All Chapters of Menantu Hina Itu Ternyata Ahli Obat : Chapter 11 - Chapter 20

116 Chapters

11 Kamu Tidak Protes?

“Apa kamu tidak bisa menceritakan kepadaku seperti apa ciri-ciri dari cairan yang kamu minum?” tanya Venya sambil mencari di antara lemari kaca. “Aku tidak ingat,” jawab Marcel segera. “Namanya juga pikiranku saat itu sedang kalut, jadi aku asal ambil cairan kimia yang ada dan menenggaknya.” Venya kemudian menghadap Marcel dan menatapnya dengan serius. “Apa kamu masih ingat tabung mana yang kamu ambil?” Dia bertanya lagi. “Tidak, aku kan sudah bilang kalau aku hanya asal ambil.” Marcel menjelaskan. “Memangnya penting bagi kita untuk mengetahui cairan apa yang aku minum? Kan yang penting aku baik-baik saja pada akhirnya.” Venya menghela napas. “Tentu saja itu penting, karena sepengetahuan aku stok formula di sini tidak ada yang aman untuk dikonsumsi.” Dia menjelaskan. “Tapi ya sudahlah ... kita akan susah mencari jejaknya karena tidak ada sisa-sisa dari cairan yang kamu minum itu.” Marcel mengangguk, dia memang tidak ingat sama sekali tentang apa yang terjadi setelah dia minum ca
Read more

12 Pernah Berhasrat

Begitu Shirley melenggang pergi dan tidak terlihat lagi, Marcel segera mengangkut baju-baju kotor istrinya ke tempat cucian, dia masukkan hampir semuanya ke mesin cuci kecuali dia potong gaun berbahan tipis dan belahan dada rendah untuk dicuci secara terpisah.Sebagai laki-laki normal, Marcel tentu pernah berhasrat untuk melakukan hubungan suami istri dengan Shirley. Namun, itu sebelum dia diusir tepat pada malam setelah mereka resmi menikah.“Pergi sejauh-jauhnya dari kamarku! Jangan pernah sekali-kali kamu tidur di ruangan yang sama denganku, ngaca dulu sana!”Sejak saat itu, Marcel memupus naluri laki-lakinya dan menganggap bahwa dirinya tidak pernah menikah.“Pak Marcel, sarapan!” Nana melongok ke tempat cucian, di mana Marcel sedang duduk di depan ember dan mencuci gaun Shirley menggunakan kedua tangannya. “Makanan sisanya saya buang di mana ...?”Marcel menoleh ke arah Nana dan menyahut, “Biar aku yang urus, Bi. Anak-anak Bibi jangan lupa disuruh makan.”“Baik, Pak.” Nana
Read more

13 Kenapa Bisa Selamat?

“Kamu serius?” Venya mengenakan masker dan mendekati Marcel yang sedang berbaring di atas meja praktek yang sudah dibersihkan. “Aku tidak bisa menjamin reaksinya akan bagaimana ... Kenapa kita tidak menggunakan tikus atau sejenisnya?”Marcel menatap langit-langit di atasnya sambil berpikir.Beberapa waktu yang lalu dia memang telah menawarkan dirinya kepada Venya untuk menjadi kelinci percobaan dalam uji coba mereka.“Ide bagus,” ucap Marcel. “Setiap formula yang kita hasilkan harus diuji coba ke manusia dan hewan, dari situ barulah kita tahu perbedaannya.”Venya mengangguk dan segera mengambil sebuah tabung berisi cairan berwarna hijau terang dan meminumkannya beberapa tetes ke mulut Marcel.“Bagaimana rasanya?” tanya Venya hati-hati setelah Marcel menelan cairan hijau itu. “Apa yang kamu rasakan, mual? Perasaan ingin muntah ... atau apa?”Marcel mencecap cairan itu, dia merasakan sensasi pahit selama beberapa detik. Setelahnya tidak ada yang dia rasakan selain hambar seperti a
Read more

14 Minta Sampel Darah

“Ayah sama ibu akan ke luar kota selama satu minggu!”“Oh ya? Menyenangkan sekali!”“Hidupku bebas, telepon Kak Ronnie! Minta dia untuk cepat pulang ....”“Kita bisa bikin pesta selama tiga hari tiga malam!”Suasana dapur sudah riuh ketika Marcel muncul untuk membantu Nana menyiapkan makanan.“Ayah liburan sama ibu atau apa?” tanya Alvon ingin tahu.“Entahlah, siapa peduli sih? Yang penting kan kita bisa bebas ngapain saja di rumah!” jawab Ciko segera. “Pasti seru kalau kita bikin pesta ....”“Jangan ngawur, aku justru mau menggunakan momen sepi ini untuk menonton film fiksi ilmiah.” Alvon menyela. “Pesta membuat rumah ini jadi berisik dan aku tidak terlalu suka.”“Kamu bisa di kamar, kunci pintu dan nonton sepuas kamu.” Ciko menyarankan. “Aku jamin tidak akan ada yang mengganggumu!”Sementara kakak-kakaknya berdebat, Shirley lebih memilih untuk bermain ponsel dan tidak ikut serta dalam pembicaraan.“Cel, mana makanannya!” teriak Ciko tidak sabar. “Lelet sekali kamu!”“Iya,
Read more

15 Memperpanjang Umur

“Aku tidak bisa memastikan,” geleng wanita itu. “Tapi yang pasti kamu tidak sama seperti aku, ayahku, dan manusia lainnya ... Darah kamu seperti tercipta dengan elemen rumit yang aku sendiri tidak terlalu paham ... Mungkin itu sebabnya, kamu mengalami reaksi berbeda ketika seharusnya kamu merasakan sakit karena tersiram air panas, atau energi kamu yang cepat terisi penuh padahal hanya makan sedikit roti ....”Marcel terdiam cukup lama mendengar penjelasan Venya tentang kejanggalan itu. “Jangan-jangan ini karena aku ... minum cairan itu?” cetus Marcel sambil berpikir keras. “Sayangnya aku tidak tahu cairan apa yang aku minum, mungkin mau bisa sekalian menelitinya kalau ada sisa ....”Venya menggeleng, dia ingat betul seperti apa suasana ketika dirinya pertama kali menyelundup ke lab bersama sang ayah.“Saat aku dan ayahku datang, seperti ada bekas pel di lantai yang penuh debu.” Venya menggambarkan. “Kamu lihat ada bekas lainnya tidak? Mungkin botol yang aku minum ... atau ada s
Read more

16 Dicampur dengan Larutan

Malam itu suasana di kediaman keluarga Delvino begitu hingar bingar dengan suara musik, entakan orang-orang yang sedang berjoget, diiringi lampu berkedip-kedip yang membuat mata sakit. Marcel sejak tadi sudah bolak-balik mengantarkan minuman ke tengah-tengah pesta dibantu Eli dan juga Bik Nana. Tidak satupun ada yang mengenali Marcel sebagai menantu di rumah itu. “Minum sini, hei!” “Cepat, mana ini makanannya!” “Cel, jangan lelet!” “Shirley, urus pelayan satu itu!” Marcel yang masih repot membereskan gelas-gelas kosong di meja, merasakan lengannya yang ditarik kasar. Dia berbalik dan langsung berhadapan dengan istrinya sendiri. “Kamu ngapain saja dari tadi?” hardik Shirley seraya mencampakkan lengan Marcel dengan kasar. “Itu hidangannya bagaimana? Kasihan mereka sudah kelaparan gara-gara kamu!” “Aku sedang beres-beres, apa kamu tidak lihat?” balas Marcel di tengah-tengah suara bising musik yang memekakkan telinga. “Suruh teman-teman kamu menunggu sebentar!” Shirley mengerucut
Read more

17 Marcel Mengacaukan Ketenangan

“Shirley!” tegur Marcel yang merasakan seluruh darahnya mendidih, bukan karena cemburu melainkan karena statusnya sebagai suami dan menantu di rumah ini tidak pernah dianggap sama sekali.“Bung, dia istriku!” ucap Marcel lagi dengan suara yang lebih keras. “Jauhkan tanganmu darinya!”Baik Shirley maupun pria itu sama-sama menoleh ke arah Marcel.“Kamu ini kenapa?” cemooh si pria dengan wajah memerah. “Apakah aku mengganggumu, Cantik?”Shirley terkekeh.“Tidak usah kamu pedulikan suamiku, Peter!” Dia mengibaskan tangannya sambil terkikik geli. “Dia mungkin lelah karena dari tadi sibuk melayani keperluan kita.”Marcel geleng-geleng kepala saat menyaksikan dua manusia yang sama sekali tidak mempedulikan keberadaannya.“Hentikan pesta ini!” suruh Marcel kepada Shirley dengan tegas. “Ini bahkan sudah hampir pagi, kalian tidak mikir sama ketenangan orang lain?”“Siapa sih itu, berisik sekali?”“Kalian bisa menikmati suasana tidak sih?”Suara Ronnie dan Ciko saling bersahutan.“In
Read more

18 Memiliki Harga Diri

Namun, Ronnie memekik ketika buku-buku jarinya menghantam perut Marcel. Rasanya seperti dia menghantamkan kulitnya ke permukaan tembok yang kokoh. “Kenapa, Ron?” “Kak, kenapa Kakak yang kesakitan?” “Aku tidak kesakitan!” bantah Ronnie demi gengsi, dia melirik Marcel yang tampak bingung dengan situasi ini. “Pergi kamu!” usir Ronnie sambil mendorong Marcel. “Jangan mengganggu kesenangan kami!” Ciko dan yang lain melongo. “Kak, masa disuruh pergi begitu saja?” protes Ciko dengan kening berkerut. “Kalau kamu tidak tega menghajarnya, biar aku saja yang memberinya pelajaran!” “Jangan, tidak usah!” Ronnie mencegah, tapi Ciko tetap ingin melanjutkan keributan dengan Marcel yang tidak salah apa-apa. “Kamu ini adik ipar yang tidak tahu diri!” umpat Ciko seraya mendorong bahu Marcel hingga dia terhuyung membentur salah seorang teman di belakangnya, lalu dia didorong ke arah Ciko lagi dan didorong kembali ke arah orang-orang yang mengelilinginya. Begitu terus sampai Marcel merasa muak da
Read more

19 Memulihkan Stamina

Kekacauan pesta itu akhirnya berhasil diatasi hingga matahari hampir terbit.Setelah kakak-kakak iparnya dibaringkan ke kamar masing-masing, Marcel bersama pelayan yang lain bahu membahu membereskan sampah hasil pesta dan membersihkan ruangan hingga tidak ada lagi bekas-bekas minum di sana.“Aku capek sekali!” Marcel mengeluh di depan Venya ketika dia datang ke lab lebih awal. “Ini formula yang kamu berikan, aku hanya pakai sedikit. Para pelayan bilang kalau mereka merasakan energi yang tidak biasa.”Venya menerima kembali formula itu menatap Marcel. “Kamu ikut minum?” “Aku lupa ....”“Seharusnya stamina mereka akan terus terjaga sampai beberapa jam ke depan, tapi kamu kelihatan sudah lemas ....”Marcel merebahkan dirinya di samping Meru yang sibuk mencoret-coret kertas.Venya segera membuatkan Marcel sesuatu di lab, yakni serupa ramuan modern dari campuran beberapa bahan dan diraciknya sesuai pengetahuan yang dia dapatkan selama ini.“Minumlah,” suruh Venya sambil membawakan
Read more

20 Wilayah Kekuasaan Marcel

Marcel sedang sibuk membersihkan kebun ketika sudut matanya tanpa sengaja melihat beberapa orang yang berjalan mengendap-endap ke arah gudang.“Kak, ini kenapa justru kita yang jadi seperti pencuri ya?” komentar Ciko seraya berjalan membuntuti Ronnie yang melangkah paling depan.Namun, hanya Alvon satu-satunya orang yang bersikap biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa.“Ini kan kawasan rumah kita!” ucap Ciko lagi.“Diam lah,” tukas Ronnie. “Kamu harus tahu kalau gudang itu memang bagian dari kawasan rumah kita, tapi ada hal yang kalian tidak pernah tahu ....”“Apa?” tanya Ciko. “Lab yang ada di bawahnya adalah milik orang tua Marcel,” jawab Ronnie memberi tahu.“Serius?” sahut Alvon meragukan.“Kok tidak percaya,” ketus Ronnie sambil terus melangkah.“Bagaimana ceritanya orang tua Marcel bisa membangun lab tepat di bawah gudang rumah kita?” tanya Ciko tidak percaya.“Aku tidak terlalu paham bagaimana perjanjian mereka, tapi itu yang aku dengar dari ayah.” Ronnie menjelask
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status