Home / Romansa / Hypact Lover / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Hypact Lover: Chapter 1 - Chapter 10

21 Chapters

“Satu: Tangkai Mawar”

Hiruk-pikuk ramainya suasana sudah mendominasi sekolah. Pasukan putih abu-abu yang biasanya berbaur memenuhi koridor, kini berbalut busana kelulusan. Lapangan yang biasa menjadi tempat perkumpulan pun dipenuhi warna-warni kebaya bertoga bagi para siswi, dan jas hitam bagi siswa.Beberapa sanak saudara dari murid ikut meramaikan agenda ini. Hingga tiba acara penghargaan untuk murid dengan nilai tertinggi, keadaan hening sejenak. Kepala sekolah menaiki mimbar, lalu memberikan sedikit sambutan sebelum memulai membacakan nama-nama murid berprestasi tersebut."Siswi dengan skor akhir tiga puluh lima koma kosong lima, yaitu Ananda Diva Olivia!" Suara tepukan tangan mengantar siswi bernama Diva Olivia menaiki mimbar.
Read more

“Dua: Liburan (1)”

"Liburan ke Bali!!?"Geovani terbelalak histeris mendengar ucapan Drea dari telepon. Setelah adegan beberapa hari lalu itu ternyata belum bisa dilupakan Geovani, Drea berinisiatif mengajaknya liburan bersama ke Bali, berhubung Geovani sudah dianggap saudara jauh oleh keluarga Drea."Mau gak? Kalau mau ikut, lo prepare dari sekarang, lusa kita berangkat," jelasnya.Ada binar terang di mata Geovani. Bali termasuk salah satu pulau impian yang ingin ia datangi. Seumur-umur, perjalanan terjauhnya hanya dari rumah ke rumah sakit saja, tempat mamanya dirawat."Memangnya tidak memberatkan Tante Rachel dan Om Angga?" tanya Geovani tidak enak dengan orang tua Drea.Drea berdecak dari seberang."Kayak sama siapa aja, orang mereka yang ajak, kok. Ya udah, besok kita ke Nasa Market, ya." Geovani tersenyum lebar. Hal yang seperti ini saja sangat membuat dirinya bahagia.
Read more

“Tiga: Liburan (2)”

Siang hari yang terik tidak menumbangkan semangat Geovani ketika sampai di Bali. Demi apa, dirinya tidak percaya dapat menginjakan kaki ke salah satu tempat impiannya."Nah! Ini kamar kalian. Ingat, ya, jangan ke mana-mana dulu. Kita istirahat sampai sore," ucap Tante Rachel, lalu menyerahkan kunci kamar ke Drea.Dikarenakan satu kamar hotel hanya boleh diisi tiga penghuni, maka Drea memilih satu kamar dengan Geovani dan Adinda, adik sepupunya. Mereka bertiga langsung mengunci pintu dari dalam, kemudian menyalakan AC. Terkapar bebas di atas ranjang yang luas. Namun, lain hal dengan Geovani yang langsung ke balkon kamar, memandangi betapa indahnya dunia ciptaan Tuhan. Ia tidak ingin membayangi jika harus pulang kembali. Loh, memangnya gadis itu punya tempat berpulang?"Geo, lo gak capek apa?" tanya Drea dengan suara lantang.Seketika itu, kakinya melemas. Entahlah, ia baru merasa lelah usai mendengar p
Read more

“Empat: Liburan (3)”

Tidak diragukan lagi, Bali memang salah satu kota yang teramat cantik. Bahkan, penduduknya terhitung ramah, di samping banyaknya turis dari mancanegara yang berwisata, Bali sendiri memiliki banyak ragam budaya yang tidak pudar terbawa zaman.Geovani sangat menikmati liburannya. Tidak apa-apa saat ini ia menjadi yang terasing dari keluarga Drea, setidaknya dari sini Geovani akan berusaha membayar semuanya kepada keluarga Drea di masa depan kelak. Apakah ada yang mengira bahwa ia berharap suatu saat nanti mengunjungi kota ini kembali bersama keluarganya? Mamanya? Papanya? Oh, itu salah besar.Mengapa? Sebab ia tidak ingin mengunjungi kota seindah Bali dengan membawa siaran perdebatan yang tidak lain adalah orang tuanya sendiri. Mengingat wajah mereka saja rasanya sungguh menyayat hati.Tuhan memang adil. Tidak merasakan hangatnya keluarga, Geovani mendapatkan kehangatan itu dari keluarga sahabatnya. Paling tidak, ia masih dapat
Read more

“Lima: Sebuah Sambutan”

Satu Minggu lebih sudah Geovani menginjakan kakinya di Bali. Segala macam kuliner sudah ia cicip bersama Drea. Kini, tibalah saat mereka harus kembali ke kota asal."Eh!!? Geo, Geo, Geo!!! Sini, deh!" Geovani yang sangat sibuk mengurusi kopernya tidak terlalu fokus dengan suara Drea. Hingga akhirnya Drea mengulurkan layar ponselnya tepat ke depan wajah Geovani."Apa ini?""Ini Gumelar lagi nunggu kita di pantai, mau ucapin salam perpisahan kali. Yuk, ke sana!""Ih, lebay banget, sih. Kamu saja sana, saya sibuk.""Gak mau! Pokoknya lo anterin gue, Geo, anterin gueeeeee!" Percakapan itu pun berulang-ulang sampai Drea merasa jengah dan membuka kartunya sendiri."Gue jadian sama Gumelar!" Sontak, Geovani langsung menoleh menatapnya. Melihat Drea yang berwajah merah, sudah dipastikan ia tidak sedang berbohong."Sejak kapan?""Setelah kita makan malam p
Read more

“Enam: Bertemu Lagi”

"Geoooo! Lo udah baca chat grup?!"Drea langsung berlari mengejar Geovani usai turun dari mobilnya. Mereka berdua menempati gedung yang sama lagi untuk belajar. Walau begitu, tidak akan sering mereka berpapasan saat memasuki kampus, bisa jadi Drea yang lebih awal datang atau Geovani yang menaiki ojek online dahulu."Sudah! Saya jadi kesulitan tidur semalam! Ditambah lagi dia satu jurusan sama kita." Sambil melanjutkan langkahnya, mereka terkekeh. Tentu saja yang mereka maksud adalah Daniel."Bisa jadi ini kesempatan lo buat dapat Daniel," celetuk Drea membuat hati Geovani berbunga-bunga. Pipinya pun bersemu malu kepada hal yang belum jelas kebenarannya."Ih!? Pipi lo merah," ledek sahabatnya itu sambil menunjuk wajah Geovani. "Huaaa! Andai aja Daniel-nya gue juga di sini.""Maksud kamu Daniel Gumelar?""Ya, siapa lagi?""Bukannya kamu belum menceritakan
Read more

“Tujuh: Aneh”

Giovano meletakan dua gelas berisi teh hangat di atas etalase. Lalu, laki-laki itu mengambil dua bangku dan menyerahkan salah satu ke seorang gadis yang tidak lain adalah Geovani."Apa ini?""Duduk." Seperti terhipnotis, Geovani langsung menduduki salah satu bangku itu. Ia sendiri pun kaget mengapa dirinya mengikuti perintah Giovano?"Nih." Giovano menyerahkan segelas teh hangat tadi, membuat Geovani makin mengernyit heran.Hubungan mereka tidak sedekat itu, bahkan bisa dibilang tidak pernah kenal jika saat di Bali lalu tidak bertemu Gumelar. Lantas, mengapa Giovano memberinya teh? Atau jangan-jangan ada serbuk racun yang dilarutkan dalam teh itu? Pikiran buruk Geovani mulai mengepul di kepalanya, ia buru-buru mengendus-endus aroma teh itu, meneliti warna serta kandungan di dalamnya."Kenapa, sih?" tanya Giovano risih."Ini untuk saya, kan? Saya harus memastikan kalau teh ini be
Read more

“Delapan: Dia Suka?”

"Dek?"Suara seseorang membangunkan Giovano dari tidur ayamnya. Matanya langsung membuka dan tersadar bahwa dirinya hampir terlelap di jam kerja. Saat ini ia menggantikan temannya yang bekerja menjadi penjaga toko baju.Kegiatan di kampus yang cukup menguras tenaga, ditambah satu jam yang lalu toko ini sangat ramai membuat laki-laki itu kehabisan stamina."Ah ... maaf, Bang," tukasnya seraya mengusap wajah."Ngantuk, ya? Cuci muka dulu sana." Giovano mengangguk, kemudian beranjak ke kamar mandi toko."Dia siapa, sih?""Temannya si Irfan, gak tahu gue juga.""Bisa-bisanya gantiin kerja tanpa daftar, interview, dan berurusan dengan atasan.""Katanya dia gantiin si Irfan hari ini doang, nanti dibayar sama Irfan.""Hadeh ... kalau gue gak punya hutang sama Irfan mah udah gue laporin."
Read more

“Sembilan: Keluarga Unik”

Langkah tegap Giovano menghiasi kesunyian malam. Setelah bekerja sebagai kuli angkut di pasar sejak pagi tadi, bahunya terasa amat pegal, bahkan hampir keram. Sepanjang jalan ia mengelus belikatnya.Seberat inikah hidupnya, Tuhan? Dituntut keluarga, tetapi juga diasingkan dari hangatnya kasih sayang. Diperintah menjadi yang paling bisa di atas banyaknya kekurangan. Mampukah ia menjadi penyangga kokoh ketika separuh dari dirinya sudah rapuh? Namun, jika ia patah, bagaimana dengan nasib saudarinya? Bagaimana dengan keharmonisan rumah tangga yang ia impikan? Semesta seolah tidak memberikan jeda sejenak untuk laki-laki itu beristirahat. Seakan-akan ia diberi dua pilihan, antara bertahan dengan sulitnya di medan perang yang entah kapan berakhir, atau mengakhiri semuanya tanpa kemenangan apa pun.Giovano teringat dengan ayahnya. Ksatria tanpa kuda yang akan selalu melindungi tanpa tameng, di mana kehadiran sosok itu? Kata orang, ayah adalah super
Read more

“Sepuluh: Feedback”

"Terserah kamu, deh, aku gak peduli!"Tuuuut!Drea langsung menutup sambungan telepon bersama kekasihnya, Gumelar. Kali pertama menjalani hubungan jauh memang sangat menguras emosi baginya. Pasalnya, sering sekali akun sosial media Gumelar ditag gadis lain yang meng-upload foto bersamanya. Perempuan mana yang tidak geram melihat pasangannya bersanding dengan perempuan lain?Terlebih lagi, akhir-akhir ini Gumelar sulit dihubungi, membuat pikiran-pikiran buruk berdatangan."Ugh! Dasar cowok jelek!!!" teriak Drea memaki Gumelar setelah melihat foto mereka bersama saat di Bali."Oh iya ... Giovano kan teman dekatnya Gumelar. Apa gue tanya dia aja, ya?" bisik Drea sambil mencari kontak Giovano yang sempat dikasih Gumelar untuk jaga-jaga kalau ponselnya mati saat memiliki janji dengannya di Bali.Drea: “Gio?”Giovano: “Siapa?”
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status