All Chapters of Menantu Hina Itu Ternyata Ahli Obat : Chapter 41 - Chapter 50

116 Chapters

41 Utang yang Belum Selesai

Marcel lantas diminta untuk menunjukkan kartu identitasnya oleh beberapa orang.“Marcelino? Kamu asli orang sini?”“Begitulah,” angguk Marcel.“Ikut kami sekarang,” kata salah seorang yang tadi menjebloskan Marcel ke dalam ruangan.Dengan tenang Marcel membiarkan dirinya digelandang ke sebuah rumah berlantai dua yang letaknya tidak terlalu jauh dari kantor.Di sana sudah ada Aldi yang menunggunya dengan tampang gembira. Tanpa banyak basa-basi di awal, satu di antara mereka langsung mengajak Marcel bicara.“Ada yang bisa saya bantu, Pak Marcel? Katakan saja.”Marcel mendongak dari posisinya yang tengah duduk diapit dua anggota keamanan Aldi yang bertubuh kekar.“Sepertinya saya ingin memindahkan lab secara bertahap,” sahut Marcel datar, dengan kedua mata menatap lurus ke arah pria matang berompi yang duduk menghadapnya dengan aura berkharisma. “Saya rasa rumah keluarga Delvino tidak lagi aman.”Pria jangkung dengan mata bijak itu menatap Marcel dengan pandangan menyipit hingga tinggal
Read more

42 Tidur Saja di Kamarku

Ketika makan malam berlangsung, sesekali Herman melayangkan pertanyaan kepada Marcel.“Kerja di mana sekarang, Cel?”“Masih di toko kecil-kecilan, Yah.” Marcel menjawab asal. “Kalau hanya di rumah ini saja, aku tidak akan dapat uang.”Di seberang meja, Ronnie saling pandang dengan Shirley. Kali itu adalah untuk pertama kalinya Marcel diizinkan makan satu meja bersama keluarga mereka.“Oh ya?” tanggap Herman tidak percaya. “Kamu bukannya memutuskan untuk meneruskan kembali lab itu? Saya kira kamu sibuk di sana, tapi mungkin kamu jadi lupa kewajiban kamu untuk membantu pekerjaan asisten rumah tangga di sini ....”Herman menghentikan ucapannya ketika Shirley memandangnya dengan tatapan merajuk.“Marcel tetap mau bercerai.” Shirley memberi tahu.Marcel hanya tersenyum singkat. Dari sudut matanya, dia melihat bagaimana Shirley mencibir ke arah piringnya sendiri.Malamnya, seperti biasa Marcel mengambil bantal dan selimutnya karena berniat untuk tidur di kamar pembantu.“Tidur saja di kamar
Read more

43 Seratus Juta Setiap Bulan

Setibanya di kantor mertua, Marcel turun bersama Aldi untuk bersama-sama menemui Herman.Marcel yang mengenakan kemeja biru biasa dan celana hitam licin berjalan di samping Aldi yang disuruhnya bergaya seperti pengusaha konglomerat.Marcel yang tidak tahu apa-apa hanya menurut saja apa yang Aldi sarankan kepadanya.“Saya mau bertemu Pak Herman,” kata Marcel kepada pegawai yang bertugas di meja. “Saya menantunya, yang sebentar lagi akan jadi mantan.”Pegawai perempuan itu bereaksi cukup sulit saat mencoba mencerna ucapan Marcel, tapi dia tetap pergi ke dalam ruangan Herman untuk memberi tahu kedatangan menantunya.“Masa dia sampai tidak tahu kalau Anda ini menantu atasannya?” bisik Aldi terheran-heran.“Anda tidak perlu heran,” sahut Marcel dalam bisikan rendah. “Padahal orang tua saya berharap saya akan mendapatkan jenjang karir yang bagus.”Aldi mengedarkan pandangannya ke sekeliling.“Tidak masalah perusahaan sekecil ini, Anda kan punya belasan perusahaan ....”“Kita tidak membicara
Read more

44 Kerja Apa Kamu?

Sejak Marcel hanya memberikan nafkah bulanan sebanyak tiga juta kepadanya, Shirley kembali ke sikap pongahnya semula.Terlebih setelah Ronnie memberi tahu kalau Marcel hanya menumpang gaya saja dengan temannya yang memiliki mobil mewah.“Serius? Jadi selama ini ...?” Shirley membelalakkan mata setelah mengetahui fakta itu.Ronnie mengangguk.“Tapi biar saja, setidaknya kita masih bisa memanfaatkan utang mertua kamu tetap mendapatkan uang.” Dia menatap Shirley. “Kamu tidak perlu cerai, toh kamu tidak usah bercinta sama Marcel kalau memang tidak mau.”“Apa sih, Kak? Najis, tahu!” sergah Shirley dengan mimik jijik.Meskipun dalam hati dia mengatakan yang sebaliknya.Pernah di waktu-waktu tertentu, Shirley tanpa sengaja melihat Marcel yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk yang melilit bagian pinggangnya ke bawah.Ketika itulah Shirley melihat ada perubahan fisik yang tampak dari dua lengan Marcel yang tampak kencang dan berisi, juga dada lebar hingga perut
Read more

45 Shirley Sudah Selingkuh

“Aku tetap mau bercerai,” bisik Shirley kepada ibunya.“Bukan ide bagus,” geleng Reina. “Lab suami kamu bisa menghasilkan uang untuk kita, Marcel juga bisa kamu manfaatkan ....”“Dia suami kere, aku tidak mau!” tolak Shirley sambil mengernyit.“Tapi dia bisa menghasilkan berjuta-juta dari pekerjaannya itu,” sindir Ronnie. “Bikin malu nama keluarga kita saja, Bu.”Herman menghela napas.“Kalau pernikahan ini diakhiri, kita semua rugi.” Dia menegaskan. “Belum balik modal, memangnya siapa yang akan mengganti uang ayah?”Shirley memutar matanya.“Kalau kamu tetap menjadi istri Marcel, setidaknya kamu dapat uang bulanan. Dia juga bisa bantu-bantu pekerjaan rumah,” usul Ronnie sambil menghitung-hitung. “Kapan lagi punya babu gratisan?”Shirley memegang keningnya, dia tidak yakin kalau Marcel memiliki harta yang bisa dia kuras habis.“Aku juga yang jadi tumbal,” keluh Shirley ketika orang tuanya sedang berunding lagi dengan Marcel.“Nanti aku bantu,” sahut Ronnie. “Wajar sih kalau ayah dan i
Read more

46 Enggan Melepas

Dua minggu berlalu dengan damai. Marcel dan penghuni perumahan lain berhasil melakoni kehidupan baru mereka dengan jadwal yang sudah ditentukan pusat.Para tetangga menerima kehadiran mereka tanpa pertanyaan sama sekali, sehingga satu sama lain tidak saling mengusik atau terusik jika Marcel selalu pergi dengan sopir Aldi dan dua orang lainnya setiap hari.“Aku heran anggota keluarga Delvino belum ada yang menyadari apa yang kita lakukan,” komentar Marcel ketika mobil yang dikemudikan sopir Aldi melaju ke arah kantor Herman. “Menurut saya ini terlalu mencurigakan.”Sopir Aldi yang bernama Diko masih fokus mengemudi dan tidak segera menjawab.“Justru bagus kalau seperti ini, Pak.” Diko menyahut setelah terdiam beberapa saat. “Proses perpindahan lab Anda ke tempat Pak Aldi jadi lebih mudah.”Marcel terdiam sebentar sambil berpikir.“Tapi bisa juga ini jebakan tidak langsung,” komentarnya mawas diri. “Saya harus tetap hati-hati, termasuk dengan orang asing yang kita temui.”“Saya sependapa
Read more

47 Wilayah Keluarga Delvino

Beberapa hari menempati lab baru ....“Tidak bisa begitu, Pak.” Diko membantah. “Bos saya sudah mengambil alih kepemilikan lahan ini ....”“Mana surat-suratnya kalau begitu?” tanya Ronnie dengan nada seperti penagih utang.“Soal surat, itu urusan bos saya.” Diko tetap pada pendiriannya.“Kalau kamu tidak bisa menunjukkan suratnya, kami akan ambil alih lahan ini!” ancam Ronnie sambil menarik kerah kemeja Diko. “Kamu tahu siapa aku? Aku anak Herman Delvino, seharusnya kamu kenal nama itu!”Diko terhuyung ke belakang ketika Ronnie mendorongnya keras.“Kalau begitu bisa Anda tunjukkan surat kepemilikan dari keluarga Delvino, Pak?” kata diko sambil merapikan bagian depan kemejanya.“Apa?”“Bukankan tadi Anda bilang kalau tidak ada surat, itu berarti kepemilikan bisa atas nama siapa saja?” balas Diko cerdik.Tampang Ronnie sontak berubah merah padam ketika mendengar ucapan Diko. Dia lantas menoleh ke arah anak-anak buahnya yang masih berdiri siaga dan berteriak, “Ratakan tempat ini dengan t
Read more

48 Menyelamatkan Kamu

“Kamu ...” Seorang penjaga mengamati wajah Marcel yang sedikit tersembunyi di balik rambut hitam legamnya yang berantakan. “Seperti yang ada di sana tadi ....”Sebelum penjaga itu sempat mengenalinya, Marcel berbalik dan langsung menarik Venya untuk berlari kembali. Dia tabrak satu-dua orang yang berniat menghadang perjalanannya.“Ve, aku butuh bantuan kamu!” seru Marcel keras-keras.“Kamu yakin, Cel?” Venya balas berseru. “Aku mana bisa berkelahi, Cel!”“Kamu hanya perlu mendengarkan instruksi aku!” timpal Marcel. “Dan melakukannya tanpa banyak bertanya!”Venya mau tak mau menganggukkan kepalanya.“Yang penting aku bisa pulang dan bertemu ayahku!” seru Venya nyaris putus asa. “Aku datang ke sini untuk melanjutkan penelitian, tapi kenapa jadi seperti ini!”Marcel menganggukkan kepala, dia menghentikan larinya dan mengangkat pinggang Venya hingga kedua kaki jenjangnya terangkat dari tanah.“Astaga, Marcel!” seru Venya terkejut.“Maaf kalau aku tidak sopan! Tapi tolong angkat kaki kamu
Read more

49 Siapa Perempuan Ini?

“Bagaimana masalah perceraian suami kamu?” tanya Miko kepada Shirley yang duduk di sampingnya.Ketika itu mereka berdua sedang berada di dalam mobil dan sesekali bercumbu tanpa memedulikan tempat dan status.“Tidak tahu, katanya dia mau tetap cerai sama aku.” Shirley menjawab ringan. “Siapa peduli sih, Marcel itu tidak pernah dianggap ada—kecuali sama pembantu rumahku.”Miko terkekeh.“Lagian mau-maunya menikah sama pria yang tidak punya pekerjaan bagus,” komentarnya mengejek. “Menikah itu sama pria mapan, setidaknya yang bisa memuaskan kamu dalam segala hal ....”Shirley tergelitik ketika ujung hidung Miko menyentuh telinganya.“Itu hanya pernikahan penebus utang,” bantah Shirley ketika Miko menjauh. “Kita lihat saja bagaimana, aku nggak yakin kalau Marcel punya cukup uang untuk mengurus perceraian kami ... Dia pikir bercerai itu tidak butuh biaya?”Miko menggenggam tangan Shirley sambil berkata, “Sampai sekarang dia tidak maju-maju karena apa? Karena tidak ada uang!”“Memang,” anggu
Read more

50 Mencari Ronnie

Aldi membagi tim menjadi dua bagian setelah Marcel menerima telepon dari lab.“Pak, saya ikut ke rumah keluarga itu saja.” Marcel menawarkan diri saat Aldi menempatkannya di tim kedua sebagai tim pencari.“Sebentar,” cegah Aldi sambil memandang Marcel dengan sangat tegas. “Kita belum tahu apakah ini jebakan dari keluarga Delvino atau bukan, Pak Marcel. Jadi biarkan saya yang suruh orang untuk berkunjung ke sana.”Marcel belum sempat mendebat karena saat itu Diko datang ke tengah-tengah mereka.“Pak, semua tim sudah siap.” diko melapor.“Kita pergi sekarang,” kata Aldi, kemudian menoleh memandang Venya. “Anda sebaiknya tetap di lab saja ...”“Tapi ... saya berutang banyak kepada Anda dan Pak Marcel, saya juga ingin membantu,” sergah Venya sambil menatap ke arah Aldi, membuatnya tidak kuasa untuk membantah permintaannya.“Biar saya yang menyetir,” kata Diko sambil meraih kunci mobil Aldi. “Anda masih kelihatan mengantuk, tidurlah sebentar sementara saya menyetir ...”“Mana bisa?” sahut
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status