All Chapters of Menantu Hina Itu Ternyata Ahli Obat : Chapter 21 - Chapter 30

116 Chapters

21 Gejala Tidak Biasa

Marcel menjalani kehidupannya seperti biasa, sebagai menantu, pembantu, dan juga sesekali samsak bagi kakak-kakak iparnya yang sedang kesal.Dia tidak keberatan sama sekali, justru terkadang malah menikmati sandiwaranya setiap kali Ronnie dan yang lain mengerjainya.“Sudah berapa lama kamu tidak makan hidangan sisa lagi?” tanya Ciko ketika melihat Marcel sudah berani minum terang-terangan di dapur bersama mereka.“Mungkin mulai hari ini,” jawab Marcel seraya memegang cangkirnya yang berisi teh hangat campur lemon.“Dan kamu akan makan menu baru?” tanya Ronnie memastikan.“Sepertinya begitu,” jawab Marcel terus terang. “Nanti setelah aku mencuci pakaian kalian semua.”Ciko saling pandang dengan Ronnie.“Cel, aku nitip gaun lagi!” timpal Shirley. “Jangan sampai rusak, karena aku tidak akan memaafkan kamu.”Marcel mengangguk tanpa mengucapkan sepatah kata pun.“Kenapa suami kamu itu?” tanya Ciko heran. “Tidak seru sama sekali kalau dia menurut begitu.”“Kamu aneh, Kak.” Alvon b
Read more

22 Kedipan Elang

Marcel terdiam cukup lama setelah Herman mengungkapkan keheranannya atas keputusan untuk mengajak ilmuwan yang bahkan sudah tidak mampu lagi bekerja di lab.“Aku pikir yang penting aku berani mencoba dulu, Yah.” Marcel menjelaskan.“Berani? Maksud kamu berani rugi?” Herman menegaskan. “Memangnya kamu bisa yakin kalau penelitian itu akan membuahkan hasil?”“Segala sesuatu layak untuk dicoba, Yah. Kita tidak akan pernah tahu kalau tidak mau mencoba,” jawab Marcel dengan bahasa yang tetap santun dan juga sopan.“Kamu bisa saja membuat sebuah terobosan, tapi saya tetap tidak mau dirugikan lagi.” Herman menegaskan.“Aku tahu, Yah. Karena itu aku berusaha cari sponsor untuk bisa melanjutkan penelitian ini,” angguk Marcel. “Aku sama sekali tidak ingin merugikan Ayah lagi, melainkan supaya bisa membayar ganti rugi atas apa yang telah Ayah kucurkan di masa lalu.”Herman menatap Marcel, seorang menantu yang tidak pernah dia harapkan kedatangannya.Namun, sepasang suami istri bodoh dan il
Read more

23 Tidak Mencintai Shirley

“Masuk saja, jangan malu-malu!” “Suami kamu ada di rumah?”“Tentu saja ada, dia kan memang tinggal di sini.”Marcel sedang mengepel lantai dapur ketika mendengar suara Shirley dengan teman prianya. Kalau bukan karena keterbatasan diri, ingin sekali dia menceraikan sang istri.“Cel, buatkan kami minum!” perintah Shirley ketika dia menyadari kehadiran Marcel.“Semua cangkir sudah aku cuci bersih,” sahut Marcel. “Kamu bisa bikin sendiri, mau teh? Kopi? Ada semua.”Teman pria Shirley tertawa tipis ketika mendengar ucapan Marcel.“Kamu ini ... jangan bikin aku malu di depan teman aku,” ucap Shirley tersinggung.“Kamu yang seharusnya malu,” tukas Marcel. “Sudah bersuami, tapi ke sana kemari sama teman-teman pria kamu seperti ini.”Shirley menatap Marcel semakin galak.“Mulai ngelunjak ya sekarang,” katanya sambil berkacak pinggang. “Status kamu di sini apa sih? Suami aku? Kata siapa?”Marcel balas menatap Shirley.“Jadi ternyata aku bukan suami kamu?” katanya dingin. “Oke, kala
Read more

24 Pintar-pintarlah Merayu

“Tidak boleh yang seperti ini lagi!” ucap Ronnie seraya memandang Vando dan Shirley bergantian.Marcel berlalu melewati mereka begitu saja, dia tahu kalau Ronnie sedang bersandiwara untuk mendapatkan perhatiannya.“Kamu aneh sekali, Kak!” protes Shirley.“Diam, jangan sembarangan memasukkan teman pria-mu itu lagi sesuka hati.” Ronnie memperingatkan. “Kamu juga, Vando. Jangan membuat rumah tangga adikku bermasalah ....”“Kamu sehat, Ron?” tanya Vando dengan rasa heran yang sama.“Sudah, sudah, kalian harus sadar posisi dulu untuk saat ini.” Ronnie menegaskan.Marcel yang tiba di dapur, segera membuat teh untuk dirinya sendiri. Biasanya dia tidak berani karena siksanya bisa begitu pedih setiap kali Ciko mengetahuinya.Namun, sekarang Marcel tidak peduli. Dia punya banyak uang di rekening, dia bisa menggunakannya jika sewaktu-waktu diperlukan.“Cel, kita bisa mencoba mematenkan beberapa formula diam-diam untuk mendapatkan tambahan modal.” Venya memberi saran ketika dia melihat Ma
Read more

25 Menemukan Sesuatu

“Wah, tidak ada yang berharga di kamar ini.” Shirley menepukkan kedua tangannya dengan ekspresi jijik. “Namanya juga kamar pembantu dan aku punya suami yang tidur di kamar ini ....”Wanita itu menarik lengannya ke samping seraya memikirkan bagian mana lagi yang akan dia telusuri.“Ini bagus,” gumam Shirley seraya membuka laci meja satu per satu, dia bergidik ketika menemukan beberapa pasang kaos kaki bersih di dalam lemari.Hampir tiga puluh menit berlalu, dan Shirley tidak menemukan apa-apa di kamar pembantu. Meskipun demikian dia tetap menyingkap seprai tempat tidur, mengacak tumpukan baju-baju kotor, dan akhirnya dari jemari Shirley menemukan sebuah botol kecil bening di dasar keranjang.Apa ini?” tanya Shirley dalam hatinya seraya memandangi botol kecil mungil itu. “Apa ini punya Marcel?”Apa pun itu, Shirley segera keluar dari kamar pembantu dan pergi menemui kakaknya di ruang keluarga.“Kak, coba lihat apa yang aku temukan!” seru Shirley ketika dia berpapasan dengan Ciko.
Read more

26 Hanya Butuh Tenaga Kamu

Marcel menerima botol bening itu dan mengamatinya. “Jadi aku harus tetap konsumsi rutin ya,” komentar Marcel. “Tentu saja harus, karena kamu tetap manusia yang membutuhkan makan untuk bertahan hidup.” Marcel mengangguk paham dan bertanya, “Apakah kita sudah bisa mengedarkan produk ini ke masyarakat luas—tapi jangan sampai keluarga istriku tahu.” Venya mengangkat jempolnya. “Bisa saja, kenalanku yang akan mengurusnya. Untuk sementara kita akan memasarkan produk ini secara online, tapi ponselku butut—jadi kita harus mengandalkan dia sepenuhnya.” “Tapi dia bisa dipercaya kan?” tanya Marcel ingin tahu. “Bisa, aku jamin.” “Kalau begitu aku akan beli ponsel untuk kita gunakan khusus bisnis ini,” kata Marcel. “Aku titip lab ini kepadaku, tolong kamu urus sebaik mungkin. Aku percaya sama kamu.” Venya mengangguk kuat-kuat. “Aku tidak akan merusak kepercayaanmu.” Mendengar ucapan Venya, Marcel menarik napas lega. Selanjutnya, dia tinggal menunjukkan sikap kepada keluarga Shirley kalau
Read more

27 Memproduksi dalam Jumlah Banyak

Marcel semakin tidak mengerti kenapa akhir-akhir ini ada orang tak dikenal yang suka muncul tiba-tiba dan mengaku mengenal dirinya.“Ini pasti karena produk kita sudah mulai dikenal orang!” kata Venya bersemangat. “Aku tidak akan heran kalau suatu saat akan ada yang memperlakukan kamu dengan istimewa!”Marcel tidak menanggapi, ketika itu dia sedang merapikan rumput liar yang tumbuh di depan rumah dan teringat dengan ucapan Venya beberapa waktu lalu.“Pak, bisa bicara empat mata sebentar soal produk Anda?” Sebuah mobil hitam berhenti dan pengemudinya turun untuk mendatangi Marcel.Sebelum Marcel menjawab, sang sopir langsung membawa Marcel masuk ke mobilnya dan meluncur ke tempat yang disebut markas.“Orang-orang bisa salah paham kalau aku mendadak pergi seperti ini,” keluh Marcel dalam hati.Namun, untuk melawan orang-orang ini pun rasanya Marcel tak berani ambil risiko.“Siapa tahu ini penculikan,” batin Marcel lagi, karena itulah dia terpaksa diam dan tenang membaca situas
Read more

28 Menjalin Kerja Sama

Marcel refleks mendorong Ronnie menjauh darinya.“Ngapain sentuh-sentuh aku sih, Kak?” tukas Marcel antara merasa risi dan juga terhina.Ronnie mengumpat kasar.“Itu apa yang kamu sembunyikan?” hardik Ronnie dengan wajah curiga.“Aku tidak menyembunyikan apa-apa,” bantah Marcel.“Memang ada apa sih, Kak?” tanya Shirley ingin tahu.“Aku pegang sesuatu di tanganku tadi,” jawab Ronnie yakin. “Suami kamu yang tidak berguna itu pasti habis merampok ....”“Jaga ucapan kamu ya, Kak?” potong Marcel yang mulai habis kesabaran. Enak saja mereka sudah menginjak harga dirinya bagai keset setiap hari, dan sekarang menuduh bahwa dia telah mencuri.Benar-benar penghinaan besar untuk seorang Marcel.“Terus itu apa? Sini!” tunjuk Ronnie gelap mata. “Sini aku bilang!”Marcel tetap berdiri bergeming di tempatnya.“Cel, dengar tidak sih kalau Kak Ronnie bicara?” tegur Shirley sambil menarik tangan Marcel seperti seorang aparat yang menemukan seekor bandit kecil. “Jujur sama kami, apa yang kamu sembunyika
Read more

29 Menikmati Jerih Payah Marcel

Ciko bergegas menghubungi ayahnya setelah mendapatkan informasi dari sekretarisnya di kantor.“Halo?”“Halo, Yah?” sahut Ciko begitu Herman menjawab panggilannya. “Apa Ayah sudah mendapatkan relasi baru untuk kerja sama proyek kita?”“Masih proses pencarian,” jawab Herman. “Kita harus bisa memilih dengan tepat, bukan asal pilih.”“Aku mengerti, Yah. Masalahnya aku dapat kabar kalau ada pengusaha terkenal yang ternyata diam-diam diincar Marcel,” kata Ciko memberi tahu. “Maksud aku—kok tega sekali Marcel berbuat begitu sama Ayah?”“Memangnya siapa pengusaha terkenal yang kamu maksud?” tanya Herman ingin tahu. “Setahu ayah Marcel itu tidak memiliki koneksi sama sekali dengan pengusaha manapun.”“Tapi ....”“Kamu tidak perlu terlalu khawatir, Marcel tidak akan sanggup menjalin relasi apa pun dengan pengusaha manapun.” Herman menegaskan. “Bagi ayah tidak ada kesempatan bagi Marcel untuk mengembangkan diri karena dia harus melunasi utang-utang orang tuanya.”“Baik, Yah.” Ciko tidak
Read more

30 Istri yang Tidak Hormat

Pagi pun datang, sinar matahari menembus melalui jari jemari Marcel yang tengah meringkuk di dalam kamar pembantu.Selembar selimut ala kadarnya menutupi sekujur tubuh Marcel hingga tak terlalu merasakan hawa dingin yang menusuk sampai ke tulang.“Pak Marcel, sarapan dulu selagi Tuan Ronnie dan yang lain belum bangun ...”Sayup-sayup terdengar suara Bik Nana yang mencapai telinga Marcel.“Hm ...?”“Sebaiknya Pak Marcel bangun, cuci muka, terus sarapan duluan.” Bik Nana mengetuk pintu lagi.“Nanti Shirley marah, Bik ....”“... habis sarapan, Pak Marcel bisa balik lagi ... pura-pura masih tidur dan belum makan apa-apa,” sambung Bik Nana. “Tapi jangan bilang Tuan Ronnie, nanti kita semua kena marah.”Marcel membuka mata lebar-lebar, setuju dengan ide yang diberikan Bik Nana barusan. Cepat-cepat dia bangun, mencuci mukanya dan melahap cepat sarapan berupa roti dan susu yang sudah disiapkan Bik Nana di dapur.“Tolong jangan bilang Tuan atau Nyonya Muda ya, Pak?” ucap Bik Nana lagi
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status