan telepon. Dia memintamu untuk datang malam ini," ucap Kiana pada Andrew yang tertidur dengan pahanya yang menjadi sandaran.    Andrew yang lelah setelah bekerja, langsung mencari Kiana dan tidur di pangkuan wanita itu. Dia bahkan belum sempat makan atau ganti pakaian. Sementara Kiana sendiri membiarkannya. Dia dengan lembut mengusap kening Andrew yang berkeringat. Perasaan hatinya menjadi sedikit lebih tenang setelah Andrew datang.    "Kamu mengangkatnya?"    Mata Andrew yang tadinya terpejam, mulai terbuka dan menatap wajah cantik Kiana dengan bingung. Dia lupa, kalau dia memang meninggalkan ponselnya begitu saja di rumah.     "I-iya, Kak Arkan terlihat khawatir. Katanya, Tante Nina dan Om Vino ingin bertemu denganmu, sekalian mereka akan mengadakan syukuran anak-anak Kak Arkan."    Lidah Kiana terasa sulit untuk bicara. Dia sama sekali tidak nyaman mengatakan ini. Apalagi kenya
Baca selengkapnya

Pernah Hamil

    "Akhh, Andrewhh ...."    Kiana mengerang dengan mata terpejam, menatap langit-langit kamar. Tubuhnya memanas saat merasakan tangan-tangan kekar Andrew menyentuh dan meremas dadanya. Mencumbu tengkuknya yang terbuka. Lidahnya yang lihai mampu membuat Kiana mabuk kepayang. Bercinta dengan Andrew adalah hal terbaik yang dia lakukan.    Debaran dadanya terdengar keras saat tangan-tangan itu mulai menyentuh dan memukul bokong indahnya yang ada tepat di depan mata Andrew. Apalagi saat Andrew bergerak di dalam sana. Kiana merasa penuh. Tubuh terdalamnya begitu hangat. Membuatnya hanya bisa mengeluarkan erangan kenikmatan. Hingga saat Kiana tidak sanggup menahannya lagi, dia jatuh di atas ranjang.    Andrew tertawa melihat kekalahan Kiana. Wanita yang dicintainya itu berhasil dibuat mabuk olehnya. Membuat Andrew dengan gemas menggigit cuping telinga Kiana hingga terdengar rengekan disusul oleh desahan keras saat Andrew menghujam titik
Baca selengkapnya

Pertemuan tak Terduga

    Rafael terbangun saat cahaya matahari menerpa wajahnya. Dia terganggu hingga lantas membuka mata. Menyesuaikan penglihatannya sampai sesaat kemudian, Rafael merasakan ada seseorang di sebelahnya.     Benar saja, setelah dicek ada Mili yang tertidur sambil memeluk lengannya. Wanita tampak pulas dengan selimut yang menutupi tubuh telanjangnya. Melihat kehadiran wanita asing tersebut, Rafael spontan terduduk dan melotot. Dia mendesis seraya mengacak-acak rambutnya.    Apa yang telah dilakukannya semalam? Kenapa Mili sampai ada di atas ranjangnya? Tidak mungkin dia meniduri wanita itu.    Rafael berusaha mengingat kejadian sebelumnya. Hingga dia harus mengumpat ketika menyadari kalau semalam, dia hampir saja tergoda rayuan Mili. Sialan. Rafael hampir saja melakukan kesalahan fatal yang akan disesalinya seumur hidup. Beruntung, dia tidak jadi memasuki wanita itu saat bayang-bayang Kiana muncul dan meredam gairahnya.  &
Baca selengkapnya

Sebuah Pilihan

    "Kau?"    Tubuh Kiana membeku. Refleks, tangannya berpegangan erat di lengan Andrew. Menelan ludahnya gugup, bahkan detak jantungnya terdengar sangat cepat. Kenapa? Kenapa orang itu bisa ada di sini? Apakah dia akan ditangkap lagi?    Tidak. Kiana tidak mau.    Gigi Kiana saling bergemeletuk. Mencoba menghindari tatapan orang itu. Meski kegugupan dan rasa panik, membuatnya sesak napas. Syndrome panic attack, tiba-tiba muncul begitu saja tanpa diduga dan Kiana hanya bisa menjadikan lengan Andrew sebagai pegangan. Hingga entah Andrew menyadarinya atau tidak, laki-laki itu mengelus lengannya seolah berusaha menenangkan Kiana.    Andrew berniat menghiraukan panggilan itu dan masuk ke dalam restoran, namun suara laki-laki itu justru kembali menahan langkahnya.    "Tunggu, kau Andrew, 'kan? Teman Kiana?" ucapnya sembari menahan tangan Andrew yang akan membawa Kiana pergi menjauh dari sana. Seketika, Andrew
Baca selengkapnya

Bermain-main Sebentar

    Ken berjalan pelan ke ruangan Rafael. Sesuai ucapannya, dia perlu memastikan tentang kebenaran kata-kata temannya itu. Benarkah kalau Rafael sudah bertindak dan mengetahui keberadaan Kiana atau semua itu hanyalah omong kosong?    Diketuknya pintu ruang Rafael, "Rafael? Kau di dalam?"    Tak ada sahutan, membuat Ken menghela napas berat. Tidak sama sekali tidak suka perasaan canggung seperti ini. Bahkan mereka terasa asing untuk kali ini. Hanya gara-gara dia menyelamatkan seorang wanita, Rafael langsung menjauhinya dan menganggap dia pengkhianat, tetapi Ken sama sekali tidak menyesali keputusannya untuk membantu Kiana.    Sekali lagi, Ken mengetuk pintu dan menyeru nama Rafael. Namun sama sekali tidak ada jawaban dari sana. Pintunya pun dikunci, membuat tidak bisa sembarang orang bebas masuk. Mungkin Rafael takut kalau Ken akan kembali mengacak-acak ruangannya. Tentu saja, siapa orang yang berniat melakukan hal bodoh untuk kedua
Baca selengkapnya

Kecelakaan?

    Kiana menyeka peluh di keningnya. Dia sangat lelah melayani banyak pelanggan. Ya, Kiana kembali bekerja. Dia tidak punya pilihan lain. Lagi pula, Andrew sudah menjelaskan semuanya kemarin. Perkataan Rafael tidak benar-benar serius. Begitu kata dokter Ken.    Entahlah, dia yang terlalu paranoid atau bagaimana. Kiana terlalu ketakutan sendiri, karena ternyata seharian ini pun dia masih dalam keadaan baik-baik saja. Hanya lelah yang didapat begitu pekerjaannya beres. Namun setidaknya, dia bisa membantu keuangan Andrew.    Kiana berjalan pelan menuju sepeda motornya. Kali ini, dia membawa kendaraannya sendiri karena tidak ingin merepotkan Andrew. Meski tentunya, mereka sempat terlibat sebuah perdebatan. Andrew khawatir dan tidak ingin Kiana pulang sendiri, namun Kiana terus bersikeras. Dia tidak tega jika harus melihat Andrew yang menjemputnya, padahal laki-laki itu juga baru pulang kerja.    Langit tampak sudah berwarna jingga saa
Baca selengkapnya

Pergi atau Tetap Tinggal?

    "Maria, apa yang terjadi padamu? Kenapa kamu bisa ada di sini!"    Ken begitu panik saat tadi Rafael menelepon dan mengatakan kalau Kiana ada di rumah sakit dalam kondisi terluka. Semalaman, wanita itu membuatnya sama sekali tidak bisa tidur. Andrew bahkan mencari Kiana ke tempat wanita itu bekerja. Namun sang pemilik toko mengatakan kalau Kiana sudah pulang.    Rasa panik itulah yang membuat lingkaran di bawah matanya. Dia hanya tidur beberapa jam. Andrew juga tidak bisa meminta tolong pada polisi, namun dia juga tidak bisa menemukan keberadaan Kiana. Satu-satunya cara yang dia lakukan adalah berkeliling. Kembali menyusuri jalan di mana Kiana melewatinya.    "Mobilku tidak sengaja menyerempetnya," ucap Rafael saat melihat Kiana diam saja. Wajah tanpa rasa bersalah itu membuat Andrew langsung marah. Hingga dia dengan cepat memegang kerah baju Rafael dan menyudutkannya ke tembok.     "Apa? Kaubilang apa?"&
Baca selengkapnya

Sudah Tahu Semuanya

    Kiana menatap apartemen milik Andrew dengan sorot mata kaget. Beralih pada laki-laki itu dengan berbagai macam pertanyaan yang berkelebat dalam benaknya. Kenapa? Apa Andrew memang memiliki uang sebanyak itu untuk menyewa apartemen ini? Apartemen yang terlalu mewah menurutnya karena tempat itu memiliki luas ruangan yang jauh lebih besar dibanding tempat tinggalnya kemarin.    Ruangan dengan gaya arsitektur modern dan sedikit kaku kalau menurutnya karena didominasi oleh warna putih dan hitam. Meski ada juga tanaman hijau yang sengaja diletakkan di sudut ruangan. Menambah kesan alami. Sebuah balkon yang juga membuatnya bisa melihat pemandangan gedung-gedung tinggi. Tak hanya itu, di sana juga terdapat kolam renang pribadi.    Furniture yang tampak masih baru. Walaupun Andrew sudah kembali bekerja memimpin perusahaan ayahnya, tapi tetap saja ini terlalu berlebihan. Ya, Andrew sudah kembali bekerja di perusahaannya kemarin. Setelah dua hari memik
Baca selengkapnya

Calon Istri untuk Andrew

    Senyum miring terlihat di wajah Rafael. Dia duduk berhadapan bersama Kiana dan Andrew. Ketiganya makan bersama di sebuah restoran kecil tak jauh dari taman. Atas usulannya dengan sedikit pemaksaan, keduanya mau tak mau mengikuti Rafael. Meski Andrew tidak bisa untuk tidak mengawasi Rafael.    Rafael mengatakan, dia ingin mentraktir mereka sebagai ucapan maafnya atas kejadian yang sempat membuat Kiana kecelakaan. Niat baiknya yang ingin memfasilitasi Kiana, juga tidak bisa dilakukan saat Andrew membawa kabur wanita itu tanpa sepengetahuannya.     "Bagaimana keadaanmu? Kau sudah baikkan?" tanya Rafael pada Kiana. Senyum manis tampak terlihat di sana. Sedikit membuat Kiana tersentak. Entah mengapa, dia melihat Rafael yang saat ini lebih ramah dan itu sedikit membantu tidak nyaman.    Kiana sampai menghentikan acara makannya dan menatap Andrew, meminta tolong. Dia tidak mau membuka suara atau mengobrol dengan Rafael. Ada rasa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
17
DMCA.com Protection Status