Share

28 Menjalin Kerja Sama

Penulis: Setia_AM
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-09 21:53:56

Marcel refleks mendorong Ronnie menjauh darinya.

“Ngapain sentuh-sentuh aku sih, Kak?” tukas Marcel antara merasa risi dan juga terhina.

Ronnie mengumpat kasar.

“Itu apa yang kamu sembunyikan?” hardik Ronnie dengan wajah curiga.

“Aku tidak menyembunyikan apa-apa,” bantah Marcel.

“Memang ada apa sih, Kak?” tanya Shirley ingin tahu.

“Aku pegang sesuatu di tanganku tadi,” jawab Ronnie yakin. “Suami kamu yang tidak berguna itu pasti habis merampok ....”

“Jaga ucapan kamu ya, Kak?” potong Marcel yang mulai habis kesabaran. Enak saja mereka sudah menginjak harga dirinya bagai keset setiap hari, dan sekarang menuduh bahwa dia telah mencuri.

Benar-benar penghinaan besar untuk seorang Marcel.

“Terus itu apa? Sini!” tunjuk Ronnie gelap mata. “Sini aku bilang!”

Marcel tetap berdiri bergeming di tempatnya.

“Cel, dengar tidak sih kalau Kak Ronnie bicara?” tegur Shirley sambil menarik tangan Marcel seperti seorang aparat yang menemukan seekor bandit kecil. “Jujur sama kami, apa yang kamu sembunyika
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menantu Hina Itu Ternyata Ahli Obat    29 Menikmati Jerih Payah Marcel

    Ciko bergegas menghubungi ayahnya setelah mendapatkan informasi dari sekretarisnya di kantor.“Halo?”“Halo, Yah?” sahut Ciko begitu Herman menjawab panggilannya. “Apa Ayah sudah mendapatkan relasi baru untuk kerja sama proyek kita?”“Masih proses pencarian,” jawab Herman. “Kita harus bisa memilih dengan tepat, bukan asal pilih.”“Aku mengerti, Yah. Masalahnya aku dapat kabar kalau ada pengusaha terkenal yang ternyata diam-diam diincar Marcel,” kata Ciko memberi tahu. “Maksud aku—kok tega sekali Marcel berbuat begitu sama Ayah?”“Memangnya siapa pengusaha terkenal yang kamu maksud?” tanya Herman ingin tahu. “Setahu ayah Marcel itu tidak memiliki koneksi sama sekali dengan pengusaha manapun.”“Tapi ....”“Kamu tidak perlu terlalu khawatir, Marcel tidak akan sanggup menjalin relasi apa pun dengan pengusaha manapun.” Herman menegaskan. “Bagi ayah tidak ada kesempatan bagi Marcel untuk mengembangkan diri karena dia harus melunasi utang-utang orang tuanya.”“Baik, Yah.” Ciko tidak

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-12
  • Menantu Hina Itu Ternyata Ahli Obat    30 Istri yang Tidak Hormat

    Pagi pun datang, sinar matahari menembus melalui jari jemari Marcel yang tengah meringkuk di dalam kamar pembantu.Selembar selimut ala kadarnya menutupi sekujur tubuh Marcel hingga tak terlalu merasakan hawa dingin yang menusuk sampai ke tulang.“Pak Marcel, sarapan dulu selagi Tuan Ronnie dan yang lain belum bangun ...”Sayup-sayup terdengar suara Bik Nana yang mencapai telinga Marcel.“Hm ...?”“Sebaiknya Pak Marcel bangun, cuci muka, terus sarapan duluan.” Bik Nana mengetuk pintu lagi.“Nanti Shirley marah, Bik ....”“... habis sarapan, Pak Marcel bisa balik lagi ... pura-pura masih tidur dan belum makan apa-apa,” sambung Bik Nana. “Tapi jangan bilang Tuan Ronnie, nanti kita semua kena marah.”Marcel membuka mata lebar-lebar, setuju dengan ide yang diberikan Bik Nana barusan. Cepat-cepat dia bangun, mencuci mukanya dan melahap cepat sarapan berupa roti dan susu yang sudah disiapkan Bik Nana di dapur.“Tolong jangan bilang Tuan atau Nyonya Muda ya, Pak?” ucap Bik Nana lagi

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-12
  • Menantu Hina Itu Ternyata Ahli Obat    31 Tidak Mau Bohong

    Suara riuh gelak tawa terdengar ketika Marcel tiba di kediaman Delvino. Dia yang tadinya mau masuk lewat pintu depan, jadi mengurungkan niatnya dan memilih untuk memutar dan masuk lewat halaman belakang rumah.Shirley selalu mewanti-wanti Marcel untuk tidak memperlihatkan diri ketika teman-temannya sedang datang berkunjung.“Aku mau membangun citra diri yang sempurna di depan teman-teman, dan aku selalu bilang kalau suami aku adalah seorang pengusaha sibuk yang pulangnya tiga bulan sekali.” Begitu kata Shirley setiap kali Marcel melayangkan protes terkait sikapnya itu.Sialnya, ada Ronnie yang sedang duduk di meja sambil menikmati secangkir kopi. Kakak tertua Shirley itu menoleh ketika Marcel muncul di dapur.“Kamu tidak lewat pintu depan kan?” tanya Ronnie dengan nada menyelidik.“Aku lewat pintu belakang,” jawab Marcel datar.“Bagus kalau kamu tahu diri,” sahut Ronnie sambil tersenyum sinis. “Ngomong-ngomong, pekerjaan jadi pelayan cukup tidak hasilnya buat menafkahi adik aku?” tany

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-13
  • Menantu Hina Itu Ternyata Ahli Obat    32 Melanjutkan Cita-cita

    “Apa?” Marcel menyipitkan matanya. “Kenapa Anda bisa seyakin itu?”Aldi mengangguk kalem.“Susah payah saya mencari Anda,” katanya seraya mengembuskan napas berat. “Saya satu frekuensi dengan orang tua kamu soal penelitian ilmiah dalam rangka memajukan kehidupan umat manusia.”Marcel termenung cukup lama, memaksa otaknya untuk mampu menerima apa yang Aldi jelaskan.“Saya rasa Anda salah orang, Pak.” Dia menggeleng. “Dari kecil, saya bahkan tidak tahu apa saja yang dilakukan orang tua saya di dalam lab. Jadi saya sampai sekarang hanya melanjutkan saja apa yang sudah dimulai oleh orang tua saya.”Aldi tidak berkomentar.“Saya adalah Marcel, bukan orang yang ahli obat atau ahli bisnis seperti yang Anda kira.” Marcel mengambil dompetnya dan menunjukkan selembar kartu identitas kepada Aldi. “Saya lulusan bisnis yang bahkan hanya bekerja di toko kelontong saja karena keluarga istri saya tidak berkenan saya kerja di perusahaan ....”Selanjutnya Marcel meletakkan berkas yang diberikan Aldi di

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-13
  • Menantu Hina Itu Ternyata Ahli Obat    33 Istrinya Tidak Pulang

    “Shirley mana?” tanya Ciko ketika Marcel tiba di rumah.“Memangnya dia tidak bilang sama kamu?” sahut Marcel sambil membuka jaketnya.“Kalau Shirley bilang, ngapain aku tanya sama kamu?” tukas Ciko dengan selang air terulur ke wajah Marcel.“Dia liburan,” jawab Marcel apa adanya. “Tapi aku tidak tahu dia liburan ke mana dan sama siapa.”Ciko mengangguk.“Cuci mobil aku,” perintahnya. “Kemarin aku pakai ke pantai, terus kehujanan. Kamu cuci lagi yang bersih, setelah itu kamu baru boleh makan.”Marcel yang masih lelah karena habis bekerja, memandang kakak iparnya dan bersiap menolak.“Apa?” tantang Ciko yang menyadari tatapan penolakan dari Marcel.“Aku baru pulang kerja, setidaknya biar aku minum dulu.” Marcel mencoba menawar.“Siapa kamu, berani tawar menawar sekarang?” hardik Ciko sambil melecut lengan Marcel dengan selang.“Bukan begitu ...” Marcel pura-pura meringis kesakitan. “Pak Aldi terus menghubungi aku beberapa hari ini aku merasa ada yang mengikuti aku ... Makanya aku harus

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-13
  • Menantu Hina Itu Ternyata Ahli Obat    34 Aku Ini Siapa?

    7Sejak rumah orang tuanya mendapatkan teror, Ronnie terlihat sibuk sendiri hingga tak sempat lagi mengusik ketenangan Marcel.Hal itu Marcel manfaatkan untuk menggali lebih dalam tentang pengetahuan obat kepada Venya.“Jadi intinya aku harus memahami sifat dasar setiap elemen untuk bisa menghasilkan formula yang diinginkan?” tanya Marcel menyimpulkan. Siang itu dia memang sengaja meminta Venya mengajarinya membuat ramuan sederhana.“Ya, tapi tidak sesederhana itu juga.” Venya mengangguk. “Itu semua harus dilengkapi dengan kesabaran karena biasanya formula yang kita inginkan tidak serta-merta jadi dalam satu kali percobaan saja. Kadang kita harus berkali-kali membuat formula yang berbeda sampai kita tahu formula mana yang paling baik.”“Jadi apa yang harus aku pelajari lagi?” tanya Marcel lebih spesifik. “Aku mau mengubah hidup, dan juga merebut apa yang seharusnya menjadi hak keluarga aku.”Venya tersenyum mendengar penuturan Marcel.Marcel sendiri butuh beberapa hari untuk bersikap m

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-13
  • Menantu Hina Itu Ternyata Ahli Obat    35 Kamu Kurang Panas?

    Marcel tidak segera menjawab, pikirannya terlalu penuh hingga sulit baginya untuk segera memutuskan.“Apa lagi yang mau Anda pertimbangkan lagi, Tuan?” kata Fandi lagi.“Sebetulnya tidak ada yang harus saya pertimbangkan lagi,” ujar Marcel.“Lalu?” tanya Fandi tidak mengerti. “Soal kerja sama dengan Pak Aldi, bukankah Anda sudah menyetujuinya?”Marcel menoleh memandang Fandi.“Saya tidak bisa langsung menyetujui soal kunjungan Pak Aldi ke dalam lab saya,” ujar Marcel. “Saya juga tidak mau orang-orang mengetahui kerja sama ini terlalu cepat, terlebih lagi keluarga istri saya.”Fandi menganggukkan kepalanya, sementara Marcel memilih untuk tidak bicara terlalu jauh.“Saya tidak mengerti apa rencana Anda terkait keluarga istri Anda, tapi yang jelas Anda harus segera menanggapi keinginan Pak Aldi yang ingin datang berkunjung ke lab Anda.”“Tolong bilang Pak Aldi untuk bersabar dulu sebentar,” kata Marcel tenang. “Saya belum bisa memastikan kapan, tapi yang jelas kepentingan saya saat ini

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-14
  • Menantu Hina Itu Ternyata Ahli Obat    36 Harga yang Harus Aku Bayar

    Beberapa jam setelah itu, Marcel datang kembali ke rumah inti mertuanya. Sudah bisa ditebak, Herman teramat murka dengan keputusan yang telah Marcel buat.“Kamu berniat menghancurkan perjanjian kita, ha?” tanya Herman geram.“Perjanjian kita memang sudah hancur, makanya aku sudah tidak tahan lagi untuk tetap bersama Shirley.” Marcel berkomentar tenang.“Terus kenapa kamu meninggalkan rumah ini, kenapa?” sergah Herman.“Shirley selingkuh,” jawab Marcel singkat.Herman mengerutkan keningnya tak percaya.“Kembali sekarang, perjanjian ini masih bisa diperbaiki.” Dia berkata tegas. “Jangan mempersulit hidup kamu lagi.”“Aku ke sini justru mau kasih tahu Ayah kalau aku akan mencarikan dana untuk membayar utang,” sahut Marcel sekenanya. “Jadi Ayah tidak perlu memaksakan pernikahan aku dan Shirley lagi.”Herman mengembuskan napas keras.“Kamu pikir semudah itu?” tukasnya. “Sudahlah, lebih baik kamu temui Shirley dan minta maaf sekarang.”Marcel menggeleng tegas.“Aku akan buktikan sama Ayah,”

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-14

Bab terbaru

  • Menantu Hina Itu Ternyata Ahli Obat    116 Tetap Ingin Bercerai

    Untuk meluapkan kemarahannya yang tertahan, Shirley memilih untuk mendatangi ruang kerja Herman detik itu juga.Sebenarnya Shirley tergoda sekali ingin menghakimi Marcel sendiri untuk pertama kali, tetapi dia mengurungkannya karena masih memikirkan nama baik sang ayah.Setibanya di ruang kerja, Shirley segera memberi tahu kedatangan Marcel.“Ayah dan Ibu sebaiknya cepat turun, Marcel menunggu.” “Ada Marcel? Ini benar-benar kejutan.” Herman segera berdiri dari duduknya.“Ayo kita semua turun, kita harus berbaik-baik kepada Marcel kalau tidak ingin tambang emas kita hilang untuk kesekian kalinya ....""Aku akan siapkan jamuan untuk Marcel," sahut Reina tidak sabar, dan wanita itupun segera berlalu pergi untuk memerintahkan pelayan menyiapkan teh.Selama menunggu, Marcel sibuk memainkan gawainya. Dia sempat berpikir untuk membahas perceraian dengan Shirley setelah menyelesaikan urusan orang tuanya. Setelah beberapa saat menunggu, Herman dan istrinya muncul bersama Shirley di hadapan Ma

  • Menantu Hina Itu Ternyata Ahli Obat    115 Lino yang Sebenarnya

    Shirley bertopang dagu sambil memandang ke arah sahabatnya.“Aku malah mikirnya begini, bagaimana kalau ternyata Lino itu adalah Marcel yang menyamar?” ujar Shirley lambat-lambat. “Siapa yang tahu, kan? Dia sengaja pura-pura jadi orang lain karena mau balas dendam sama aku, dengan cara menggulingkan perusahaan ayah.”Elen terbengong-bengong saat mendengar ucapan Shirley yang mulai ke mana-mana.“Kamu ini Bu, kebanyakan nonton drama!” seloroh Elen sambil geleng-geleng kepala. “Saya jadi penasaran seperti apa wajah si Lino itu.”“Percaya deh sama aku, dia itu sebelas dua belas sama Marcel!” Shirley terus-menerus berusaha meyakinkan Elen.“Maaf ya Bu, tapi saya tidak percaya kalau belum bertemu sama orang yang kamu maksud itu.” Elen menghela napas. “Sudahlah, mungkin kamu terlalu sibuk kerja. Stres kan jadinya lama-lama.”“Enak aja, aku tidak stres!” sergah Shirley tidak terima. “Aku hanya gila kalau aku tidak segera tahu siapa Linocemar yang sebenarnya.”Elen melambaikan tangan kepada s

  • Menantu Hina Itu Ternyata Ahli Obat    114 Mirip dengan Seseorang

    “Kamu tidak perlu bersandiwara di depanku, Cel. Jadi kamu sengaja bersembunyi?” kata Shirley tanpa mempersilakan pria itu duduk. “Terus tiba-tiba kamu datang lagi buat menghancurkan hidup aku?”“Kamu ini bicara apa, sih? Aku Lino, perwakilan dari Aldians untuk menemui Bu Shirley.” Pria itu menegaskan. “Baik, kalau memang tidak ada pembahasan yang penting, aku akan menghubungi sekretarisnya lain waktu.”Pria itu berbalik dan Shirley segera berdiri untuk mencegahnya pergi.“Tunggu dulu!” seru Shirley tertahan hingga pria itu menghentikan langkahnya dan berbalik.“Ada apa lagi?”“Maaf ... sepertinya aku ... kita lanjut,” kata Shirley terbata-bata. “Jadi kamu ini adalah ... Pak Lino yang rencananya bertemu sama aku?”Pria itu menatap Shirley lurus-lurus.“Ya,” sahutnya pendek.Shirley menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab.“Silakan duduk Pak,” pinta Shirley sopan meskipun dia masih setengah shock. “Saya Shirley, CEO dari Delvinos yang mengundang kamu.”Pria bernama Lino itu menatap S

  • Menantu Hina Itu Ternyata Ahli Obat    113 Tinggal Selangkah Lagi

    Semakin tinggi pohon, semakin kencang pula anginnya. Begitu juga dengan perusahaan Herman yang selama beberapa waktu ini dinobatkan sebagai perusahaan raksasa yang berkibar. "Bu Shirley, Pak Erlan membatalkan kerja sama kita dan memilih kontrak kerja dengan perusahaan lain." Fira melaporkan hasil pembicaraannya kepada Shirley menjelang waktu makan siang. "Apa? Batal?" Shirley mendongak dari pekerjaannya. "Kamu tahu siapa perusahaan yang menyaingi kita?"Fira menganggukkan kepalanya. "Perusahaan milik seorang pengusaha single dan pintar .... ""Fira, saya tanya nama perusahaan yang menyaingi kita. Bukan status pemilik perusahaannya," tukas Shirley yang telinganya paling sensitif jika mendengar kata single. "Maaf Bu, tapi saya sering mendengar orang-orang membahasnya," sahut Fira salah tingkah. "Membahas soal status pemiliknya?" tanya Shirley lagi. "Bukan Bu, mereka hanya sering menyebutnya bos single kaya." Fira menjelaskan. "Dia memimpin dua perusahaan besar dan salah satunya be

  • Menantu Hina Itu Ternyata Ahli Obat    112 Mengembangkan Sesuatu

    “Jangan memandang ibu saya seperti itu,” kata Elen, kali ini dengan nada yang begitu dingin sementara tatapan matanya tajam memperingatkan Shirley agar lebih menjaga sikap.“Hai, Bu ...?” sapa Shirley dengan mimik terpaksa. “Apa ... Ibu tinggal di sini?”Elen hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, sudah tahu kalau ini adalah kediaman orang tuanya ... masih juga dia bertanya.“Iya, sejak Elen masih bayi merah.” Ibu Elen menyahut sambil tersenyum. “Masuk dulu, Bu?”Shirley sebenarnya ingin menolak, tapi Elen mengingatkannya soal Pak Herman dari sudut bibirnya nyaris tanpa suara.“Di sini saja, Bu.” Shirley terpaksa menganggukkan kepala sambil berjalan mendekati bangku kayu panjang yang ada di depan warung lalu meniup-niup bangku kayu sebelum dia duduki, seakan ada debu setebal satu senti di atasnya.“Bisa tidak sih kamu tidak perlu seperti itu?” tanya Elen tersinggung. “Keluarga saya memang sangat sederhana, tapi kami selalu jaga kebersihan soal rumah.”Shirley tidak menanggapi dan senga

  • Menantu Hina Itu Ternyata Ahli Obat    111 Kena Pelet Apa Kalian

    Kali ini, Jena tidak tertawa seperti biasanya jika mendengar Shirley menghujat orang.“Shierly, dia kan relasi bisnis kamu.” Jena mengingatkan. “Paling tidak, hormatilah dia sedikit.”Shirley mengangkat sebelah alisnya ke arah pantulan Jena di cermin besar yang ada di depannya.“Kamu belain Elen?” tanyanya sambil menyipit curiga.“Bukannya belain, tapi memang dia itu relasi bisnis kamu kan?” tanya Jena balik. “Ya aku kasihan saja sih lihat dia, aku lihat dia baik dan tidak aneh-aneh ....”“Terus?” pancing Shirley sinis.“Kasihan saja sih, lihat kamu galak sama dia terus.” Jena mengangkat bahu. “Tidak ada maksud apa-apa.”Shirley mengembuskan napas keras dan tidak berkata apa-apa.Beberapa saat kemudian ....Saat rambut Shirley selesai dibilas dan sedang dalam proses pengeringan, Elen muncul dengan rambut yang sudah tidak selepek sebelumnya. “Hei, ngapain kamu masuk-masuk tanpa izin?” hardik Shirley, mengagetkan beberapa pengunjung salon yang sedang menikmati layanan para kapster.Leb

  • Menantu Hina Itu Ternyata Ahli Obat    110 Shirley Adalah Putri Bos

    “Karena saya cuma pegawai,” jawab Elen. “Tapi Shirley bukanlah atasan kamu,” kata Marcel menegaskan. “Di perusahaan itu kalian berdua sama-sama CEO, kamu sama Shirley sederajat di mata Pak Herman.”Elen tidak segera menjawab.“Tapi ... tetap saja bagi Bu Shirley, saya hanyalah pegawai kelas rendah dan akan selamanya seperti itu.” Dia memandang Marcel. “Seandainya Bu Shirley bukan putri bos, mungkin saya akan melawannya.”Marcel tersenyum singkat mendengar pengakuan Elen.“Jadi sebenarnya kamu punya kemampuan untuk melawan Shirley,” komentar Marcel lugas. “Tapi kamu sendiri yang menolak menggunakan kesempatan itu, padahal kamu bisa.”“Tapi ...” Elen tidak menemukan kata-kata yang pas untuk menanggapi.“Dengarkan saya, Elen. Kamu dan Shirley sudah dikasih kesempatan untuk kerja sama, jadi saya minta tolong.” Marcel menyela sambil menatap Elen dengan serius. “Tolong bantu saya untuk mencari tahu keseluruhan bisnis yang dikembangkan keluarga istri saya.”“Apa, Pak?” Elen membelalakkan ma

  • Menantu Hina Itu Ternyata Ahli Obat    109 Saya Mundur Saja

    “Wah, wah, senang sekali melihat kalian berdua akrab seperti ini.” Tanpa diduga, Herman muncul saat ceramah Shirley masih berlangsung.“Pak?” Elen cepat-cepat berdiri untuk menyambutnya. “Yah, lihat deh. Elen mau beli mobil,” tunjuk Shirley sambil memandang ayahnya. “Calon sekretaris pilihan ayah sudah mulai naik kelas rupanya ....”“Shirley, biasakan menyebut nama orang dengan baik.” Herman menegur putrinya. “Soal mobil, tidak ada yang salah dengan hal itu kan?”Shirley mengangkat bahunya dan berpikir bahwa ayahnya sama sekali tidak sependapat dengannya.“Kenapa kamu tidak pergi ke ruangan kamu sendiri?” tanya Herman sambil memandang putrinya. “Atau kamu memang berniat mendekatkan diri sama sekretaris kamu? Ayah akan izinkan kalau itu tujuan kamu.”“Tidak deh, Yah.” Shirley menggelengkan kepalanya sambil berdiri dari kursinya. “Mungkin Ayah yang sebenarnya mau mengenal si kampung lebih dekat ....”“Shirley, berapa kali papa harus tegur kamu supaya menyebut nama orang dengan benar?”

  • Menantu Hina Itu Ternyata Ahli Obat    108 Memutuskan Ikatan Kerja Sama

    Sekeras apa pun usaha Shirley untuk menolak rencana itu, tetap saja ayahnya tidak akan membatalkan rencana yang sudah dia susun sejak lama.“Apa sih Ayah lihat dari Elen?” tanya Shirley tidak habis pikir. “Kalau Ayah memang mau aku berkarir, biar aku yang cari sekretaris sendiri.”“Memangnya kamu bisa menjamin kalau sekretaris yang kamu pilih itu adalah orang baik-baik?” tanya Herman sambil memandang putrinya lekat-lekat. “Paling juga dia hanya mau sama kekayaan Ayah saja ....”“Apa Ayah pikir Elen juga tidak begitu?” sahut Shirley dengan napas memburu. “Dia kan dari keluarga pas-pasan, jelas saja dia tidak menolak jabatan ini.”“Elen menolak kok,” kata Herman tenang. “Apa?” Shirley terpaku. “Dia menolak ...? Sombong amat, tapi baguslah. Itu berarti Ayah tidak perlu lagi memaksakan kerja sama ini.”Herman menarik napas.“Justru karena Elen menolak, makanya ayah akan tetap meneruskan rencana kerja sama kalian.” Dia menyahut. “Justru ini yang ayah harapkan, kamu mendapatkan sekretaris

DMCA.com Protection Status