All Chapters of CEO Yang Hilang Ingatan: Chapter 121 - Chapter 130

217 Chapters

122. POV Wulan bagian 1

Pov Wulan.   Ciuman itu ….   Aku menutup wajah dengan kedua telapak tangan lalu menggelengkan kepala beberapa kali. Haduh!   "Dasar bodoh!" umpatku pada diri sendiri.   Malu. Sungguh memalukan. Bagaimana mungkin seorang wanita sepertiku mencium laki-laki terlebih dahulu?   "Arrrrghh …."   "Aduh, bagaimana ini? Memalukan, sungguh memalukan."   Aku berjalan mondar-mandir di dalam kamar. Menyesali tindakan bodoh yang kulakukan pada Ali.   Apa dia menyukaiku? Bagaimana perasaan Ali pa
Read more

123. POV Wulan bagian 2

Pov Wulan bagian 2. Malam semakin larut. Entah ada apa dengan Ali, ia mengirimkan pesan sedang berada di balkon. Apa mungkin ada yang ingin dikatakannya? Saat melihat jam digital di layar ponsel waktu sudah larut malam. Menunjukkan pukul 00.30. Namun, sampai di sana ia hanya menatapku terus. Entah apa yang dipikirkan lelaki tampan itu. "Aliii," teriakku di samping telinganya, "Malah ngelamun!" tuduhku lagi. Alex terkesiap, ia mengedipkan mata. Lalu menatap ke arah lain. "Aku, sedang memikirkan sesuatu." Alex menjawab dengan cepat tanpa menatap kedua mataku. "Pertunangan Melissa dan Jhonny?" dugaku.  
Read more

124. Kembali ke Rumah Nenek.

Keesokan paginya tanpa mengetuk Mama langsung masuk ke dalam kamar. Wajahnya tampak cemas dan sedikit khawatir aku segera bangun dan duduk dipinggir ranjang bertanya pada Mam, "Ada apa, Ma?" "Nenek menyuruh kita ke rumahnya sekarang." "Baru kemarin kita berjumpa saat diperayaan ulang tahunnya. Apa ada masalah?" Aku mengernyit, menunggu jawaban Mama. "Entahlah, Mama juga tidak tahu. Tadi Asisten Nenek, telepon minta kita datang ke rumahnya," jelas Mama. Ia berdiri dari kursi lalu menyilangkan tangan di dada, "Kamu cepat bersiap!" Aku mengangguk, "Iya, Ma." Kira-kira ada apa hingga sepagi ini Nenek tua itu sudah menyuruh anggota keluarga untuk berkumpul?
Read more

125. Menantangnya Tes DNA.

Honda Brio merah semakin mendekat. Alisku mengernyit. Memikirkan alasan kenapa Tamara kemari? Bukankah yang kukirimi pesan David. Ada apa? Mobil berwarna merah itu berhenti tepat di sampingku. Suara mobil dimatikan, pintu mobil terbuka David dan Om Pramudya keluar.  "Mobil gue lagi di bengkel. Kebetulan ada mobil Tamara nganggur. Gue pakai aja sekalian," jelas David saat turun. Ia mungkin mengerti kenapa aku menatap mobil itu sedari tadi. "Om, lama gak ketemu. Apa kabar?" Aku memeluk Om Pramudya sebentar. "Om sehat. Ada masalah apa sampai kamu menyuruh Om dan David datang ke rumah nenekmu ini?" Wajah Om Pramudya terlihat penasaran. "Sepertinya akan ada
Read more

126. Jhonny Setuju Test DNA.

"Apa maksudmu? Jangan berbelit-belit Alex." Jhonny menatapku tajam. Si b*d*h itu tak mengerti kata-kataku. "Tes DNA, aku ingin kamu melakukannya. Buktikan bahwa kamu benar-benar darah daging Papaku." Jhonny dan Paula Stephanie saling pandang, "Mas Bram …." Paula Stephanie memandang Papa dengan tatapan memelas, ingin dibela. Papa hanya diam. Bagaimana pun juga ini adalah satu cara untuk mengetahui kebenarannya. Sekian lama Paula Stephanie dan anaknya itu mengambil kesempatan dari keluarga Ibrahim. Berapa banyak jumlah uang yang ia nikmati dari kerja keras Papa. "Baiklah kalau begitu." Paula Stephanie menatapku dengan angkuh, "Kami bersedia melakukan Tes DNA. 
Read more

127. Memeriksa Nenek Tua.

Aku mengedikkan kedua bahu. Tak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan David. Andai aku bisa membaca pikiran Jhonny dan ibunya sekarang. Aku takkan mengajak mereka tes DNA. Langsung kuantar mereka ke penjara saja.   "Jika terbukti Jhonny bukan anak kandung Papamu, dia tak berhak memiliki saham The One Property. Lagi pula dia harus terpilih di rapat dewan direksi juga para pemegang saham jika ingin memimpin The One Property," terang Om Pramudya.    "Berhati-hatilah Lex, Jhonny sangat licik," peringat David kemudian. Aku melemparkan pandang ke luar jendela. Menatap awan putih berarak di atas sana. Namun, pikiranku terus mencoba menebak apa yang akan dilakukan Jhonny dan Mamanya itu.   Hampir dua jam berkendar
Read more

128. Hasil Tes DNA

Tiba di sebuah ruangan kami kembali menunggu tak berapa lama seorang perempuan keluar, "Saya minta satu helai rambut dari saudara Alex, Jhonny juga Pak Ibrahim." Perawat itu meminta sehelai rambutku, papa juga Jhonny. Masing-masing dimasukkan ke dalam plastik transparan dengan kode berbeda. Perawat itu segera masuk ke dalam ruangan. Pintu ditutup, entah apa yang mereka lakukan di dalam. Sample rambut tadi pasti diberikan pada Dokter yang bertugas. "Mau ke mana kamu?" Aku merentangkan tangan di depan pintu masuk ruangan dokter. Aku tahu apa yang akan dilakukan Jhonny. Segera mencegahnya masuk. Dia tak menjawab. Manatap tajam padaku, matanya bersemburat merah, "Pergi kamu dari sini, jangan menggangguku," desis Jhonny
Read more

129. Ada Apa Dengan Nenek?

"Terimakasih tumpangannya."   Aku melambaikan tangan menatap kepergian mobil David.    Papa, Mama juga Nenek sudah sampai terlebih dahulu. Hari ini kami menang. Sudah membuktikkan bahwa Jhonny bukan darah daging Papa.   "Tutup pintunya, Pak! perintahku ketika melewati pintu gerbang. Melangkah dengan lebar.   Kedua security mengangguk dengan patuh. Terdengar suara roda yang berderit. Pintu gerbang berwarna putih perlahan bergeser dan menutup.   Mulai hari ini Nenek akan tinggal bersama kami. Ada banyak kamar kosong, meninggalkannya sendiri di rumah sebesar itu sangat mengkhawatirkan. Entah kapan Jhonny atau Paula Stephanie kembali datang membuat keribut
Read more

130. Mencoba Memeriksa Nenek

***CEO Yang Hilang Ingatan***   Aku membopong Nenek menaiki anak tangga satu persatu. Tak kusangka tubuhnya sangat ringan. Sungguh berbeda dengan beberapa waktu lalu, saat ia memaksaku bertunangan dengan Melissa. Saat itu ia terlihat lebih berisi dan energik.   "Apa Nenek tak pernah makan? Kenapa badan Nenek seringan ini?"   Nenek hanya mengedipkan mata, tak bersuara.    "Cepat Alex." Mama sudah berjalan lebih dulu. Ia membukakan pintu.   Aku mempercepat langkah. Memasuki kamar Wulan. Membaringkan Nenek di ranjang. Tubuhnya terlihat ringkih dan sangat lemah. Mama menatap nenek dengan iba.   Wu
Read more

131. Siapa Yang Menyuruhnya?

***CEO Yang Hilang Ingatan*** "Apa yang Bik Asih, lakukan?" "Maaf, Neng." "Sudahlah, Wulan." Sayup-sayup kudengar suara keributan di luar. Sepertinya Wulan sedang mengomel. Entah dengan siapa. Kusibakkan selimut yang menutupi badan. Berjalan menuju pintu kamar.   Kamar yang ditempati Wulan dan Nenek terbuka. Ada Bik Asih berdiri dengan menundukkan kepala di samping ranjang. Sementara Wulan dan Mama menatapnya dengan aneh. "Ada apa ini?" Aku berjalan mendekat. "Ini, bubur
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
22
DMCA.com Protection Status